Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Demi Kau, Kelak Kota Ini Menjadi Hutan

27 April 2019   23:01 Diperbarui: 28 April 2019   13:09 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

I

Anak kecil yang sedang berlari riang di dalam lebat hutan

Menemani sang ayah berburu babi di balik sawit.

dia bocah liar yang menyepak gunduk daun yang gugur

jari-jari kakinya menyisir rumput-rumput untuk membuat jalannya.

Anak kecil itu tumbuh menjadi remaja

tetapi dia berkembang di dalam alam

kebahagiaannya adalah burung-burung, buaya, ular, monyet, cacing, cicak

II

Seorang perempuan tersesat dari kota jauh

Dia berjumpa lelaki itu yang berotot, bertubuh coklat kehitaman

Rambut menjulur di atas bahu

Sepasang kaki berjalan tanpa kasut

Berkenalanlah satu sama lain
Si lelaki berkata: aku tanpa nama

Sambil menunjuk ke arah lebat pohon meranti: singgah ke sana, itu rumahku


Bola mata remaja itu saling memandang

Perempuan itu jatuh cinta dengan alasan lain.

Butuh waktu dua jam untuk menyempurnakan proses pandangan pertama.

III

Jatuh cinta adalah sebuah konteks

Sehingga beberapa alasan perempuan kadang-kadang membingungkan

"Aku tidak mau tinggal di sini. Ikutlah bersamaku ke kota."

Mereka berjalan kaki menuju kota

Beratus-ratus ribu centimeter dilewati

Disuguhi dalam perjalanan itu: seratus unggas menyantap bangkai yang mati tidak mengenakan

Seribut menit langkah mereka sampai di pinggir kota

Akan tetapi, keduanya saling memandang sinis.

Si perempuan berkata: aku mencintaimu. Tapi aku sekarang sadar. Aku mencintaimu, dulu, karena kau pelindung yang melenyapkan ketakutanku pada binatang-binatang hutan

Si lelaki berkata pula: kau menawan saat lembah dan sungai mengalir di balik badanmu. Tapi mengapa ada pandangan lain di antara asap yang membubung pada wajahmu.

Sebelum balik badan, laki-laki itu menyampaikan: aku kira ayahku akan mengusirku pula dari hutan dengan sumpah serapah.

"Oleh sebabnya aku harus membangun hutan di kota ini."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun