Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Bang Gege Masih Seperti yang Dulu

18 Maret 2020   14:37 Diperbarui: 18 Maret 2020   14:43 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, Rogayah yang galak kepada suami. Foto: Akurat.co

Libur dua pekan dan bekerja di rumah sesuai anjuran pemerintah guna membendung wabah COVID-19 atau Virus Corona, tak sepenuhnya disambut positif masyarakat. Ada yang gembira dapat bekerja di rumah sekaligus sebagai ajang menguatkan silaturahim antaranggota keluarga, tetapi tidak dengan Bang Jeck alias Gege.

Gege, sebutan akrab Bang Jeck ini, justru memaki para pengambil kebijakan meliburkan murid sekolah. Menutup tempat keramaian di malam hari hingga larangan kumpul dengan orang asing. Pasalnya, bagi Gege, kegemarannya jadi hilang.

Sementara jika ia banyak berada di rumah, itu sama artinya pemerintah mendekatkan dirinya dalam suasana neraka. Apa pasalnya, sih?

Begini. Gege adalah seorang guru. Meski penampilannya sebagai tenaga pendidik, jangan berharap dapat menyaksikan ia tampil necis. Biasanya jika kita menyaksikan tampilan guru di depan kelas, pakaiannya rapi, bersih dengan rambut tersisir dibelah samping mengkilat. Bicaranya pun penuh wibawa.

Tapi tidak dengan Gege. Tampil nyentrik. Berpakaian tidak necis sekali, tapi sangat tergolong sederhana. Sepatu kulitnya pun, meski mengkilat sering kena semir, di bagian depannya sudah bolong. Sementara potongan rambut tipis mendekati botak. Gesit dan pandai bergaul. Ramah kepada siapa saja. Ia banyak disukai tetangga dan para guru lainnya. Tapi tidak dengan isterinya, Rogayah yang selalu bertengkar kala Bang Gege berada di rumah.

Entah salah apa Bang Gege selalu didera kesulitan kala berada di rumah. Kala hari libur nasional atau Sabtu dan Minggu, yang seharusnya ia menyisihkan waktu di rumah, justru Bang Gege tak berada di rumah. Pokoknya, seusai menjalani shalat Subuh dan sesekali sarapan – itu pun jika isterinya tengah berkenan menyediakan – lalu ia ngacir menghindar dari pandangan isterinya.

Sudah sepuluh tahun perkawinan Gege dan Rogayah selalu diwarnai suara “pecah belah”. Tetangga pun maklum. Sebab, meski Gege sering dimarahi isterinya yang cerewet ia tetap setia. Buktinya apa?

Gaji yang diterima dari pemerintah seluruhnya diserahkan kepada Rogayah. Tiap bulan. Namun jika ia memperoleh tambahan dari luar itu, ya diambil seluruhnya. Jika itu diberikan juga kepada sang isteri, bisa jadi untuk beli rokok minta dari isteri tak bakal diberikan. Apa lagi sang isteri, meminjam kalimat dari tetangganya, ya terlalu berhitung dengan uang. Ia pandai mengatur uang tetapi pelit kepada suami.

Pendapatan di luar gaji, diistilahkan oleh Bang Gege adalah sebagai uang lelaki. Hehehe nggak sekalian sebagai uang pejantan?

Untuk menghindari celoteh sang isteri, bagi Gege sangat mudah. Ia banyak kenalan dan teman. Kala hari libur tiba, seperti Sabtu dan Minggu, ia pergi beramai-ramai dengan motor ke berbagai tempat tujuan sejuk. Salah satu kegemarannya adalah memancing sambil menikmati rokok di pemancingan.

Nah, lantaran sekarang anjuran libur dua pekan bukan saja diberlakukan pada tiap sekolah, tetapi juga pusat keramaian di malam hari. Ini yang menambah Bang Gege semakin kesal. Tapi ia tak dapat melancarkan protes. Apa lagi memprovokasi orang banyak untuk berunjuk rasa. Untuk ini, Bang Gege nggak punya nyali. Cuma ngedumel saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun