Tulisan ini dicukil dari tulisan tuan tak rupawan
bukan siapa-siapa, dan tidak ada apa-apa
hanya coretan alit tak berarah
seperti senoktah benih puspa yang ditiup bayu
lalu jatuh di tanah
Seperti yang termaktub di dalamnya
bukan sesuatu yang istimewa
dan tak ada yang dapat dibanggakan
: klise seperti lenguh para tuan dan puan di parlementaria
Mungkin coretan itu hanya dapat dipahami para resi
yang tengah melangkah dalam titian nirwana
maaf, kami hanya melangkah
melangkah dan terus melangkah
: karena semuanya kosong tanpa makna!
"Maka kalau celaan datang, siap introspeksi diri. Tak bereaksi berlebihan, apalagi sampai benci," demikian guratan tanpa ketus, seperti ritme yang sunyi
Lantas, guratan menoreh dalam partitur yang sama
"Begitu pun  kalau pujian datang, juga tak harus terjungkal kehilangan kesadaran!"
Epilog guratan dalam pena digital itu
bagai saif menikam kesadaran dalam torehan tajam
meskipun kembali dalam riak yang sama
"Karena pada akhirnya, semua akan berlalu. Semua hanya gejala sesaat. Lakukan terus kebajikan, tak usah mencemaskan akhirnya!"