Masjid tidak harus memikul beban umat seorang diri. Di tengah kompleksitas kebutuhan sosial hari ini, sinergi menjadi kunci perubahan. Salah satu mitra strategis yang kerap terlupakan adalah Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah (LAZIS).
Keberadaan LAZIS bukanlah pesaing masjid, melainkan rekan seperjuangan dalam mengangkat derajat umat. Saat masjid dan LAZIS berkolaborasi, mereka mampu menyelenggarakan program-program yang lebih terarah dan berdampak: mulai dari workshop keterampilan, seminar kewirausahaan, pelatihan spiritual, hingga akses permodalan usaha.
Bukan sekadar memberi bantuan hari ini, sinergi ini membentuk jalan kemandirian. Mustahik dibina secara menyeluruh, agar kelak mampu berdiri tegak sebagai muzakki bukan hanya penerima, tetapi pemberi yang ikut menggerakkan roda kebaikan. Inilah esensi dari pengelolaan kas masjid yang produktif: bukan hanya membagi, tapi membebaskan.
Arah Baru Pengelolaan Kas Masjid
Kas masjid bukan sekadar angka di laporan. Ia adalah amanah. Titipan dari jamaah, dari umat, yang menanti untuk diubah menjadi manfaat nyata. Sudah saatnya kita tidak lagi memandang dana kas hanya sebagai alat administrasi, tetapi sebagai alat perubahan peradaban.
Pengelolaan kas masjid yang ideal harus memenuhi empat prinsip dasar:
Dikelola oleh tim yang kompeten dan amanah
Disertai sistem yang profesional dan partisipatif
Dilaporkan terbuka secara berkala
Diarahkan untuk program-program yang memberdayakan
Masjid harus menjadi motor kemajuan umat. Dana yang ada bukan untuk dibanggakan, tapi untuk digerakkan. Karena hakikatnya, uang umat adalah titipan, dan setiap titipan kelak akan ditanya: ke mana ia digunakan? Apakah ia telah memberi manfaat? Sudah saatnya kita refleksi bersama, apakah saldo tinggi di laporan kas sudah cukup menjadi ukuran keberhasilan? Apakah masjid telah menjadi rumah besar yang merangkul semua lapisan jamaah, termasuk generasi muda yang haus akan arah dan ruang kontribusi?
Bagi para pengurus, bukalah ruang musyawarah dan kolaborasi yang terbuka. Bagi para pemuda, bawalah ide segar, semangat perubahan, dan keterampilan zaman. Bagi jamaah, jangan hanya memberi infak, tapi juga libatkan diri dan awasi dengan cinta. Masjid bukan ruang yang sunyi dari perubahan, ia adalah jantung peradaban. Tempat di mana setiap rupiah bisa disulap menjadi peluang, dan setiap kas yang dikelola amanah dapat melahirkan gerakan yang menyejahterakan. Dari masjid, kita bangun peradaban. Dari kas, kita berdayakan umat.