Jika bisa memilih, aku tak mau jadi anak kucing. Apalagi kucing terlantar. Tak jelas punya siapa. Makan meminta minta. Itupun sisa.
Emakku bercerita. Tentang kucing mahal. Anggora atau Persia. Yang hidup enak. Tapi tak bisa kembara. Karena hidup dalam kerangkeng. Tak bisa merdeka.
Emak juga cerita. Tentang kucing dirumah rumah itu. Yang bebas kemana saja. Makan seenaknnya. Karena ada tuannya. Yang sayang padanya.
Aku hanya anak kucing. Mengikuti kemana emakku pergi. Hingga nangkring ditempat tinggi. Agar bisa tidur. Dan sewaktu waktu lari.
Kisah anak kucing. Protes. Kenapa makan saja sulit. Kalau lapar, disuruh tidur. Untung ada rumah ini. Rumah kosong. rumah studio. Kadang ada makanan, berlebih. Di tong sampah. Berkah kelaparan ku.
Tak apa. Daripada diusir. Disana panas, dan kadang kehujanan. Nunut saja disini. Lalui hari hari kecilku. Bertanya kenapa aku sampai disini. Ternyata ini masa sekolah. Bukan sekolah kucing. Tapi sekolah terbuang. Jauh dari asalku dulu.
Kisah anak kucing. Sekolah terbuang. Terlantar. Semoga ada yang menemukanku. Jadi kucing rumahan. Dari pada kucing jalanan.
Malang, 1 Februari 2021
Oleh Eko Irawan