Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Menulis Untuk Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Dilema Pemerintah atas Program Vaksin Gotong Royong

17 Juli 2021   17:53 Diperbarui: 17 Juli 2021   19:33 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi saat meninjau pelaksanaan vaksinasi. Doc  Sekertariat Presiden

Pramono Anung menyampaikan pembatalan vaksin gotong royong. Doc Kompas TV.
Pramono Anung menyampaikan pembatalan vaksin gotong royong. Doc Kompas TV.

Dalam menyikapi pro kontra yang ada di ruang publik, Pemerintah tentu sudah  menganalisa apa konsekuensinya  jika opsi program tersebut dilanjutkan. Pertama, Pemerintah akan dituding memanfaatkan anggaran negara untuk mencari keuntungan semata. 

Kedua, Pemerintah akan dianggap tidak memiliki sense of crisis terhadap kondisi masyarakat saat ini. Dimana  vaksin yang harusnya digratiskan justru dibuat berbayar.

Sebaliknya jika  tidak lanjutkan, maka anggaran negara semakin terbeban, karena harus dialokasikan untuk pengadaan vaksin dalam jumlah banyak.  Sementara skema untuk meringankan beban anggaran, terkunci sama sekali.

Selain itu  akses kepada masyarakat yang mampu serta pengusaha dengan tenaga kerja  sedikit untuk mendapat vaksin gratis, menjadi tidak mudah. Karena harus rela ikut mengantri untuk mendapatkannya. Bagi warga yang mampu atau pengusaha, waktu untuk mengantri ini sangat tidak efektif bagi produktifitas kerja.

Soal kesulitan dalam mendapat akses pelayanan vaksin gratis adalah sebuah realita. Terbukti pelaksanaan vaksin pertama kepada masyarakat di daerah beberapa hari lalu sempat ditutup pelayanannya, karena kehabisan kouta. Kalaupun ada pelayanan, maka diutamakan bagi warga yang hendak divaksin kedua.

Adapun untuk vaksin pertama di daerah akan dilanjutkan kembali setelah kouta vaksin tersedia. Dipastikan antrian warga kembali tidak terbendung, jika pelayanan vaksin pertama dibuka kembali. Mengingat keberadaan sebagian besar masyarakat yang sama sekali belum mendapatkan vaksinasi.

Setelah opsi vaksin gotong royong dibatalkan, maka Pemerintah lewat instansi yang melakukan pelayanan vaksin perlu memperbaiki akses pelayanannya. Ini penting agar pelayanan dapat berjalan efektif dan keseluruhan masyarakat dapat terlayani vaksinasi.

Misalnya, bagi Rumah Sakit atau Puskesmas yang hanya melayani vaksin Sinovac dengan kouta puluhan vaksin sehari, sementara yang antri ada ratusan orang, dipastikan pada hari itu ada warga yang tidak terlayani. Ini adalah realitas yang terjadi di sejumlah daerah.

Demikian pula sebaliknya vaksin disiapkan ada ratusan atau ribuan kouta perhari yang dilakukan di satu tempat. Maka proses antrian bisa berlangsung berjam jam bahkan seharian penuh. Bisa dibayangkan model  pelayanan tersebut, jelas tidak efektif dan efisien.

Ini yang harus dievaluasi oleh Pemerintah jika ingin program nasional vaksinasi gratis akan dilanjutkan. Tempat tempat vaksinasi perlu lebih dimasifkan, sehingga masyarakat mendapat kemudahan dalam mengakses pelayanan. Demikian  pula kuota vaksin harian diperbanyak, sehingga vaksinasi masal bisa dituntaskan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun