Sayang, aku sudah susah payah hari ini. Dari pagi, hingga tengah malam begini. Berjuang setengah mati. Tapi apa yang kuperoleh hanya sebatas ini.
Aku tak mengeluh. Bukan sombong dan angkuh. Tapi aku tetap salah dan jadi tertuduh. Memang ini kurang, tapi sambutlah aku yang kusut, lelah dan lusuh.
Aku tahu kamu marah. Kecewa. Tak bakal cukup saat dimakan anak anak kita. Aku bukan bermalas. Aku tetap pantang menyerah. Doapun sudah. Semangat, iya.Â
Tak perlu mencari sebab. Tak perlu mencari yang salah. Yang kita butuh sekarang, solusi. Jalan keluar dari kesulitan ini.
Tak perlu dalil dalil filosofi. Hutang sudah menumpuk disana sini. Terjerat dalam konspirasi. Dikejar kebutuhan dan tagihan yang mencemaskan hati.
Mari bersyukur, apapun itu. Terimalah, berapapun kumampu. Sudah sangat lelah diriku. Pahami kesulitan ku.
Elegi Beras Sekilo. Besok tak puasa dan menahan diri. Semoga segera tercukupi.Â
Sayangku, pahami sesaknya dadaku. Aku bukan musuh bagimu.
 Aku bertahan, tapi aku bukan tontonan. Aku melangkah mengejar harapan. Bantu aku tetap bertahan. Bersama meraih impian.
Belajarlah percaya. Elegi beras sekilo, berlalulah segera. Ini hanya sementara. Menunggu berkah Yang Kuasa.
Semoga kesulitan ini cepat berlalu.
Malang, 27 November 2020
Oleh Eko Irawan