Mencintaimu. Seperti mencintai sendiri. Serasa cinta bertepuk sebelah tangan. Mengejarmu dengan penuh rindu. Tapi tak terjawab dengan rasa yang sama.
Mencintaimu. Jadi tak romantis. Memegang tanganmu saja tak kuasa. Selalu kau kibaskan genggaman tanganku untukmu. Seolah hanya aku, dan kau tak butuh perasaan ini.
Mencintaimu. Jadi beban. Karena hadirku, tak diakui. Kau anggap dolanan. Hanya mainan tanpa tujuan. Dan aku lelakimu jadi dinilai miring. Lelaki tak serius. Tak becus. Tak jelas. Lelaki yang tak tegas. Tak teges.Â
Kau, bisa buktikan cintaku. Cinta itu tanpa alasan. Jika kau paham, ini tak ada kendala. Semua jelas. Tak perlu dikhawatirkan. Tak perlu diragukan. Ini tulus. Ini kuperjuangkan. Untukmu.
Tapi caramu mencintai aku berbeda. 403 forbidden your love. Kau sembunyikan untuk alasan mulia. Agar semesta menghargai. Jika kasih ini suci. Menunggu janji mahligai yang diridhoi.Â
Aku, akan bersabar. Aku sudah cukup menerima caramu, mencintaiku. Bahasa matamu, cukup membuatku mengerti. Caramu yang berbeda.
Biarlah orang lain menilai. Menghakimi cara kita, yang aneh. Tak seperti sejoli kasmaran. Malah seperti pasangan yang selisih paham. Tapi ini tentang kita, hidup kita, bukan apa kata orang, tapi kita yang jalani. Hidup kita sendiri. Aku dan kamu.
Kasih, kuterima caramu. Aku percaya padamu. Walau cintamu tersembunyi. Aku tetap berjuang untukmu. Membangun cinta kita, berdua bersamamu. Dalam cara yang berbeda. Cara kita.
Malang, 13 September 2021
Oleh Eko Irawan