Mohon tunggu...
Ekriyani
Ekriyani Mohon Tunggu... Guru

Pembelajar di universitas kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Terpaksa Pergi

22 Februari 2019   18:09 Diperbarui: 22 Februari 2019   18:31 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lelah rasanya sematkan beribu kata, pada desir angin di ujung senja. Terpaku melukis awan di sudut sana, tercekat lidah tiada mampu berkata.

Kucoba sampaikan salam pada rembulan, sekiranya lenyap tertutup sinarnya. Namun luka tetaplah menganga, tak mampu dibalut berjuta maaf.

Tercucur sudah beribu tangis, sekujur badan meringis. Hatinya keras membatu, tak beri ruang untuk kembali.

Hampa layu bunga di taman jiwa, akibat amarah tak terkendali. Prasangka buta telah gelapkan hati, pekat selimuti luka menanah.

Biarkan terpaksa pergi, bila itu lukanya kering. Jika pintu hati telah terkunci, apa guna aku kembali, biarkan hatiku jeda di sisa waktu.

(Sungai Limas, 22 Februari 2019)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun