Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Kajian Reenactment dalam Jelajah Sejarah Malang

29 Maret 2019   15:48 Diperbarui: 29 Maret 2019   16:07 766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Gunung Putri Tidur dari https://wongcrewchild.blogspot.com

Pernah melihat ini? Ini sebuah Panorama Indah Keberadaan sebuah Gunung yang menggambarkan Seorang Putri tengah tidur. Inilah Gunung Kawi, Yang terletak di sebelah barat Kota Malang, Jawa Timur. Sejak Masa Kolonial, Malang sudah terkenal sebagai tempat peristirahatan yang Nyaman dengan Hawa sejuk dan panorama alam yang menyejukan Jiwa. 

Keberadaan Malang bisa ditelisik melalui sejarah yang sangat panjang. Tulisan ini adalah sebuah ide awal untuk merintis sebuah tulisan tentang Malang dalam perspektif Kajian Reenactment. Ide ini memang sebuah Pekerjaan Besar. Jika tidak dirintis dan dimulai, ide ini akan sia sia. Ide ini berawal dari banyaknya Pertanyaan dari Tamu Yang berkunjung ke Kampung Sejarah dan  Musium Reenactor Ngalam. Rata rata mereka menanyakan sebuah buku yang bisa memberikan gambaran tentang Sejarah Malang Raya. Menarikah artikel ini ditulis? Bagaimana dan apa yang Harus disampaikan? dan apakah tulisan ini dalam seri seri selanjutnya akan memiliki makna bagi Sejarah Indonesia pada Umumnya? Jawabannya adalah, Mulailah sekarang secara setahap demi setahap. Semoga bermanfaat dan mampu Mengabadikan pengetahuan sejarah seputar malang raya agar bisa diwariskan dan diketahui hingga anak cucu dimasa mendatang. Dan Untuk Memudahkan Rangkaian tulisan ini nantinya disebut Jelajah sejarah Malang dengan hastag #jelajahsejarahmalang ditiap artikel yang nantinya akan dirilis.

Mengenal Malang Raya

Berbicara tentang Malang, berarti membicarakan 3 Kota secara administrasi di sebut sebagai Kota Malang, Kota Batu dan Kabupaten Malang.

ilustrasi Peta Jawa timur-dokpri
ilustrasi Peta Jawa timur-dokpri

Tiga daerah ini disebut Malang sebagaimana peta Jawa timur tersebut diatas. Untuk Memudahkan Pemahaman dalam artikel ini kita memegang persepsi Malang yang kita sebutkan disini meliputi 3 Kota di diwilayah ini sebagai Malang Raya.

Perhatikan Geomorfologi Malang sbagaimana dikutip dari situs http://blog.ub.ac.id Malang terletak di dataran tinggi dengan gunung gunung mengelilinginya. 

foto http://blog.ub.ac.id
foto http://blog.ub.ac.id

foto dari http://blog.ub.ac.id
foto dari http://blog.ub.ac.id

Secara geografis, Malang bersebelahan dengan Blitar, Mojokerto, dan Pasuruan. Di batas bagian selatan Malang adalah Pantai Selatan, yakni Samudra Hindia. Malang berada di Jawa Timur Bagian Tengah dan memanjang hingga ke selatan. Dimana topografi zona tengah di bagian Jawa Timur adalah Pegunungan (Daerah Vulkanik). 

ari gambar di atas, dapat dilihat, Malang berada di tengah wilayah Provinsi Jawa Timur. Kota Malang di kelilingi oleh pegunungan, yakni G. Penanjakan, G. Arjuna, Pegunungan Tengger, G. Welirang, G. Anjasmoro, G. Butak. Sehingga, Landform Kota Malang bagian tengah adalah Vulkanik. Beberapa wilayah yang di lewati DAS Brantas memiliki Landform  Fluvio Marin, dan Malang Selatan merupakan Daerah Karst.

Secara umum tanah yang berkembang di wilayah Malang berkembang dari bahan vulkanik hasil gunung api, yang dipengaruhi oleh Gunung Arjuno dan Anjasmoro di bagian utara, dan Gunung Panderman di bagian selatan.

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Malang (Santosa et.al., 1992), formasi geologi yang dijumpai di kawasan Kota DAS Sumber Brantas ada lima, berturut-turut dari yang paling luas yaitu: 1) Qvaw (Batuan Gunungapi Arjuna Welirang), 2) Qpat (Batuan Gunungapi Anjasmara Tua), 3) Qvp (Batuan Gunungapi Panderman), 4) Qpvkb (Batuan Gunungapi Kawi-Butak) dan 5) Qpva (Batuan Gunungapi Anjasmara Muda).

Sebaran masing-masing formasi disajikan pada Gambar 2.9. Ditinjau dari umur batuan, Kompleks Pegunungan Anjasmara-Lalijiwa adalah pegunungan tua yang telah mati dan mengalami perusakan bentuk kerucut Gunung api. Kompleks pegunungan yang aling muda adalah Arjuna-Welirang, dimana Gunung Arjuna sedang istirahat dan Gunung Welirang masih aktif dengan mengeluarkan gas (belerang).

Pada Malang bagian selatan terjadi Pelipatan (Gerak Diastropik). Ditemukannya banyak daerah yang mengandung kapur, di Malang Selatan dan Blitar, hal ini disebabkan adanya tekanan dari lempeng euroasia yang bertumbukan sehingga, terjadi pelipatan kulit bumi. Kapur hanya terbentuk di dalam laut, akibat sedimentasi, fosil binatang dan endapan Ca CO3, apabila kapur ditemukan di daratan merupakan terjadinya pelipatan sehingga, daerah dasar laut mengangkat ke permukaan bumi. 

Dengan kondisi geografi yang seperti itu, wilayah Kota Malang diatur dengan :
Bagian selatan termasuk dataran tinggi yang cukup luas,cocok untuk industri .
Bagian utara termasuk dataran tinggi yang subur, cocok untuk pertanian
Bagian timur merupakan dataran tinggi dengan keadaan kurang kurang subur
Bagian barat merupakan dataran tinggi yang amat luas menjadi daerah pendidikan

Penjelasan diatas bisa memberikan gambaran kondisi alam di Malang, Yang merupakan dataran yang sangat subur daerahnya dan menjadi pusat peradaban sbagaimana ditulis dalam sejarahnya. Dengan demikian bisa digambarkan bagaimana kondisi fisik alam di Malang Raya

Malang dalam Lintasan Sejarah

Untuk merintis tulisan ini diperlukan sebuah metode yang akurat agar mudah diikuti dan mampu memberikan pencerahan dari sisi sejarah. Menelusuri Jelajah sejarah Malang bukan hal yang mudah dilakukan, ditulis dan dishare pada pihak yang membutuhkan secara open sources. Sebenarnya sudah banyak pihak baik Pemerintah, Perguruan tinggi, Komunitas dan Para peneliti tentang hal ini. Namun keterbatasan akses membuat Penelitian dan mengumpulkan literaturnya banyak terkendala. Kemungkinan apa yang akan ditulis dalam rangkaian artikel ini ke depan akan melompat lompat, terlepas dari kronologi waktu, dikarenakan sumber datanya sbagaimana kendala tersebut diatas.

Berikut mencoba merangkai Malang dalam lintasan sejarah

Kapankah Malang pertama Kali memulai peradabannya? Penemuan situs Sekaran, di Desa Sekarpuro Kecamatan Pakis Kabupaten Malang akan banyak memberikan Jawaban tentang Malang dalam kajian arkeologi di Masa mendatang

Situs Sekaran dari https://nasional.republika.co.id
Situs Sekaran dari https://nasional.republika.co.id

Berikut situs Wikipedia merilis tentang asal usul Malang sebagai berikut :

Asal usul penamaan Malang sampai sekarang masih diperdebatkan oleh para ahli sejarah. Nama "Malang" muncul pertama kali pada Prasasti Pamotoh/Ukirnegara (1120 Saka/1198 Masehi) yang ditemukan pada tanggal 11 Januari 1975 oleh seorang administrator perkebunan Bantaran di Wlingi, Kabupaten Blitar. Dalam prasasti tembaga tersebut, tertulis salah satu bagiannya (dengan terjemahannya sebagai berikut) sebagai berikut.

TeksTerjemahan...taning sakrid Malang-akalihan

wacid lawan macu pasabhanira

dyah Limpa Makanagran I...

...di sebelah timur tempat berburu sekitar Malang

bersama wacid dan mancu,

persawahan Dyah Limpa yaitu...

Malang di sini merujuk pada sebuah daerah di timur Gunung Kawi. Meskipun telah diketahui bahwa penggunaan Malang setidaknya telah berlangsung sejak abad ke-12 Masehi, tidak bisa dipastikan asal mula penamaan wilayahnya.

Hipotesis pertama merujuk pada nama sebuah bangunan suci bernama Malangkuewara (diucapkan [malakueworo]). Bangunan suci tersebut disebut dalam dua prasasti Raja Balitung dari Mataram Kuno, yakni Prasasti Mantyasih tahun 907 Masehi dan Prasasti 908 Masehi.[2] Para ahli masih belum memperoleh kesepakatan di mana bangunan tersebut berada. Di satu sisi, ada sejumlah ahli yang menyebutkan bahwa bangunan Malangkuewara terletak di daerah Gunung Buring, suatu pegunungan yang membujur di sebelah timur Kota Malang di mana terdapat salah satu puncaknya bernama "Malang".[2]

Pihak yang lain di sisi lain menduga bahwa letak sesungguhnya dari bangunan suci tersebut terdapat di daerah Tumpang, Kabupaten Malang. Di daerah tersebut, terdapat sebuah desa bernama Malangsuka, yang menurut para ahli sejarah berasal dari kata Malangkua (diucapkan [malankuo]) yang diucapkan terbalik. Pendapat ini diperkuat oleh keberadaan peninggalan-peninggalan kuno di sekitar Tumpang seperti Candi Jago dan Candi Kidal yang merupakan wilayah Kerajaan Singhasari.[2]

Nama Malangkuewara terdiri atas 3 kata, yakni mala yang berarti kebatilan, kecurangan, kepalsuan, dan kejahatan, angkua (diucapkan [akuo]) yang berarti menghancurkan atau membinasakan, dan iwara (diucapkan [iworo]) yang berarti Tuhan. Oleh karena itu, Malangkuewara berarti "Tuhan telah menghancurkan yang batil".[3]

Hipotesis kedua merujuk sebuah kisah penyerangan pasukan Kesultanan Mataram ke Malang pada 1614 yang dipimpin oleh Tumenggung Alap-Alap.[4] Menurut cerita rakyat, terdapat sebuah percakapan antara Tumenggung Alap-Alap dengan salah satu pembantunya mengenai kondisi wilayah Malang sebelum penyerangan dimulai. Pembantu dari Tumenggung Alap-Alap tersebut menyebut warga dan prajurit dari daerah tersebut sebagai penduduk yang "menghalang-halangi" (malang dalam Bahasa Jawa) kedatangan dari pasukan Mataram. Setelah penaklukan tersebut, pihak Mataram menamakan daerah itu Malang.[5]

Mengolah data dalam Konsep Reenactment

Dari data data tersebut diatas, Kita akan banyak gambaran tentang Malang dalam lintasan sejarah yang sangat panjang. Dimanakah korelasi dengan metode Reenactment? Metode ini secara teori belum banyak dibahas diperguruan Tinggi, tapi banyak diterapkan dalam dunia hobby Reenactor. Para Penghobby sejarah ini memang belum sampai meneliti ke sejarah lampau. Namun ide membuat Reenactment bersumber sejarah pada masa Hindu Budha di Nusantara ini, bukan tidak mungkin dilakukan. Penampilan Tari Topeng Panji adalah bentuk Reenactment, yang sebenarnya mereka tidak menyadari sedang menerapkan metodenya.  Bukti Reenactment sudah dilakukan dapat kita temukan dalam Relief Candi di Bumi Nusantara. Sebagai Komparasinya dapat kita lihat perbandingan dalam foto sebagai berikut

dokpri-Reenactor skarang dan Jaman Singhasari
dokpri-Reenactor skarang dan Jaman Singhasari

Foto atas adalah Reka Ulang Peristiwa serangan Umum 1 Maret di Jogjakarta yang diperankan oleh Reenactor Indonesia pada Tanggal 4 Maret 2019 di Jogjakarta bisa terekam Kamera, sementara yang bawah adalah cuplikan relief dari Candi Jago yang mencoba reka Ulang sebuah kisah kisah raja Aridharma yang dibuat dalam relief pada Tahun 1268  di candi Jajaghu Tumpang Kabupaten Malang.

Upaya mereka Ulang sejarah ternyata sudah digambarkan dalam relief candi di Nusantara. Jika ada anggapan, Reenactor adalah Konsep baru, Pemahaman tersebut adalah salah. Reenactor sudah diterapkan sejak lampau, namun dengan nama dan pemahaman yang berbeda. Inilah Reenactment yang sedang kita telusuri untuk membangun sebuah pemahaman kesejarahan tentang Reenactor dan sejarah Malang

(bersambung)

Semoga artikel Rintisan ini bermanfaat

ditulis oleh : Eko Irawan

Blogger Kompasiana Reenactor

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun