Mohon tunggu...
Eko N Thomas Marbun
Eko N Thomas Marbun Mohon Tunggu... Penulis - I Kerani di Medan Merdeka Utara I

Tertarik pada sepak bola, politik dan sastra

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sedikit

22 Desember 2022   13:09 Diperbarui: 22 Desember 2022   13:23 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Satu-satunya foto ibu dengan penulis ketika masih kecil (Dokumen Pribadi)

Seingatku ada waktu-waktu yang membutuhkan perjuangan dan pengorbanan. Pertama, ketika Bapak memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke Medan. Kedua, ketika ibu harus mendampingi bapak yang membuatnya harus meninggal kampung berikut sawah, ladang dan ternaknya. Ketiga, ketika ibu harus melanjutnya tanggung jawab sebagai kepala keluarga ketika ayah sakit lalu berpulang.

Ketika bapak melanjutkan pendidikan di Medan. Saya tidak ingat persis pendidikan Diploma atau Strata satu. Sebab keduanya dilakukan dalam jangka waktu yang berbeda. Semua pekerjaan baik urusan ekonomi keluarga dan anak diemban sendiri oleh ibu.

Saya masih bisa membayangkan momen dimana ibu harus berjalan sambil menaruh kayu bakar di kepala, semprotan di punggung dan hasil pertanian di tangan. Itu masih ditambah adikku yang bungsu di dalam perutnya. Ibu melakukannya tanpa keluhan dan hebatnya mampu melakukannya.

Kelak saya tahu dari ibu, dia melakukannya karena cinta. Cinta itu bisa mengubah kepala, pundak, tangan dan kaki menjadi kuat. Wujud cinta itu adalah kerja lebih keras. Dia harus memastikan kehidupan kami baik-baik saja di kampung. Itu dilakukan supaya ayah bisa tenang menyelasaikan studinya.

Pada akhirnya, bapak menyelesaikan studinya. Promosi dan mendapat tambahan penghasilan. Tapi, di sisi lain, kami sudah mulai tumbuh besar. Tuntutan biaya pendidikan semakin tinggi. Di sinilah, kami merasakan buah dari perjuangan ibu mendukung ekonomi keluarga.

Jika hanya berharap dari gaji bapak, seorang PNS rendah di daerah. Rasanya mustahil bagi kami untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Paling tidak 3 orang pertama. Ada tuntutan untuk membayar uang pendidikan, tempat tinggal dan makan sehari-hari. 2 orang saudaraku kuliah di Pekanbaru dan saya sendiri di Yogyakarta.

Perjuangan memang tidak menghianati hasilnya. Kerbau yang kami pelihara di bawah pengawasan ibu, satu per satu dijual. Demikian juga dengan babi dan ayam. Bahkan, saya sendiri sudah lupa persis jumlahnya.

Saya jadi ingat ketika ibu pulang dari ladang atau sawah hal pertama yang ditanyakan apakah kerbau sudah kenyang? babi sudah dikasih makan? Atau ayam sudah dimasukkan ke kandang? Seringkali tanpa bertanya terlebih dahulu apakah kami sudah makan atau mandi. Rasanya kerbau, babi dan ayam itu lebih penting! Tapi, ternyata tidak. Kerbau, babi dan ayam itulah yang membawa kami ke tempat sekarang.

Ibuku memang tidak bersekolah. Tapi, dia memikirkan masa depan kami. Katanya, anaknya harus sarjana. Itu yang membuat sedari awal sudah menyiapkan semuanya. Perencanaan yang jitu, disiapkan ternak-ternak itu sebagai modal pendidikan masa depan.

Seiring berjalannya waktu, bapak promosi dalam pekerjaannya. Peristiwa yang cukup berkesan ketika ayah menjadi camat. Tuntutannya, ibu harus menjadi ketua tim penggerak Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di kecamatan. Bagi, kami itu melegakan karena akan mengalami perbaikan ekonomi keluarga.

Tapi, bagi ibu selain membanggakan, ada tantangan berat! Dia harus turut membina Puskemas dan Puskesmas Pembantu, Pendidikan Anak Usia Dini, Kesejahteraan Keluarga dan kegiatan seremonial lainnya. Jika dulu dia berurusan dengan cangkul dan parang. Sejak saat itu, dia berurusan dengan dokter, bidan dan guru. Saya tidak tega membayangkan dia yang hanya tamatan sekolah menengah pertama berdiri memberi amanat di depan para profesional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun