Karena kapan lagi kritik bisa dilihat dan didengar pesannya oleh ribuan pasang mata kalau bukan dalam momentum festival. Bukan sekedar berpartisipasi dalam festival, namun momentum untuk bersuara terhadap aktivitas yang mendegradasi lingkungan.Â
Salah satu kesiapan itu adalah menghadirkan instalasi berupa tangga horisontal berukuran tinggi yang diletakkan di depan panggung. Dimana sebagai simbol instrumen tambang yang digunakan oleh sejumlah penari pria untuk beraksi
Yakni atraksi teatrikal unik dan mendebarkan, saat beberapa penari bergelantungan di ketinggian, memperagakan aktivitas penambangan. Diiringi alunan musik dan kidung yang dimainkan lewat alat tradisional, memandu gerakan lincah para penari pria.
Rasa kuatir, berdebar dan decak kagum meliputi penonton menyaksikan teatrikal yang memadukan tarian, musik dan narasi. Sebuah perpaduan luar biasa. Saya yang turut menyaksikan diantara ribuan pengungjung turut terpesona, melihat atraksi yang penuh effort tersebut.
Beberapa kali aksi tarian berhenti sejenak memberi kesempatan sang narator wanita menyampaikan narasi kritik sosial yang tajam terhadap eksploitasi tambang. Membuat pengunjung memberi aplaus bahkan sesekali berteriak setuju, seakan mengamini apa yang disampaikan narator.
Salah satu kalimat dari narasi yang disampaikan menyebutkan:
"Bumi pertiwi sedang terluka, pohon-pohon banyak di tebang, sungai-sungai beraroma busuk limbah, gunung-gunung menjerit mengeluarkan amarah. Ibu Pertiwi merintih."
Pesan moralnya adalah ketika ketamakan manusia  tidak terkendali dalam mengeksploitasi sumber daya tambang dan merusak lingkungan, maka disitulah bencana alam mengintai. Seperti banjir bandang, tanah longsor, pencemaran lingkungan dan sebagainya.
Uniknya sang narator turun dari panggung menyampaikan narasi dalam bentuk puisi, mata ketemu mata dengan pengunjung. Seakan kurang afdol jika hanya bernarasi di atas panggung.
Uniknya lagi narasi disampaikan dalam bahasa Indonesia, yang pesan kritik sosialnya bisa ditangkap secara jelas oleh seluruh pengunjung yang hadir dari berbagai wilayah di Sulteng. Â