Karena mungkin bukan orang-orang itu yang harus kumarahi,
tapi bagian dari diriku yang belum bisa berdamai.
Dan aku sadar: memaafkan bukan berarti melupakan, tapi berhenti membawa luka itu ke mana-mana.
Mimpi itu bukan sekadar bunga tidur. Tapi cermin.
Cermin yang memantulkan wajah luka yang belum aku sentuh. Yang selama ini kututup rapat, kutahan sendiri.
Dan saat aku menulis ini, aku paham:
mimpi itu adalah pesan dari Allah, bahwa saatnya aku pulang.
Pulang ke diriku yang pernah terluka. Pulang untuk menyembuhkan.
Lalu aku bertanya pada diriku sendiri...
Sudahkah aku benar-benar memaafkan?
Atau aku hanya pura-pura kuat?
Dan pertanyaan itu... membuatku diam.
Membuatku berpikir.
Membuatku, untuk pertama kalinya setelah sekian lama,
benar-benar ingin pulih.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI