Saatnya pergi. Setelah semua ini. Lelah. Tak ada solusi. Hanya pertarungan tak berarti. Kalah menang tersakiti. Sama saja.
Hidup dalam badai yang dahsyat. Luluh lantak, dalam pecahan berkeping. Tersebar dalam luka. Diusung umbul umbul kepalsuan. Kejayaan palsu. Yang tak bermakna.
Kenapa jadi aku yang diadili. Dendam tak terpuaskan, oleh maaf. Oleh tobat. Oleh penebusan dosa. Sebelum semua dibalas. Berkali kali. Tanpa ampun.
Sakit ini terlalu dalam. Percaya ini, sudah terbunuh. Pengampunan hanya wacana bisu. Yang tak bicara. Tak bersuara. Tapi memukul telak. Hingga jatuh, terkapar. Berkalam dendam.Â
Aku jadi binatang hina. Dibutuhkan untuk diperas saja. Jadi harus dan terus harus. Tiada hak, tiada kuasa. Harus tanggung semua. Seperti panggung drama. Yang ditonton. Dalam tawa kebencian.
Saatnya tiba. Gone with light. Terurai dalam cahaya. Yang menembus nurani. Bawalah aku pergi. Sejauh mungkin. Dan jangan usungku kembali.
Jangan kau sangka aku takut. Kau sudah usir hidupku. Dan aku tak akan pernah kembali. Tak sanggup aku dalam dramamu. Itu sudah habisi aku. Dan berakhir saatnya nanti. Saat itu tiba, akupun akan pergi.
Malang, 14 Januari 2021
Oleh Eko Irawan