Mohon tunggu...
Efi anggriani
Efi anggriani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Menulislah dan biarkan tulisanmu mengikuti takdirnya-Buya Hamka

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Malam Ketika Bintang Memudar

11 Desember 2019   02:21 Diperbarui: 11 Desember 2019   02:21 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cakrawala malam terlalu indah untuk kulewatkan dan kupandangi dari kejauhan, untuk mengagumi ciptaanNya. Kusandarkan tubuh penatku di dinding teras,  menatap langit serta mengucapkan sebuah kalimat yang terus menerus kucoba untuk kulakukan , namun selalu saja mengalami rintangan , melupakan seorang pria di masa lalu.

Aku mengerti tidak ada masa depan dan harapan untuk kami berdua, karena kami mematikan harapan itu dengan memutuskan untuk saling berpisah, setelah saling lelah mencoba bertahan dengan kata-kata yang cukup menyakitkan darinya , ambil atau tinggalkan dan menjadi wanita egois itu melelahkan.

Pria itu menilaiku egois , ya egois dan itu hantaman telak untukku yang membuatku limbung dan akhirnya berhenti menyukainya , setelah tersadar dia sama sekali tidak mengenaliku selama ini.

Berhari-hari setelah putus , kukunjungi tempat-tempat dimana bangku- bangku kosong menjadi saksi bisu semua kata-kata yang menusuk atau yang manis atau kemarahan atau tuntutan darinya , aku melakukan kesalahan setiap kali dia marah, aku menatapnya begitu tajam hingga dia bertambah marah , rasanya aku ingin kembali padanya dan meminta maaf, namun tersadar jurang di antara kami terlalu curam untuk dilalui.

Itu sepuluh tahun yang lalu , sepuluh tahun ketika dia masih segagah Bima dan setampan Arjuna dan aura menakutkan di wajahnya , namun aku tidak pernah takut. 

Sepuluh tahun penantian panjang  hingga aku masih sendirian di usia tigapuluh  dua, masih melajang karena dia menimbulkan trauma tentang pria , bahwa aku bukan apa-apa tanpanya , bahwa aku bergantung padanya , bahwa aku tidak cukup berharga, bahwa aku hanyalah seorang anak kecil pemberontak yang tidak pernah menuruti kata-katanya dan satu lagi , aku sudah tidak sanggup lagi untuk membuktikan padanya tentang kesetiaan karena dia terlalu pencuriga , kalimat apalagi yang setiap hari mesti kukatakan bahwa cintaku padanya terlalu besar , bahkan untuk berminat bicara pada orang lain , namun dia tidak mempercayaiku.

Aku bertumbuh karenanya dan membenci pria itu pada akhirnya , aku membencinya begitu dalam dan menyesal telah mengenalnya . Sosok menipu yang kupikir akan mengayomiku hanya menjadi sayatan kata yang menyakitkan. Aku membencinya.

Hari itu aku bertemu lagi dengannya tanpa sengaja , ternyata sahabat  bos besar di kantorku dan aku tidak heran , aku melihat semua kerja keras dan sifat perfeksionisnya dulu dan yakin dia akan sukses kelak , jadi aku tidak heran .

Dia tidak mengenaliku ketika kami berpapasan di lobi kantor , namun aku mengenalinya dan berpura- pura tidak mengenalinya , karena posisinya. Dia teman bos besar dan aku hanya seorang karyawati biasa dengan bakat yang terpendam yang tidak pernah kutampilkan, aku tidak cukup sukses tetapi aku sangat menikmati pekerjaanku.

Sepuluh tahun adalah perubahan besar bagi diriku , aku bukan lagi gadis kuliahan yang memakai lipgloss sederhana dan pakaian sederhana karena aku belum punya uang untuk memilikinya.

Tampil canggih dan tidak nampak sama sekali bekas keluguan itu dan kadang menipu pandangan orang , bahwa aku gadis kota yang hanya suka bersenang- senang dan sepenuhnya salah , aku gadis yang serius dan fokus pada hidupku meski aku bersenang -senang dengan teman-teman akrabku, masih sesama lajang dengan senam dan olahraga , serta hal positif lainnya.

Hidup begitu keras menempaku , memberiku satu pelajaran  bahwa kalau aku lemah dalam bertahan , aku akan tergerus oleh roda kehidupan yang kadang begitu kejam dan kekejaman pria di masa lalu itu , membuatku belajar juga.

Hari itu aku melihat wajahnya lagi , dia tidak banyak berubah , kuhapus semua kenangan tentang kata-katanya , yang tak pernah terlupakan setiap kali aku ingin pergi darinya di masa lalu ' tanpamu aku merasa kosong' , kenapa pria menyakiti wanita yang dia bilang disayanginya? Itu tak pernah terjawab.

Seperti juga dulu , dia terlihat begitu dingin dan berjarak , dia selalu menjaga imejnya dan dia memang layak disuka , jika saja orang tahan dengan semua tuntutannya dan bersedia berada dalam kekuasaan untuknya, namun ternyata aku tidak sanggup. 

Aku baru saja mengambil makanan buffet , ketika dia menyadari itu aku dan berkata padaku bahwa dia menanyakan aku pada temannya , yakni bos besarku , aku tersenyum dan menatap wajahnya , berpura- pura sopan , meski sebenarnya aku cukup muak dengan sikap manis palsunya, aku cukup mengenalnya dulu , dia akan memujamu setinggi langit dengan kata-kata , diakhiri dengan membantingmu ke lantai cukup keras , untuk mengingatkan bahwa dia telah keliru bersikap dan bahwa menyatakan perasaan itu membuatnya terlihat lemah di hadapan seseorang. Bahkan kepadaku , wanita yang pernah disukainya.

Sesuatu menghantamku begitu telak , perasaan ini belum berubah , debaran jantung ini berpacu seperti saat roller coaster menukik , aku berusaha menenangkan perasaanku dan berusaha bersikap tenang di hadapannya, terselamatkan oleh kedatangan seorang karyawati lain , yang seantusias  fans K Pop pada bintang idolanya , berusaha beramah -tamah dengan pria di hadapanku.

Kelegaan dan kecemburuan berbaur dan berpadu dan membuat selera makanku habis tak tersisa. Aku ingin mencoba mengusir perasaan yang sama itu karena kebencian atas perbedaan di antara kami begitu nyata , aku membencinya namun aku merasa begitu cemburu saat dia bersua dengan wanita lain , sementara aku tahu pasti , aku tidak membutuhkan penderitaan dan pengorbanan , dengan kembali lagi padanya , seperti yang ada di bahasa isyaratnya , yang kupikir tidak pernah keliru kutafsirkan dan kesendiriannya dan bodohnya aku merasa kasihan , aku merasa menuju pada taraf ketidakwarasan pada pikiranku , untuk apa aku melakukan lagi?  Kembali.pada pria yang hanya membuatku tidak berharga?

Malam menjadi tanpa bintang dan terasa begitu gelap gulita , malam- malam dalam keheningan , saat mencoba lari dari kenyataan bahwa cintaku padanya masih mengalahkan kebencianku padanya , seperti juga dirinya , malam tanpa bintang dan sepi , serta rasa penat untuk berlari , akhirnya aku kembali padanya, malam ketika bintang memudar , ketika menyadari hidupku tak utuh tanpanya.

Cerita fiksi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun