Jika satu balita bisa berganti diapers 5-6kali dalam satu hari, maka ada sekitar 40 limbah diapers dalam satu minggu. Dan lebih dari 150pcs limbah diapers sekali pakai dalam satu bulan.
Bagaimana jika dalam satu kelurahan ada 25 balita yang mungkin penggunaan diapers sekali pakai bisa lebih dari 6pcs dalam sehari?
Berapa banyak limbah yang dihasilkan ??
Penggunaan pembalut dan diapers sekali pakai memang terlihat lebih praktis dan memudahkan, walau nyatanya cukup menguras "isi kantong".
Seandainya seorang wanita lebih memilih membeli pembalut yang bisa digunakan berkali-kali dengan harga 7 kali lipat dari pembalut sekali pakai, sebenarnya ini lebih menghemat pengeluaran karena bisa dipakai lebih dari 7 kali.
Namun sayangnya, banyak produk pembalut kain yang bisa dipakai berulang kali tapi dari segi kenyamanan saat digunakan masih kurang. Ada yang membuat risih, mudah bergeser, bocor, bahkan sulit dibersihkan.
Banyak juga diapers bayi yang walau jika dihitung dari segi ekonomi terasa lebih hemat, namun dari segi waktu dan tenaga untuk membersihkan setelah dipakai, ini cukup merepotkan dan melelahkan.
Hingga tak jarang, banyak ibu yang memilih menggunakan diapers sekali pakai menimbang dari segi ke-praktis-an.
Banyak juga ibu yang merasa enggan melatih anak balitanya untuk "toilet training", belajar Buang Air Kecil dan belajar Buang Air Besar sedini mungkin. Padahal apabila ini diterapkan, akan berdampak positif bagi pengurangan limbah imbas penggunaan diapers sekali pakai.
Ironinya, balita yang berusia 2 tahun sudah harus diajarkan "toilet training" namun diusia 4 bahkan sampai hampir mendekati usia 5 tahun masih ada saja balita yang menggunakan diapers.
Perlu adanya edukasi mendalam kepada pihak-pihak yang turut "bersentuhan" dalam penggunaan pembalut serta diapers sekali pakai ini. Dan sangat perlu adanya produk pengganti yang memberikan nilai tinggi dari segi ekonomi, kepraktisan dan kemudahan penggunaan serta perawatannya, sehingga mereka yang sering menggunakan produk ini akan mantap dan tidak berat hati untuk beralih ke produk yang lebih ramah lingkungan.