Petang selalu dirindukan malam. Pagi selalu dirindukan siang. Tapi kenapa kau tak merindukan aku. Kenapa kau selalu ingin menolakku. Seolah inginkan ku pergi saja, dan melupakan rinduku sendiri.
Jujur, Rindu ini berat. Karena, ini rindu yang tertolak. Rindu ini mahal, karena hanya kau yang bisa membuatku rindu. Hanya kau yang bisa membuatku merasa hidup.
Tengoklah keluar. Kelautan lepas. Kesamudra hidup. Disana banyak yang terbuang. Tak dianggap. Tak ada yang mencari. Mereka tak ada yang merindu kehadirannya. Kangen keberadaannya.
Namun rasa ini harus diperjuangkan. Bukan untuk dibuang. Seharusnya kau jaga rinduku ini. Kau ikat rindu ini. Jadi milikmu, selamanya.
Mungkin kau pernah terluka. Tersakiti. Tapi kenapa kau tolak yang sudah rela ada. Rela hadir. Untuk menyerahkan hidup. Berjuang untukmu. Aku tulus. Aku ikhlas.Â
Tapi aku akan tetap setia seperti malam. Setia menyambut petang. Aku akan setia seperti pagi. Setia menyambut malam. Karena kau sudah membuatku jatuh hati. Tanpa syarat.
Rindu yang tertolak. Tetap ada rindu dan semakin menggebu. Tetap ada, karena rindu ini milikmu. Rindu ini bukan rindu biasa. Karena aku ingin bersamamu. Selamanya.
Jika aku berhenti. Tertawalah semesta. Berarti aku tak niat. Berarti aku tak mau berjuang. Untuk hidupku sendiri. Jika aku tak mau melangkah, siapa yang akan menolongku. Agar hidup layak bersamamu. Melepas rindu untukmu.
Malang, 19 Juni 2021
Oleh Eko Irawan