Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kekasih yang Tak Dianggap

13 Februari 2021   22:10 Diperbarui: 13 Februari 2021   22:42 847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri kekasih yang tak dianggap

Menunggumu itu. Sebuah pengorbananku. Menghabiskan waktu. Yang tak seharusnya. Karena aku hanya menunggu dan menunggu tanpa batas waktu.

Kupernah bilang sanggup. Tapi siapa kuat bertahan, jadi kekasih tak dianggap. Aku ada untukmu. Tapi kamu tak ada untukku. Aku setia menunggumu. Tapi kamu tak ada waktu untukku.

Cinta memang tak salah. Tapi cintaku bagai memberi rasa asin dilautan. Memberi rasa manis pada segudang gula. Aku hanya bisa Menunggu datangmu, tanpa tahu kapan kau datang untukku. Cinta ini hanya sepihak. Tanpa kehadiranmu.

Melalui malam yang sendiri. Pagi hingga petang yang sepi. Tak ada lagi sapamu. Kamu dimana kekasihku. Aku hanya menunggu. Terjebak sepi. Terjerat ilusi. Hidupku jadi fatamorgana. Punya kekasih tanpa memiliki.

Kisah sendiri. Terbuang. Terasing. Bagai tiada guna. Semua dipertanyakan dan dijawab sendiri. Berteman mimpi hampa. Berharap bertemu, tapi tak kuasa. Kita dekat, tapi kau tak ada. Hanya khayalku sendiri, entah sampai kapan.

Aku kekasih yang tak dianggap. Aku tahu maksudmu. Aku paham sikapmu. Tapi hati ini perih. Hidup laluku sudah sakit. Dan sekarang lebih sakit lagi. Karena cinta ini, hanya cinta yang sendiri.

Duhai kekasih bayangan. Kucoba untuk beranjak nyata. Karena aku sudah tak mampu. Sendiri. Tolonglah aku, keluar dari mimpi mimpi bersamamu. Hanya itu pintaku. 

Aku sudah tak sanggup hidup terpapar cinta tanpamu. Karena cinta itu, berdua. Bukan aku saja. Cinta itu susah senang berdua, bukan sendiri hadapi pahitnya dunia. 

Malang, 13 Februari 2021

Oleh Eko Irawan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun