Ali Ridho Group (ARG) Pelopor Budidaya Udang Windu Organik Sidoarjo Pertama Di Dunia
Pada bagian ke-2, saya menuliskan bagaimana kiprah petani tambak senior Bapak H.M. Qosim kepada para petani tambak se Sidoarjo mengenalkan budidaya tambak udang windu organik agar diakui secara internasional dan berkesinambungan (sustainability).
Inisiatif untuk mempelopori budidaya udang windu organik dilakukan oleh Ali Ridho Group (ARG) karena petani udang saat itu yang masih mengembangkan budidaya udang dengan cara konvensional, sedangkan saat ini konsumen dari negara benua Eropa dan Jepang menginginkan suatu komoditi yang ramah dan sehat terhadap lingkungan (system organic). Â Â
Mengapa perlu budidaya udang windu organik? Berikut ini alasannya:
- Sistem organik adalah sistem managemen produksi pangan yang mengembangkan dan memperhatikan kesehatan ekosistem, dan menekankan pada penggunaan bahan-bahan organik dan menjauhkan dari bahan sintetik.
- Dengan maraknya penggunaan obat-obatan dan zat kimia dalam proses produksi bahan pangan menimbulkan banyak masalah dan hal ini mulai tidak disukai konsumen. Maka konsumen terutama pada negara maju mulai sadar dan permintaan untuk bahan pangan organik dan ramah lingkungan mulai terus meningkat.
- Sebagai petani organik, maka Badan Penerbit Sertifikasi akan memberikan sertifikat organik.
- Sertifikat organik diakui oleh badan internasional non pemerintah yang memberikan jaminan kepada konsumen bahwa produk bersertifikat itu diproduksi dengan standar organik yang ramah lingkungan tanpa pestisida, dan lain-lain.
Tujuan Budidaya Udang Windu Organik
Tujuan dari memperkenalkan budidaya sistem organik untuk memenuhi order/ konsumen juga untuk menjaga kelestarian alam dan lingkungan. Oleh karenanya penting artinya petani memiliki sertifikat organik, maka diperlukan suatu proyek pengembangan budidaya organik dalam suatu wadah yang akan mengorganisasi para petani untuk mengembangkan sistem budaya organik harus mendapatkan sertifikat organik terlebih dahulu.
Keikutsertaan pembudidayaan udang di Sidoarjo dalam proyek udang organik pertama di dunia membuka mata dunia internasional dan mengharumkan nama Sidoarjo sebagai lokasi pembudidayaan udang yang ramah lingkungan.
Petani di daerah Sidoarjo mempunyai inisiatif untuk mempelopori budidaya udang windu organik, yang mana petani tambak selalu memanfaatkan jenis tumbuh-tumbuhan dan daun mangrove yang ada disekitar lingkungan tambak.
Cara panen menunggu waktu air pasang, udang dan ikan bandeng mempunyai sifat apabila kena air pasang selalu menembus air. Alat tangkat dibuat dari anyaman bambu yang disebut Prayang. Dengan kebiasaan budaya petambak bila panen berakhir mereka membagikan kepada kaum buruh, kaum nelayan, pekerja tambak dan orang-orang yang ada disekitar daerah itu. Pekerjaan ini disebut Buri. Petani tambak udang tradisi dengan budaya tersebut sampai sekarang.
Setiap tebar kepadatan benih windu 4-6 ekor/m2, untuk benih bandeng 5 ekor/10 m2. Dengan cara demikian para petani tambak di Sidoarjo masih bisa mempertahankan lingkungannya. Kesadaran mereka tanpa ada peraturan pemerintah, sadar akan menanam mangrove, membersih dan membuang lumpur di caren (kolong) tambak maupun sungai yang menajdi irigasi di setiap wilayah masing-masing, sehingga daerah pertanian tambak Sidoarjo dijuluki budidaya tambak udang windu berkesinambungan (sustainability).
Sejarah Ali Ridho Group (ARG)
Misi ARG dalam pembudidayaan udang di Sidoarjo dalam proyek udang organik tidak lain adalah ingin diakui dan diterima pasar luar negeri (Eropa dan Jepang), disamping itu juga mengharumkan nama Sidoarjo sebagai lokasi pembudidayaan udang yang ramah lingkungan.
