Mohon tunggu...
ega nur fadillah
ega nur fadillah Mohon Tunggu... Mahasiswi -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Muhkan dan Mutasyabbih

22 November 2018   08:30 Diperbarui: 22 November 2018   08:44 1950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menurut Al-Suyuthi, inilah yang menjadu pendapat kebanyakan sahabat, tabi'in, tabi'i al-tabi'in, dan orang-orang sesudah mereka, khususnya Ahlus Sunnah. Pandangan ini adalah riwayat yang paling sahih dari Ibn Abbas. Kesahihan mazhab ini juga didukung oleh riwayat tentang qira'at Ibn Abbas:

"Dan tidak mengetahui takwilnya kecuali Allah dan berkata orag-orang yang mendalam ilmunya: "Kami mempercayainya". (Dikeluarkan oleh Abd Ar-Razaq dalam tafsirnya  dan al-Hakim dalam mustadraknya)

Ini menunjukkan bahwa waw untuk isti'naf (permulaan). Disamping itu ayat tersebut juga mencela orang-orang yang mengikuti ayat-ayat mutasyabihat dan memerika mereka itu sebagai yang mempunyai kecenderungan kepada kesesatan dan mencari fitnah.sebaliknya ayat yang sama memuji orang-orang yang menyerahkan pengetahuan tentang itu kepada Allah. Dari Muhammad Ibn al-Hasan, ia berkata:"seluruh ahli fiqh dari Timur sampai Barat sepakat meyakini sifat-sifat Allah tanpa penafsiran (penakwilnya) dan tasybih (penyerupaan)". Ibn al-Shalah berkata: "Cara inilah yang ditempuh oleh para pendahulu dan pemuka-pemuka umat, didpilih oleh para iamam fiqih dan pemimpin-pemimpin umat, dan para imam hadist juga menganjurkan pendapat ini. Dan tidak seorang pun dari ulama kalam dari sahabt kita yang mengelak dan keberatan dengan pendapat ini".

Mazhab Khalaf, yaitu ulama yang menakwilkan lafal yang makna lahirnya mustahil kepada makna yang baik dengan zat Allah. Karena itu mereka disebut pula Muawwilah atau Mazhab Takwil. Mereka memaknakan isiwa' dengan ketinggian yang abstrak, berupa pengendaian Allah terhadap alam ini tanpa merasa kepayahan. Kedatangan Allah diartikan dengan kedatangan perintahnya, Allah berada di atas hamba-Nya dengan Allah Maha Tinggi, buakn berada di suatu tempat, "sis' Allah dengan hak Allah, "wajah" dengan zat,"mata" dengan pengawasan ,"tangan" dengan kekuasaan, dan "diri" dengan siksa. Demikian siste penafsiran ayat-ayat mutasyabihat yang ditempuh oleh para ulama Khalaf. Semua lafal yang mengandung makna "cinta" "murka", dan "malu" bagi Allah ditakwil dengan makna majaz yang terdekat. Mereka berkata:

"semua sifat-sifat kejiwaan, yaitu kasih sayang,gembira,suka,murka,malu,tipu,daya, dan ejekan mempunyai makna permulaan dan makna akhir. Misalnya murka awalnya merupakan gejolak darah hati dan akhirnya keinginan membuat mudrat terhadap orang yang dimurkai. Maka lafal marah atau murka pada hak Allah tidak diartikan dengan makna awalnya berupa gejolak hati, tetapi dengan tujuannya yang berupa kehendak membuat mudrat".

Mazhab ini juga mempunyai argumen aqli dan naqli berupa atsar sahabat. Menurut mereka, suatu hal yang harus dilakukan adalah memalingkan lafal  dari keadaan kehampaan yang mengakibatkan kebingungan manusia karena membiarkan lafal terlantar tak bermakna. Selama mungkin menakwil kalam Allah dengan makna yang benar, maka nalar mengharuskan untuk melakukannya.

Menurut al-Suyuthi pembukaan-pembukaan surat (awail al-suwar) atau huruf-huruf potongan (al-huruf al-muqatbtba) ini termasuk ayat-ayat mutasyabihat. Sebagai ayat-ayat mutasyabihat, para ulama berbeda pendapat lagi dalam memahami dan menafsirkannya.dalam hal ini para ulamayang memahaminya sebagai rahasia yang hanyadiketahui oleh Allah.al-suyuthi memandang pendapatini sebagai pendapat yang mukhtar (terpilih). Ibn al-Munzir meriwayatkan bahwa ketika al-Sya'bi ditanya tentang pembukaan-pembukaan surat ini berkata:

"Sesungguhnya bagi setiap kitab ada rahasia dan sesungguhnya rahasia al-Qur'an ini adalh pembukaan-pembukaan suratnya."

Ali bin abi Thalib diriwayatkan pernah berkata:

"sesungguhnya bagi setiap kitab ada sari patinya, dan sari pati kitab (al-Qur'an) ini adalah huruf-huruf ejaannya".

Abu Bakar juga diriwayatkan pernah berkata:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun