Mohon tunggu...
Efri Cahyanti
Efri Cahyanti Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga / Freelancer

Senang dengan dunia anak dan berita. Suka menulis dan menambah pengetahuan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Istighfar Cinta

5 Februari 2024   14:33 Diperbarui: 5 Februari 2024   14:35 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Clingg,, terdengar notifikasi ada pesan WhatsApp masuk.

"Dek, gimana dagangnya? Mas baru sampai lokasi dagang. Tadi mas mau mampir tapi ada mas Tri, ga enak. Jadi mas langsung aja. Insyaallah nanti pulang dagang mas mampir ke lapak adek yah. Nanti kalau udah selesai dagang, mas aja yang beresin dagangannya. Adek tunggu aja yaa. Sampe ketemu. Jangan lupa banyak shalawat dan istighfar yaa dek, Adek hari ini cantik banget deh, hehee,,,"

Ternyata pesan dari mas Lesmana. Rekan dagang mas Tri. Yang juga sama seperti mas Tri, berjualan stik kentang goreng. Hanya saja dilokasi yang berbeda. Mas Lesmana begitu pandai melukis senyum dibibir dan hatiku. Sejak mas Lesmana menyatakan keseriusan denganku, dia lebih sering mengirim pesan singkat. Walau sekedar menanyakan kabarku, kabar daganganku, atau sekedar memujiku. Membuat hatiku semakin tertawan dan tak sabar untuk menjadi istrinya. Dia yang sudah mulai menyisihkan keuntungan dagang untukku membuatku yakin bukti keseriusannya. Bahkan uang yang rutin diberikan untukku dia katakan untuk modal nikah, membuatku semakin percaya akan keseriusannya menghalalkanku.

"Eh Iyah gak apa mas, tadi mas Tri mampir sebentar saja langsung berangkat lagi. Doain aja dagangannya rame yaa,, mas juga semoga dagangnya laris manis biar modal nikah kita cepet kekumpul banyak.", kubalas pesan WhatsApp kepada mas Lesmana.

Clingg,,,

"Assalamualaikum, Ti, lagi dagang yah ? Besok idul Fitri jadi mudik tanggal berapa? Kata Mama, kalau mau mudik bareng sama mas Tri aja tapi jangan naik motor,, naik kereta atau bus aja Mama malah lebih tenang", ternyata ada pesan masuk dari Mba Puji, kakak perempuanku, yang tinggal dengan Mama dikampung.


Akupun membalas pesannya, "Wa'alaikumussalaam,, Iyah lagi dagang tapi masih belum ada yang beli, hehe, oh iya soal mudik nanti dibahas dulu sama mas Tri baiknya gimana, insyaallah kalau udah ada kepastian dikabari yaa"

"Ok siippp,,,", pesan balasan singkat dari Mba Puji.

"Oh ya, Ti," Mba Puji menambahkan "Kamu sama Lesmana gimana? Kemaren Mama tiba-tiba cerita waktu pas bulan lalu ke kontrakan mas Tri terus ketemu Lesmana. Akhirnya aku cerita ke Mama soal kamu lagi deket sama Lesmana. Tapi mama kayanya kurang setuju. Kalau besok mama telfon kamu, kamu cerita aja soalnya kan mama belum tau kalau Lesmana itu seperti apa, dagangnya juga semangat. Sama kamu juga baik pula sering bantu bayar kontrakan malah kan?  Aku belum cerita ke Mama soal yang kemaren Lesmana pinjem cincin kamu buat ukur cincin nikah, soal tabungan nikah juga belum aku ceritain ke Mama."

"Oh yaa udah, doain aja yang terbaiknya yaa. Mungkin nanti atau besok kalau lagi agak santai Titik telfon mama. Makasi banyak yaa mba Puji." ,balasku.

Aku merasa ini adalah tugas tambahan untuk menceritakan banyak hal tentang mas Lesmana kepada Mama. Apalagi mama hampir selalu terlibat untuk keputusan yang aku ambil dalam langkah yang aku pilih. Termasuk untuk memilih berdagang di pinggir jalan seperti ini pun. Apalagi untuk hal besar seperti memilih suami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun