Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Nyamuk (Pers) dan Perangkapnya

25 Juli 2019   15:18 Diperbarui: 26 Juli 2019   00:17 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nyamuk pers. Foto | Media Indonesia

Foto | Dokpri
Foto | Dokpri
Sangat cocok dengan perilaku nyamuk. Di mana ada bau keringat manusia, apa lagi tengah malam, ia akan mengejarnya. Demikian pula nyamuk penghisap darah manusia di siang hari yang punya potensi menjadikan orang menderita DBD setelah mendapat gigitannya.

Harusnya Dewan Pers protes ke publik tentang sebutan nyamuk pers. Sebab, jika kita melihat orang datang ke pasar atau warung dalam jumlah banyak tidak disebut sebagai kumpulan nyamuk di pasar atau warung. Tapi, ya sudahlah. Sebutan nyamuk pers adalah sebuah sebutan yang sudah lama melekat ke awak media.

Banyak memang sebutan lain bagi pers: ratu dunia, kuli tinta, kuli disket dan pasukan bodrek. Hehehe, sebutan yang terakhir adalah yang paling jelek lantaran masih adanya wartawan amplop bergentayangan di instansi/lembaga pemerintah.

Lepas dari sebutan nyamuk pers yang sudah melekat di hati publik itu, penulis ingin menjelaskan bagaimana cara efektif menangkap para nyamuk. Ini sungguhan. Tapi perlu juga kita tahu tentang penjelasan Om Wikipedia yang menjelaskan bahwa nyamuk adalah serangga tergolong dalam order Diptera;  genera termasuk Anopheles, Culex, Psorophora, Ochlerotatus, Aedes, Sabethes, Wyeomyia, Culiseta, dan Haemagoggus untuk jumlah keseluruhan sekitar 35 genera yang merangkum 2700 spesies.

Nyamuk hingga kini masih menjadi musuh bersama bagi manusia, terlebih di Papua, Maluku (Utara) dan Nusa Tenggara Timur (NTT).  Nyamuk malaria di kawasan itu sangat menakutkan. Daerah ini dinyatakan sebagai kawasan endemik malaria.

Nah di sini bedanya antara awak media atau pers dengan nyamuk. Kalau di daerah tersebut disebut sebagai kawasan endemik, tapi untuk pers tak ada kawasan endemik. Tentu tak ada, bukan?

Lalu, bagaimana membuat perangkap nyamuk agar di kediaman kita berkurang?

Untuk awak media atau pers, cara membuat perangkapnya mudah jika ia berbuat nakal. Yaitu, cukup berlakukan saja kode etik dan undang-undang pers. Selesai, kan?

Kalau nyamuk, tidak bisa demikian. Harus melalui upaya bersama dan sungguh-sunggu cara memberantasnya.

Untuk ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sudah lama berinisiatif memberantas nyamuk yang nakal itu. Caranya dengan membuat alat perangkapnya. Dibuat sangat sederhana. Tapi lantaran kurang sosialisasi, ya kurang diikuti oleh masyarakat.

Di bawah ini ada gambar perangkap nyamuk dan bisa dibuat oleh siapa saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun