Mohon tunggu...
Ekriyani
Ekriyani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pembelajar di universitas kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sekeping Hati untuk Ibu

22 Desember 2020   14:56 Diperbarui: 22 Desember 2020   15:33 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rasanya tak mampu merangkai kata indah. Tak sanggup menguntai butiran mutiara cintamu, dan tak sanggup mengukir nama indahmu di sanubari. Bibir kelu, lidah terasa kaku. Jantung berdegup dan terisak perih.

Sekeping hati telah jauh melangkah, menyusuri jalanan onak berduri. Sering terseok di jalanan sunyi, dan terjatuh di jurang sendu hingga terluka. Sekeping hati terus saja melangkah menyusuri jalan berliku akhirnya tersedu sendirian

Dalam gelap sekeping hati sering tak mampu meraba, mana benar mana salah. Semua nampak buram sisakan muram durja. Lalu, siapa yang mampu meraih dan membelai kembali sekeping hati ini?

Seiring perjalanan waktu, sekeping hati tlah membatu. Namun akan luluh dalam lembut belaianmu. Darimu ibu, sekeping hati bisa kembali. Mereguk manis dan nikmatnya hidup.

Sekeping hati digembleng dari buaian. Sekeping hati terbentuk dari tulus kasihmu, karena engkaulah sekolah pertama bagi sekeping hati yang lahir dari rahimmu. Tempaan hidup kau beri, meski harus berjuang dalam terjangan badai kehidupan penuh darah dan nanah, dan berperang dalam suasana tak tentu.

Maafkan ibu, bila sekeping hati ini sering membuat matamu berkaca, jantungmu berdegup tanpa nada harmoni.
Maafkan ibu, bila sekeping hati ini sering membuat batinmu tercabik, hingga kau terisak pedih di ujung malam.
Maafkan ibu, bila sekeping hati ini sering membuat hatimu terluka, dan telingamu terasa panas.
Maafkan ibu, bila sekeping hati ini sering menggenangi lorong pikiranmu, hingga kau tak sanggup melahap makanan dengan nikmat.

Sekeping hati adalah milikmu. Sekeping hati tlah sadar berkat untaian do'a yang setia terpanjat di ujung malam. Sekeping hati rindu kucuran petuah dan belai kasihmu. Sekeping hati takkan bisa apa-apa, berkah hidup dalam restumu. Do'amu penyelamat, karena surga di bawah telapak kakimu.

(Sungai Limas, 22 Desember 2020)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun