Mohon tunggu...
Ega Ardiana
Ega Ardiana Mohon Tunggu... Masih Muda

Seringnya cerpen dan puisi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Roti Tawar dan Selai Cokelat

21 Januari 2025   19:00 Diperbarui: 21 Januari 2025   19:00 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Roti dan Selai Cokelat (Sumber: Pexels/Glah Aydoan)

Roy tertawa mendengar kejujuran Robi, Robi juga tertawa dan berkata, "Yah, ketahuan. Walaupun pasti aku akan membayar hutangku." 

"Sudahlah Robi, kadang aku merasa kalau kau ini saudaraku yang hilang. Sejak pertama kita bertemu, ..."

"Kau sudah menawariku roti tawar dengan selai cokelat. Karena saat itu aku sedang sedih, aku bisa bahagia kembali dengan makanan sederhana yang kau tawari. Bagiku itu tidak sederhana, tapi luar biasa."

Mereka berdua berjalan bersama sambil tetap bercanda. Robi juga sambil memakan roti tawar dengan selai cokelat untuk mengganjal perut di pagi ini. 

Roy akhirnya sampai di tempat kerjanya. Perbincangan dua sahabat ini berhenti untuk sementara waktu. Roy masuk ke dalam dan Robi lanjut untuk mengantarkan koran-koran. Dua pria yang enjoy dengan pekerjaan masing-masing. Senyuman yang tiada habisnya di sepanjang hari. Entah mengapa bisa ada dua pria sesabar mereka.

Seorang pria lain seusia Roy menyapanya, "Hai Roy, deretan meja kerja ini selalu kamu yang datang lebih dulu."

"Iya Kevin, daripada terlambat. Lagipula aku sudah siap sedari pagi." Jawab Roy

Kevin, anak bos Roy di tempat kerjanya. Tapi Kevin tidak sombong dengan pegawai yang lain. Dia akrab, mudah bergaul, baik hati, dan suka berbagi. Apalagi dengan Roy, mungkin karena mereka sepantaran. 

Di desa, adik-adik Roy juga merindukan sosok kakaknya. Mereka bertiga selalu bercerita sambil mengingat tentang Roy. Betapa bangga mereka memiliki kakak seperti Roy. Adik terkecil setiap melihat foto Roy selalu menanyakan kapan kakak pertamanya akan pulang. Jika sudah pulang, dia ingin mengajak kakaknya untuk ke sekitar ladang dan sungai melihat matahari terbit dan terbenam yang tampak indah. Itulah hiburan mereka selain bermian layangan dan bersama teman-teman mereka yang lain di desa.

Jam delapan tepat di kota Roy berada, dia mulai bekerja, mencatat arsip-arsip penting di meja kerjanya. Sesekali dia melihat foto keluarga yang ada di meja. Melihat wajah orang tua dan adik-adiknya. Karena hal itu membuatnya semangat lagi, menghilangkan rasa penat yang menghampirinya, supaya tidak melekat dalam diri.

Saat makan siang tiba, menu roti tawar dengan selai cokelat  menjadi menu istimewa yang cukup mengenyangkan untuk Roy. Sampai menu itu menjadi ledekan oleh teman tepat samping meja kerjanya. Tapi Roy cukup tertawa saja, tidak ada yang perlu diambil hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun