Pada bait pertama berbunyi / Ibu....! Kau adalah segalanya/. Harusnya memang seorang ibu adalah segalanya bagi anak-anaknya, sebab di dalam hati seorang ibu banyak hal yang diharapkan oleh anak-anaknya. Itu terbukti pada penekanan baris berikutnya, / Engkau telah memberi semua/. Dan itu sangat jelas tak bisa dipungkiri. Dimana pun seorang anak membutuhkan perhatian dan kasih sayang, terutama dari seorang ibu. Cinta kasih seorang ibu tak bisa ditawar-tawar lagi. Sebab itu hak bagi anak-anak mereka seperti yang tertuang pada baris ini, / Bagi mereka yang butuh menerima/ adalah harta kasih sayang paling berhaga/. Nah, jika harta kasih sayang itu diabaikan oleh seorang ibu, maka banyak sekali contoh anak-anak yang salah dalam bergaul, malah ada yang frustasi karena kurang kasih sayang dari orang tua, terutama dari seorang ibu. Malah banyak anak-anak mereka yang kecanduan narkoba gara-gara kurang kasih sayang. Masalah seperti ini menjadi suatu pekerjaan rumah kita bersama untuk direnungkan.
Betapa sangat berartinya asi seorang ibu bagi anak-anak yang kelak menjadi penerus bangsa seperti yang tergambar dalam bait kedua ini, / Asimu adalah hak anak-anakmu/ Adalah kewajiban dini hari-harimu/. Di sini, jelas sekali bahwa anak mempunyai hak atas asi dari seorang ibunya. Dan ibu juga harus menuntaskan kewajibannya demi kesehatan dan kebaikan anak-anaknya agar, / Benih tumbuh melestarikan asamu/ Agar dewasa nanti jadi taman surgamu/. Pada bait dua baris ke tiga dan ke empat aku lirik mencoba memberi gambaran atau pandangan bahwa besok atau kelak anak-anak mereka akan melestarikan budaya seorang ibu ketika melahirkan anak, dan mungkin juga bisa menjadi sang pendoa bagi ibu bapanya yang sudah meninggalkan dunia ini. Artinya anak-anak besok tiap hari atau seminggu dan sebulan sekali selalu mengirim doa untuk kedua orang tua yang sudah meninggal. Sebab doa anak soleh itu sangat diperlukan orang tuanya yang sudah meninggal dunia.
Pada bait ketiga ini, rupanya aku lirik mencoba menceritakan seorang anak perempuan menjadi seorang ibu bagi kehidupan. Itu terlihat pada lukisan ini, / Setetes asi darimu sebuah kehidupan/ langkah anak-anakmu ke masa depan/ kebebasan terbelenggu dari kematian/ Saat buih merampas kemerdekaan/ Bagi sang ayah pelindung keteguhan/. Di sini kekuatan asi seorang ibu sangat terlihat sekali, bahwa anak perempuannya bisa menjadi seorang ibu juga seorang ayah sekaligus. Â Dari situlah kita bisa menangkap betapa besar energi kekuatan asi seorang ibu. Kita juga harus menyadari bahwa kita sebenarnya belum mampu membalas setetes asi ibu.
Lagi-lagi aku lirik menggambarkan sosok ibu yang begitu kuat dalam suasana apapun. / Ibu...! Deritamu larungkan segera/. Seakan-akan aku lirik menggambarkan ibunya sendiri yang ia rasakan begitu pedih dalam kepedihan. Â / Karena engkau penuntun di samudera/. Ya...memang seorang ibu adalah penuntun di segala gelombang kehidupan sesungguhnya, / TEMPAT ASAL USUL KASIH SAYANG BERADA/. Â Betul-betul memeras airmata.
Setetes asi adalahkasih sayang ibu. Kasih sayang ibu adalah mahnet dalam menerapkan nilai-nilai ahklak dan moral pada anak-anaknya agar menjadi anak yang kuat, sopan dalam menghormati orang tua, serta saling bekerja sama adik beradik bak kata peribahasa; berat sama dipikul, ringan sama dijinjing akan melahirkan keluarga yang mantap dan harmoni.
Demikian ulasan ini. Semoga bermanfaat. Amin.
Batu***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI