Mohon tunggu...
Eko Wahyudi Antoro
Eko Wahyudi Antoro Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan statistik dan pendidikan

Konsultan, penulis dan pegiat lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mental Jemek

29 September 2022   01:54 Diperbarui: 29 September 2022   01:59 1412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Manusia sebagai makhluk sosial secara harfiah tentunya tidak dapat hidup tanpa berinteraksi dengan manusia lainnya. Sedangkan karakter manusia sendiri juga sangat beragam, maka dibutuhkan pendewasaan diri dalam menyikapinya.

Ada manusia yang berkarakter kuat, berprinsip dan mandiri, tidak ingin merepotkan manusia lainnya. Ada yang menggantungkan hidupnya pada manusia lainnya. Bahkan, ada pula yang cenderung berkarakter manipulatif hanya demi kepentingannya sendiri.

Karakter manusia seperti ini yang kami sebut sebagai manusia ber mental Jemek. Jemek dalam bahasa Jawa di artikan sebagai sesuatu bentuk benda yang agak basah, lembek dan cenderu tidak pada atau keras. Apabila di aplikasikan dalam karakter manusia artinya mental yang dimiliki lemah, lembek, tidak berprinsip, males dan cenderung enggan untuk berbuat lebih dan ekstra.

Sejauh yang saya temui, orang-orang model seperti ini di kehidupan sehari-hari sangatlah banyak. Nampak di luar sok peduli, care, dan bersosial, namun pada dasarnya semuanya hanya sebuah dalih demi tujuan pribadi. Jual omongan sana sini, sindiran halus hingga yang menyakitkan hati tidak segan mereka lontarkan hanya untuk memuaskan hasrat pribadi.

Ada pernah saya mendengar, sesorang yang berkarakter seperti ini menyampaika dalam kosa kata Jawa seperti ini "bah no, tak jarak, nek metu duite peneran, mumpung Loman Yo dimanfaatne ae. Tapi nek wis pait, urusane, tinggal wae". Adalagi yang menyatakan "Jarno ae, ajur lak uwis, sing penting wareg, sedot ae getih e Sampek entek, nek wis entek getihe kari dipendem"

Sekejam itu kawan naluri mu untuk bertahan hidup. Tidak segan kamu memakan daging saudara mu sendiri. Menghina orang-orang yang membantumu mengarungi sisa umur. Tapi kamu lupa, bahwa tindakan mu itu, ibaratnya seperti kamu membuang hajat besar mu pada piring yang kamu buat makan.

Makhluk menjijikan seperti apa itu kawan. Lupakah kalian ketika merengek minta bantuan, merengek ketika susah. Kawan dan saudaramu yang lain sudah berusaha semaksimal mungkin peduli kepadamu. Tapi, kalau harapan mu adalah banyaknya teman hanya untuk bergantian memenuhi kemauanmu, kamu salah kawan. Suatu saat kamu akan berjuang menentukan nasib mu sendiri, dan jangan salahkan ketika tidak ada lagi pihak-pihak yang peduli. Jangan salahkan mereka, jangan salahkan tuhan mu dan jangan salahkan lingkungan mu.

Rubahlah karaktermu sendiri sebelum terlambat kawan. Nasi yang lembek masih bisa di olah menjadi makanan padat yang mengiurkan dan dibutuhkan banyak orang. Masih belum terlambat kok, jika kamu mau. Jika tidak wait and see saja kawan. Selamat menikmati kehidupan mu yang ber "mental Jemek"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun