Mohon tunggu...
Ega Ardiana
Ega Ardiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Love about art

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hari Ini

8 Februari 2024   09:13 Diperbarui: 8 Februari 2024   09:19 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Personal Image/ Ega Ardiana 

Karin dan Indah sangat senang mereka bertemu kembali setelah sekian lama. Mereka berdua langsung mengobrol tentang banyak hal. Termasuk motor Karin yang tiba-tiba mogok. Hingga percakapan tentang keluarga.

"Jadi adik-adik kamu sekarang udah SMA ya? Dulu aku ingat mereka masih SD kelas 6 terus ada yang SMP. Sekarang kamu juga yang biayain mereka. Maaf sebelumnya, gimana dengan Bapak kamu? Apa masih tetap seperti dulu?" Tanya Indah. Dia penasaran, apakah Bapak Karin masih punya sifat yang sama seperti dulu atau tidak.

"Ya begitu. Bapakku bukan orang yang pekerja keras, masih suka bentak istri dan anak-anaknya. Kebiasaan buruk lain juga masih ada, cuma bisa malak uang kami, bukan memberi uang untuk kebutuhan. Padahal ibu dan kami, anak-anakny, bukan tipe orang yang suka menuntut banyak hal. Dia juga udah pernah sakit sampai lama dirawat di sana. Aku gak tahu kapan dia mau berubah," Karin bercerita dengan penuh perasaan. Ada rasa kesal dan marah di hatinya.

"Aku salut sama kesabaran kamu. Di usia ini juga udah bisa bantuin biaya adik kamu."

Karin tersenyum, dia lanjut bicara, "Makanya Ndah, kamu harus bersyukur. Kamu punya orang tua yang mendukung kamu, bapak kamu juga orang baik, beliau orangnya memang tegas, tapi bukan orang yang suka bentak-bentak istri atau anaknya. Bapak kamu bisa menyelesaikan masalah dengan bijak, bukan malah menambah masalah karena kebiasaan buruk."

"Iya Karin, maaf kalau aku jadi buat kamu sedih. Karena aku ingat aja waktu dulu."

"Iya, gakpapa. Mentalku udah makin kuat. Walau sebenarnya aku juga gak suka terus-terusan melihat keributan yang dibuat bapakku sendiri."

"Ya itu wajar, siapa yang suka melihat orang yang dianggap orang tua malah bertingkah buruk dan juga memberi luka, bukan melindungi."

"Kamu benar, jadi sekarang aku harus bisa jaga ibu aku dan adik-adik aku. Aku juga bersyukur bisa kerja dan punya uang sendiri. Setidaknya ibuku tidak perlu minta uang pada bapakku yang bisanya marah-marah."

Nrengg...nrengg...nrengg....

Motor Karin sudah bisa menyala kembali. Perbincangan Karin dan Indah pun usai setelah Karin memilih pulang karena motornya sudah menyala. Indah juga memaklumi jika Karin harus pulang cepat, dia juga tidak ingin Karin dimarahi bapaknya sendiri karena pulang ke rumah tidak seperti jam biasanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun