Mohon tunggu...
Eka Andini
Eka Andini Mohon Tunggu... Freelancer - ;'

Harus banget ya bio nya diisi?

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Judulnya Bingung

12 Oktober 2019   21:26 Diperbarui: 12 Oktober 2019   21:28 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bawa pulang saja atuh minta obat terus tebus weh" kata uwa ku. "Nya kan kondisi anak na can bener atuh teh" kata bibi ku, istri dari amang ku. "Daripada biaya beki gede? Dek bagaimana cikan?" semuanya kembali terdiam.

Aku pulang ke rumah saja ah, lagipula sudah ada yang jaga. Kasian sekali kondisinya, revaldi yang biasanya ceria. Main kesana kemari, kini harus seperti ini. Revaldi adalah si 'pangais bungsu' alias anak kedua dari 3 bersaudara. Usianya masih 4 tahun setengah. Aa nya bernama renaldi yang duduk di bangku kelas 1 sekolah dasar. Dan adiknya rehaldi yang usianya 2 tahun. Pautan umur yang terbilang cukup sedikit yang membuat kesehatanyya tidak terlalu terpantau. Amangku seorang petani dan buruh harian lepas, ya kalau tidak musim panen dan menanam apa yang dilakukan jika ia hanya sebagai petani saja? Bagaimana anak istrinya? Mereka sekeluarga tinggal tidak bersama kami disini. Melainkan di kampung bibi ku atau di rumah nya mertua amangku.

                            **"

Tiga hari sudah reval di rawat. Dan amangku terpaksa menjual lahan tanah sawah miliknya untuk menutupi biaya. Aku dengar, keadaan nya memburuk. Dari telefon dokter menjelaskan pada kami bahwa ada yang janggal di darahnya revaldi. Dimana jumlah sel darah putihnya jauh lebih banyak dari pada sel darah merahnya. Nah loh. "Tapi sekarang kita akan tes lab bu, tadi, kita susah mencari donor darah dari pmi. Namun sepertinya untuk golongan darah ananda reval habis stoknya. Barangkali ibu atau kerabat ada yang bergolongan sama?" kami berbisik. "Emang ari uwa golongan darah na naon ca?" dia bertanya padaku. Aku hanya mengangkat bahu sebagai tanda bahwa aku tidak tahu. "Dok punten, kenapa tidak ambil darah orang tuanya saja?" kata ku kepada telepon yang sedang di loudspeak "nah justru itu bu, orang tuanya tidak ada yang cocok dengan anak nya" semuanya riuh mendengar perkataan dokter. Hingga ku putuskan untuk menyudahi percakapan dan berterima kasih kepada dokter. "Nya walaupun saya bodo, tapi apal ari mun gaada yang cocok gokingan darahnya antara si a yudi dan teh tina. Lalu eta si reval anak saha?" kata amangku yang bungsu. Tuhan, mengapa semuanya jadi begini?. Sejam berselang, hp uwa ku kembali bergetar. Dan yang muncul nomor tidak dikenal. Ya, dari rumah sakit lagi. "Bu mohon maaf mengganggu, kami sudah melakukan tes lab dan ternyata.." perkataan dokter terpotong sinyal yabg jelek "ternyata apa dok?" "terdapat sel kanker di darah revaldi" semuanya tersentak dan kompak mengucap "inalillahi" apa? Kanker? Hah? Bagaimana bisa? Maksudku bagaimana bisa anak sekecil itu terkena kanker.?

"Kanker darah teh Anu sok aya dina film indosiar sanes teh eca?" aku mengangguk atas jawaban uwa ku "anu harus kimutedapon?" dia nampak sulit mengucapkannya "kemoterapi uwaa"

                        ****

Seminggu reval di vonis kanker oleh dokter. Kami mulai melihat penyusutan berat badan pada tubuhnya. Yang dulunya putih gemuk seperti lobak. Kini menjadi kecil seperti nasi. Kasihan, adik ku malang. Saat aku ke rumah sakit reval harus dipindahkan ke rumah sakit besar di kota bandung. Mungkin agar peralatannya lengkap. Kata dokter, reval menjalani kemoterapi seminggu duakali. Pemasukan obat kimia ke dalam darah berfungsi untuk melawan sel kanker yang kian hari kian meluas. Ku lihat reval terbangun. Tapi tunggu, kok mata nya jadi begitu. Aku tak kuasa melihat nya. Siapa yang tega? Melihat matanya sebelah menonjol keluar dan tak bisa di tutup oleh kelopak mata nya? Metah pula. Tangis kami pecah di ruangan. Kondisi yang buruk pada reval sempat berkata "amang, eval mau susu lima nya" amangku yang bekerja di peternakan sapi di lembang mengabgguk sambil bercucur air mata "iya kasep sok sing enggal sembuh. Nanti amang bawa susu lima"

itu adalah foto saat reval meminta susu. Dokter mengobrol dengan bapak ku, aku sempat menguping pembicaraan nya. Ternyata, ada sesuatu yang mendorong mata reval keluar. Sejenis tumor di belakang mata nya. Kamu kuat reval.

Reval akhirnya di pindahkan ke rumah sakit besar. List biaya di rumahsakit sebelumnya mencapai angka 150 juta rupiah. Aku kaget bukan kepalang. Gara gara reval pindah rumah sakit, aku jadi sulit menemuinya. Keadaan nya kadang membaik kadang memburuk. Tetapi yang kudengar reval sudah berada di bawah naungan yayasaan kanker indonesia. Ibunya banyak bercerita tentang reval yang lebih senang berbain di rumah singgah daripada di rumah sakit. Sekitar 5 bulan lebih reval diam di rumah singgah. Sementara kami  kami sudah kocar kacir mencari dana. Hingga habis tanah seluas 3 hektare. Pabrik batu bata, srmuanya digubakan untuk biaya pengobatan reval

                                   ***

Rencana nya dua hari ke depani reval akan di ambil tumor di belakang mat nya dengan jalan operasibedah kepala. Semua badan revaldi diperiksa saat sedang puasa. Mulai dari dokter pencernaan, jantung, ginjal, paru paru memeriksa badan reval. Kami ke rumah sakit yang jaraknya amat jauh dari rumah ku "bu revaldi teh ternyata punya penyakit paru paru ya?" kami semua melongo karena baru tahu semua ini. Apa lagi ini? Keadaan reval membaik ku rasa. Aku membwakan boneka sapi untuknya. "Teh, ini teh namanya si 'mooo'" nampak senang ia kubawakan boneka. Terus dipeluknya dan ia tertidur pulas sekali. Kami tenang melihatnya dan sejuk nampak reval tidak menangis kesakitan lagi jika ia tertidur. Saat sedang indah bercengkrama, , ada ibu ibu yang dirawat di sebelah melewat di hadapan kami. Ibu ibu itu nampak herab melihat reval yang tertidur pilas dengan memeluk si 'moo' laliu ibu itu menghampiri kami "teh maaf, naha nya si ade anu eta bobo na teu ngarenghap?" saat aku melihat dengan yang lain. Kami cepat memangvil dokter jaga nya. Ternyata benar, reval tidak hanya sekedar tidur. Tetapi tidur yang benar benar tidur. Semua terpukul. Isak tangis mengiringi penutupan wajah reval yang tengah teh tidur. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun