Mohon tunggu...
Ekriyani
Ekriyani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pembelajar di universitas kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Biarlah

31 Desember 2020   15:51 Diperbarui: 31 Desember 2020   16:36 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: pixabay.com

Biarlah.
Debu perjalanan akan menghapus jejak purba. Tinggal gundukan sunyi di pepasir pantai paristiwa. Tertutup debur ombak menderu pelan.

Biarlah.
Seonggok kenangan tertulis bisu pada lembaran usang. Jadi renungan dalam sanubari, untuk mawas diri.

Biarlah.
Semesta luka pernah menggores hati, dan mata pedih berkaca. Pikiran berkecamuk dalam bungkusan gelisah, gundah menjelma.

Biarlah.
Berbulan lamanya dirantai ego. Melumat rindu untuk sanak saudara. Demi kebaikan kita semua.

Biarlah.
Hujan menderu basahi asa yang terdinding oleh pagar pagar malam. Api rindu redup pelan ditiup angin yang menyapa sendu.

Biarlah sudah. Deretan peristiwa itu telah purna. Tersaji rapi dalam catatan usang, luruh bersama himpunan aksara hari masa lalu.

Songsonglah mentari pagi sampaikan asa pengobar semangat baru. Tataplah jalan lurus ke depan. Hiasilah lembaran baru dengan taburan kebaikan.

Panjatkanlah setumpuk do'a penyejuk hati, penggetar langit. Awal pagi besok adalah penghulu hari. Jum'at berkah pembawa rahmat Tuhan. Tetapkan diri dalam iman  dan kesabaran, untuk hadapi masa penuh tantangan.

(Sungai Limas, 31 Desember 2020)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun