Mohon tunggu...
Eka Sulistiyowati
Eka Sulistiyowati Mohon Tunggu... Administrasi - karyawan

aku tahu rezekiku takkan diambil orang lain, karenanya hatiku tenang. aku tahu amal-amalku takkan dikerjakan orang lain, karenanya kusibukkan diri dengan beramal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ternyata Tak Mudah

4 Oktober 2021   09:41 Diperbarui: 15 Februari 2024   10:54 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau boleh jujur sebenarnya aku berencana sekalian saja kami check in. Aku memiliki banyak cerita untuk dibagikan dengannya. Aku yakin dia akan tertawa kecil mendengar ceritaku. Namun dia sudah check ini dan buru-buru ijin untuk sholat subuh.

Aku check in kemudian menunggu sebentar di ruang tunggu, lalu segera masuk pesawat. Aku tidak lagi bertemu dengan perempuan itu, namun sebuah wa masuk di ponselku.

'Nanti bareng ya Mas ke kanpusnya' tulis perempuan itu pada whatapps

'Beres' jawabku.

Aku masih berjalan di belakangnya, seperti hal-hal yang dahulu sering kulakukan. Aku suka mengawasinya dari belakang. Perempuan yang tinggi badannya bahkan tidak sampai 1.5 meter dengan berat badan sekitar lima puluh kiloan. Siapa sangka dia sudah memiliki anak yang sehat dan cerdas. 

Andai saja perempuan itu tahu betapa aku bahagia dia menemukan lelaki yang baik untuk menjadi pendampingnya. Bukan lelaki sepertiku, yang walaupun saat itu sekuat tenaga berusaha hijrah ke arah yang lebih baik, tetap saja bukan aku yang terpilih di kehidupannya.

Kukesampingkan semua egoku tentangnya. Meskipun melupakannya bukanlah hal yang mudah. Senyum, suara bahkan tangisnya seolah sudah terpatri di dalam otakku.

Dari bandara ternyata banyak rekan lainnya yang satu tujuan, di kantor pusat. Akhirnya kami ber -7 menyewa satu mobil menuju ke sana. Jangan tanya mengapa aku duduk di bangku belakang ya. Karena sudah kukatakan dari awal aku suka mengawasinya, seolah dengan berada di belakangnya, aku melindunginya dari segala bahaya.

Sesampai di kantor pusat, kuhampiri perempuan itu, "Ayuk sarapan"

Perempuan itu menggelengkan kepala seraya tersenyum, "Aku shaum Mas"

Ingatanku terus berputar pada tahun-tahun itu. Tahun dimana aku berusaha untuk menjadi lebih baik, ibadahku dan sikapku perlahan berubah. Aku bahkan menghentikan kebiasaanku menggoda wanita-wanita dengan pesona ketampananku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun