Mohon tunggu...
Efi anggriani
Efi anggriani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Menulislah dan biarkan tulisanmu mengikuti takdirnya-Buya Hamka

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Malam Ketika Bintang Memudar

11 Desember 2019   02:21 Diperbarui: 11 Desember 2019   02:21 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hidup begitu keras menempaku , memberiku satu pelajaran  bahwa kalau aku lemah dalam bertahan , aku akan tergerus oleh roda kehidupan yang kadang begitu kejam dan kekejaman pria di masa lalu itu , membuatku belajar juga.

Hari itu aku melihat wajahnya lagi , dia tidak banyak berubah , kuhapus semua kenangan tentang kata-katanya , yang tak pernah terlupakan setiap kali aku ingin pergi darinya di masa lalu ' tanpamu aku merasa kosong' , kenapa pria menyakiti wanita yang dia bilang disayanginya? Itu tak pernah terjawab.

Seperti juga dulu , dia terlihat begitu dingin dan berjarak , dia selalu menjaga imejnya dan dia memang layak disuka , jika saja orang tahan dengan semua tuntutannya dan bersedia berada dalam kekuasaan untuknya, namun ternyata aku tidak sanggup. 

Aku baru saja mengambil makanan buffet , ketika dia menyadari itu aku dan berkata padaku bahwa dia menanyakan aku pada temannya , yakni bos besarku , aku tersenyum dan menatap wajahnya , berpura- pura sopan , meski sebenarnya aku cukup muak dengan sikap manis palsunya, aku cukup mengenalnya dulu , dia akan memujamu setinggi langit dengan kata-kata , diakhiri dengan membantingmu ke lantai cukup keras , untuk mengingatkan bahwa dia telah keliru bersikap dan bahwa menyatakan perasaan itu membuatnya terlihat lemah di hadapan seseorang. Bahkan kepadaku , wanita yang pernah disukainya.

Sesuatu menghantamku begitu telak , perasaan ini belum berubah , debaran jantung ini berpacu seperti saat roller coaster menukik , aku berusaha menenangkan perasaanku dan berusaha bersikap tenang di hadapannya, terselamatkan oleh kedatangan seorang karyawati lain , yang seantusias  fans K Pop pada bintang idolanya , berusaha beramah -tamah dengan pria di hadapanku.

Kelegaan dan kecemburuan berbaur dan berpadu dan membuat selera makanku habis tak tersisa. Aku ingin mencoba mengusir perasaan yang sama itu karena kebencian atas perbedaan di antara kami begitu nyata , aku membencinya namun aku merasa begitu cemburu saat dia bersua dengan wanita lain , sementara aku tahu pasti , aku tidak membutuhkan penderitaan dan pengorbanan , dengan kembali lagi padanya , seperti yang ada di bahasa isyaratnya , yang kupikir tidak pernah keliru kutafsirkan dan kesendiriannya dan bodohnya aku merasa kasihan , aku merasa menuju pada taraf ketidakwarasan pada pikiranku , untuk apa aku melakukan lagi?  Kembali.pada pria yang hanya membuatku tidak berharga?

Malam menjadi tanpa bintang dan terasa begitu gelap gulita , malam- malam dalam keheningan , saat mencoba lari dari kenyataan bahwa cintaku padanya masih mengalahkan kebencianku padanya , seperti juga dirinya , malam tanpa bintang dan sepi , serta rasa penat untuk berlari , akhirnya aku kembali padanya, malam ketika bintang memudar , ketika menyadari hidupku tak utuh tanpanya.

Cerita fiksi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun