Mohon tunggu...
ega nur fadillah
ega nur fadillah Mohon Tunggu... Mahasiswi -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Muhkan dan Mutasyabbih

22 November 2018   08:30 Diperbarui: 22 November 2018   08:44 1950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

1."yaitu Tuhan Yang Maha Pemurah, yang bersemayam diatas Arsy" (QS.Toha(20):5)
2."dan datanglah Tuhanmu;sedang malaikat berbaris-baris" (QS.al-Fajr(89):22)
3."dan dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi diatas semua hambanya" (QS.al-An'am(6):61)

Dalam ayat-ayat ini terdapat kata-kata "bersemanyam","datang","sisi',"diatas",diri" yang di bangsakan atau dijadikan sifat bagi Allah. Kata kuat ini menunjukkan keadaan tempat, dan anggota yang layak bagi makhluk yang baharu. Karena dalam ayat-ayat tersebut kata-kata ini dibangsakan kepada Allah yang qadim (absolut) maka sulit dipahami maksud yang sebenarnya. Karena itu pula, ayat-ayat tersebut dinamakan "mutasyabih Al-shifat". Selanjutnya, dipertanyakan: apakah maksud aya-ayat ini dapat diketahui oleh manusia atau tidak?

Shubhi Al-shalih membedakan pendapat ulama kedalam dua madzhab.

 Madzab salaf yaitu orag-orang yang mempercayai dan mengimani sifat-siafat mutasyabihat itu dan menyerahkan hakikatnya kepada Allah sendiri. Mereka mensucikan Allah dari pengertian-pengertian lahir yang mustahil ini bagi Allah dan mengimaninya bagaimana yang ditersngkan Al-Qur'an serta menyerahkan urusan mengetahui hakikatnya kepada Allah sendiri. Karena mereka menyerahkan urusan mengetahui hakikat maksud ayat-ayat ini kepada Allah,mereka disebut pula madzhab Mufawwidhah atau Tafwidh. Ketika Imam Malik ditanya tentang makna istiwah,dia berkata:

"istiwah itu maklum, caranya tidak diketahui,mempertanyakanya bid'ah (mengada-ada), saya duga engkau ini orang jahat. Keluarkan kamulah orang ini dari majlis saya"

Maksudnya, makna lahir dari kata "istiwah" jelas diketahui oleh setiap orang. Akan tetapi, pengertian yang demikian secara pasti bukan dimaksud oleh ayat. Sebab, pengertian yang demikian membawa kepada tasybih (penyerupaan Tuhan dengan sesuatu) yang mustahil bagi Allah. Karena itu, bagaimana cara istiwa' disisi Allah tidak diketahui. Selanjutnya, mempertanyakanya untuk mengetahui maksud yang sebenarnya menurut syari'at dipandang bid'ah (mengada-ada)

Inilah sistem penafsiran yang di terapkan oleh madzab salaf pada umumnya terhadap ayat-ayat mutasyabihat. Dalam menerapkan sistem ini,mereka mempunyai dua argumen,yaitu, argumen aqli dan naqli. Argumen aqli adalah bahwa menentukan maksud dari ayat-ayat mutasyabihat hanyalah berdasarkan kaidah-kaidah berkebahasaan dan penggunakanya dikalangan bangsa arab. Penentuan seperti ini hanya dapat menghasailkan ketentuan yang bersifat zanni (tidak pasti). Sedangkan sifat-sifat Allah termasuk masalah akidah yang dasarnya tidak cukup dengan argumenya zanni. Lantaran dasar yang qath'i (pasti) tidak diperoleh,maka kita tawaqquf (tidak memutuskan) dan menyerahkan ketentuan maksudnya kepada Allah Yang Maha Mengetahui dan Maha Mengenal.

Adapun argumen naqli mereka mengemukakan beberapa hadits dan atsar sahabat. Diantaranya,

"Dari Aisyah, ia berkata: "Rasul SAW membaca ayat :"Ialah yang menurunkan al-Kitab (al-Qur'an) kepadamu" --sampai kepada- "orang-orang yang berakal"; berkata ia: "Rasul SAW berkata: "jika engkau melihat orang-orang yang mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat daripadanya maka mereka itulah orang-orang yang disebutkan Allah, maka hati-hatilah terhadap merka". (Dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dan lain keduanya).

"Dari Amer Ibn Syu'aih dari ayahnya dari kakeknya dari Rasul SAW, ia bersabda "sesungguhnya al-Qur'an tidak diturunkan agar sebagiannya mendustakan sebagian lainnya; apa yang kamu ketahui kepadanya maka amalkanlah dan apa yang mutasyabib maka hendaklah kamu meyakininya (Dkeluarkan oleh Mirdawaih).

"Dari Sulaiman Ibn Yasar bahwa seorang laki-laki bernama Ibn  Shubaigh datang ke Madinah kemudian bertaya tentang mutasyabib dalam al-Qur'an.maka Umar datang seraya menyediakan sebatang pelepah kormauntuk (memukul) orang tersebut, Umar bertanya : "siapakah engkau?" Ia menjawab : "saya adalah abdullah Ibn  Shubaigh. Kemudian, Umar mengambil pelepah korma dan memukulkannya hingga kepalanya berdarah. Dalam riwayat lain dikatakan /: Kemudia Umar memukulnya dengan pelepar korma hingga membiarkan belakangnya terluka; kemudian ia meninggalkannya hingga sembuh; kemudian kembali; kemudian ditinggalkannya hingga sembuh; kemudian ia (Umar) memanggilnya kembali; maka orang itu berkata : "jika engkau hendak membunuhku maka bunuhlah aku dengan cara yang baik". Maka ia membolehkannya untuk pulang ke negerinya. Kemudian, Umar menulis kepada Abu Musa Al-Asy'ari agar tak seorangpun dari kaum Muslimin yang bergaul dengannya". (Dikeluarkan oleh Al-Darimi).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun