Sejujurnya dia begitu jahat.Â
Bukankah dulu dia yang memisahkanku dengannya?
Kini dia merenggut pelukanmu dari sisiku. Pelukan yang dulu kukira tidak akan pernah lagi kubutuhkan.
Waktu...
Dia tak kalah jahat, bersekongkol dengan jarak untuk memisahkan kita tanpa memberitahuku kapan aku bisa bertemu kembali denganmu.
Dalam keterpurukanku ketika gagal, aku marah dan mencarimu untuk meluapkannya. Sebaliknya, dirimu selalu berhasil menenangkanku. Tenang yang kuterima dari dirimu membuatku berhenti menangis dan mulai tersenyum. Senyum yang hadir bermakna pembicaraan kita usai. Aku tak pernah memikirkan bahwa di sana perasaanmu terluka. Aku lupa bahwa kau semakin menua. 4 tahun lepas dari sisimu, sibuk berimajinasi akan rupamu. Aku mulai rindu.
Maa, aku bisa bilang apa tentang semua perangaiku yang mengecewakanmu?
Aku bisa berbuat apa untuk menebus air mata yang pernah terjatuh akibat ulahku dan kau tetap penuh cinta padaku.
Ma...
Dulu sekali aku sangat mencintaimu.
Dulu sekali aku pernah sangat membencimu juga bapak yang pergi jauh yang ternyata adalah untukku.