Mohon tunggu...
Eka Radityo
Eka Radityo Mohon Tunggu... Birokrat, Abdi Dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat

Sugih tanpa bandha, digdaya tanpa aji, nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Siapakah "Panglima" Prabowo Selanjutnya?

4 Februari 2025   17:00 Diperbarui: 6 Februari 2025   12:44 962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Prabowo dan Panglima TNI Agus Subiyanto (Sumber : Tim Media Prabowo)

Ada yang menarik dari mutasi yang dilakukan oleh Panglima TNI pada tanggal 6 Desember 2024. Di antara yang dimutasi adalah Komandan Kodiklatad Letjen Widi Prasetijono menjadi dosen tetap Universitas Pertahanan (Unhan). Widi adalah mantan ajudan Presiden Jokowi dan Danrem 074/Warastratama yang membawahi eks Karisidenan Solo. Dengan bintang tiga disandangnya, Widi kini tidak punya jabatan lagi karena hanya berstatus pengajar di Unhan.

Tentu saja hal ini cukup mengagetkan karena salah satu jenderal terdekat Jokowi yang sempat digadang-gadang akan menjadi Kepala Staf Angkatan Darat, bahkan Panglima TNI justru masuk kotak. Hal ini seolah menjadi sinyal bahwa Presiden Prabowo mulai mengurangi (kalau tidak ingin disebut memutus) pengaruh Jokowi di tubuh militer.

Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto sendiri yang lahir pada 5 Agustus 1967 akan pensiun pada akhir bulan Agustus 2025. Tentu menarik ditunggu siapa yang akan ditunjuk Prabowo untuk menjadi Panglima TNI selanjutnya. Apalagi ini merupakan pertama kalinya Prabowo akan mengangkat Panglima TNI sejak dirinya dilantik menjadi Presiden RI pada tanggal 20 Oktober 2024.

Bagaimanapun juga dalam kancah pemerintahan di negara kita, peran TNI masih sangat krusial. Bukan hanya karena TNI sebagai institusi yang diberi kewenangan monopoli penggunaan senjata, tapi juga peran dan keterlibatan TNI yang masih cukup menonjol dalam kehidupan sosial politik masyarakat. Sehingga meskipun sejak reformasi kewenangan militer banyak yang dipangkas, namun diakui atau tidak peran TNI masih sangat menonjol.

Sebagaimana ketentuan dalam Pasal 13 Undang-Undang TNI, Panglima TNI diangkat dan diberhentikan oleh Presiden setelah mendapat persetujuan DPR. Jabatan Panglima TNI dapat dijabat secara bergantian oleh Perwira Tinggi aktif dari tiap-tiap Angkatan yang sedang atau pernah menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan. Sehingga berdasarkan ketentuan tersebut, yang dapat dicalonkan menjadi Panglima TNI saat ini yaitu Kasad Jenderal Maruli Simanjuntak, Kasal Laksamana Muhammad Ali dan Kasau Marsekal Tony Harjono.

Namun perlu diingat pula bahwa Kasal Laksamana Muhammad Ali akan pensiun pada akhir bulan April 2025, sehingga pensiunnya lebih awal dibanding Panglima saat ini Jenderal Agus Subiyanto. Artinya yang akan diperhitungkan sebagai calon Panglima TNI bukan Kasal Muhammad Ali, melainkan penggantinya kelak.

Secara aturan bahwa Panglima TNI memang dapat dijabat secara bergantian dari tiga angkatan tersebut. Artinya kalau Panglima saat ini dari angkatan darat, maka penggantinya idealnya dari matra udara atau laut. Namun kata “dapat” dalam Undang-Undang TNI ini bermakna tidak wajib. Secara urutan memang idealnya Panglima TNI selanjutnya dari angkatan udara. Karena Panglima saat ini dari angkatan darat dan Panglima sebelumnya berasal dari angkatan laut.

Sebagai gambaran, pada tahun 2015 Presiden Jokowi saat itu justru mengangkat Kasad Jenderal Gatot Nurmantyo sebagai calon Panglima TNI alih-alih mengajukan Kasau Marsekal Agus Supriyatna. Padahal Panglima sebelumnya Jenderal Moeldoko juga berasal dari Angkatan Darat dan jatah Panglima TNI saat itu “seharusnya” dari Angkatan Udara. Pengangkatan Gatot saat itu dinilai sebagai cara Jokowi untuk lebih mendapatkan dukungan dari militer. Mengingat angkatan darat dianggap lebih berpengaruh dalam konstelasi politik dan sosial, selain karena memang jumlah personil angkatan darat lebih banyak dibanding angkatan lainnya. Apalagi pada masa awal pemerintahannya memang Jokowi “terengah-engah” mengkonsolidasikan kekuasaannya, karena saat itu tekanan politik bukan hanya dari oposisi namun justru dari PDIP selaku partai pengusungnya.

Jokowi Lantik Gatot Nurmantyo (Sumber : Setkab)
Jokowi Lantik Gatot Nurmantyo (Sumber : Setkab)

Lalu bagaimana dengan Presiden Prabowo saat ini? Dibandingkan dengan kondisi pada awal Jokowi menjabat, Prabowo bisa dibilang lebih nyaman karena nyaris sudah tidak ada kekuatan oposisi yang kuat. Keberhasilan Prabowo menarik seluruh elemen politik menjadi bagian koalisinya menyebabkan nyaris tidak ada turbulensi yang berarti pada awal pemerintahannya. Sehingga Prabowo seharusnya lebih memliki keleluasaan dalam menentukan siapa Panglima TNI selanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun