Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Politik

Cabut Status Kewarganegaraan Habib Rizieq, Perlu Nyali Besar

11 Juni 2019   06:36 Diperbarui: 11 Juni 2019   06:48 658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Habib Rizieq. Foto | Tribunnews.com

Itu berarti sama artinya dengan membangunkan singa yang tengah asyik tidur di dalam kandang. Menggoyang status kewarganegaraan apa lagi berupaya mencabutnya perlu telaah hukum yang komprehensif.

Menggoyang status kewarganegaraan Habib Rizieq Shihab, yang kini mengasingkan diri di  Arab Saudi memang menarik. Dari sisi konstitusi bila dikaji dapat dipastikan bahwa di kalangan ahli hukum punya pandangan berbeda. Bisa jadi diperdebatkan dengan tajam. Apakah ia masih pantas sebagai WNI atau kehilangan dengan alasan lain.

Tetapi itu kini tidak penting lagi, yang penting ke depan dia tidak mengeluarkan suara minor. Saat Pilpres, April 2019, berlangsung Habib berada pada posisi berseberangan dengan pemerintah.

Toh, suaranya tak lagi menyeramkan seperti dulu. Segala pernyataannya yang disampaikan melalui rekaman di hadapan banyak orang terasa bagai sayur kurang garam. Tidak lagi mengaum menyeramkan seperti di hutan belantara. Mengapa?

Ya, dia disana tak lagi bersuara nyaring karena pelantangnya rusak. Suaranya tak kuat lagi menembus udara kencang di tengah hamparan luas padang pasir.

Masih terasa aktual,  tiga pekan lalu, sebuah petisi online meminta status WNI Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab dicabut muncul di salah satu situs.  Petisi online berjudul 'Cabut Status WNI Rizieq Shihab' sudah ditandatangani oleh 72.710  partisipan yang telah menandatangani petisi tersebut.

Petisi itu dibuat oleh seseorang yang mengatasnamakan 7inta Putih. Ada sejumlah alasan mengapa si pembuat petisi meminta status WNI Habib Rizieq dicabut.

Rizieq dinilai menjadi salah satu dalang di balik strategi people power yang sempat dikumandangkan oleh pendukung Capres - Cawapres nomor urut 02 Prabowo - Sandiaga.

Ajakan people power tersebut memancing para pengikutnya untuk ikut turun ke jalan guna melancarkan aksi unjuk rasa. Unjuk rasa itu sendiri dinilai untuk menggulingkan pemerintah.

Nah, dengan alasan itulah mengapa 7inta putih membuat petisi meminta status kewarganegaraan pentolan FPI tersebut dicabut?

Hingga kini publik  memang masih menaruh perhatian dengan sepak-terjang Habib Rizieq. Sebab, bagi para antikekerasan sangat mewaspadai munculnya pernyataan yang tak selaras dengan semangat kebangsaan. Pernyataannya kadang menimbulkan kontra di masyarakat.

Hal ini yang sedari dulu hingga kini menjadi titik perhatian dari sosok Habib Rizieq. Padahal, kalau saja ia bercermin dari ulama Indonesia di Saudi Arabia,  sayogianya memang Habib Rizieq harus malu.

Lihat presatasi Syaikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi (imam Masjidil Haram asal Agam, Minangkabau)

Syaikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi Rahimahullah adalah ulama besar Indonesia yang pernah menjadi imam, khatib dan guru besar di Masjidil Haram, sekaligus Mufti Mazhab Syafi'i pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Dia memiliki peranan penting di Mekkah al Mukarramah dan di sana menjadi guru para ulama Indonesia. Ia menjadi Imam Besar Masjidil Haram Mekkah pertama dari orang non Arab.

Kealiman Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah dibuktikan dengan dilangkatnya beliau menjadi imam dan khathib sekaligus staf pengajar di Masjid Al Haram. Jabatan sebagai imam dan khathib bukanlah jabatan yang mudah diperoleh. Jabatan ini hanya diperuntukkan orang-orang yang memiliki keilmuan yang tinggi.

Lihat prestasi Syaikh Nawawi al-Bantani (imam besar Masjidil Haram abad ke-19 asal Banten).

Syaikh Nawawi al-Bantani al-Jawi' sangat kesohor. Disebut al-Bantani karena ia berasal dari Banten, Indonesia. Beliau bukan ulama biasa, tapi memiliki intelektual yang sangat produktif menulis kitab, meliputi fiqih, tauhid, tasawwuf, tafsir, dan hadis. Jumlahnya tidak kurang dari 115 kitab.

Lihat prestasi Syekh Muhammad Yasin Bin Muhammad Isa Al-Fadani Syekh Muhammad Yasin Bin Muhammad Isa Al-Fadani (lahir di Mekkah, Arab Saudi, 17 Juni 1915 -- meninggal di Mekkah, 20 Juli 1990 pada umur 75 tahun) adalah seorang ahli sanad hadist, ilmu falak, bahasa Arab, dan pendiri madrasah Darul Ulum al-Diniyyah, Mekkah. Beliau merupakan putra ulama terkenal, Syekh Muhammad Isa Al-Fadani asal Padang, Sumatera Barat.

Lihat prestasi Ahmad Baidlowi (Kyai Kure). Ia adalah imam besar Masjidil Haram asal Weru, Cirebon. Namun karena Ahmad Baidlowi lebih banyak menghabiskan waktunya di Mekkah membuat rekam jejak syaihk ini kurang begitu dikenal.

Lihat pretasi Syeikh Sayyid Utsman Betawi. Nama lengkapnya Sayyid Utsman bin Abdullah bin Aqil bin Umar bin Yahya Al-Alawi, namun lebih dikenal dengan sebutan Habib Utsman Mufti Betawi. Lahir di Pekojan, Jakarta, 17 Rabiul Awwal 1238 (2 Desember 1822).

Habib Utsman adalah sahabat ulama besar Sayyid Yusuf An-Nabhani, mufti di Beirut. Selama di Mekah, Habib Utsman menimba ilmu pada Syeikh Ahmad Ad-Dimyathi, Sayyid Muhammad bin Husein Al-Habsyi, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, dan Syeikh Rahmatullah.

Semasa hidupnya, Mufti Betawi berhasil menulis karya sebanyak 109 buah. Dalam memutuskan suatu perkara ia dikenal sangat tegas. Tak heran kalau ulama-ulama asli Jakarta yang ada sekarang sangat mengagumi sosok Mufti Betawi dan menjadikannya guru teladan.

Lihat prestasi Syeikh Abdul Hamid Asahan. Nama lengkapnya Syeikh Abdul Hamid bin Mahmud. Lahir di Tanjung Balai Asahan, Sumatera Utara, tahun 1298 H (1880). Sejak kecil ia belajar kepada saudara iparnya yang bernama Haji Zainuddin.

Setelah itu belajar kepada ulama termasyhur di Asahan bernama Syeikh Muhammad Isa, mufti Kerajaan Asahan.  Syeikh Muhammad Isa menganjurkan Abdul Hamid untuk menimba ilmu ke Mekah.

Pasalnya, Abdul Hamid memiliki talenta untuk menjadi ulama. Sampai di Mekah, Abdul Hamid Asahan langsung diterima belajar di halaqah Syeikh Ahmad Al-Fathani.

Sayang, dua tahun kemudian Syeikh Ahmad Al-Fathani meninggal dunia (1325 H/1908). Walau berinteraksi hanya sekitar dua tahun, rasa kasih sayang Syeikh Ahmad Al-Fathani begitu kuat. Abdul Hamid Asahan kemudian berguru pada Syeikh Ahmad Khathib bin Abdul Lathif Minangkabawi.

Proses belajar ini sempat terganggu karena meletusnya Perang Dunia I (1914 - 1918). Ia terpaksa pulang ke Tanjung Balai Asahan. Abdul Hamid kemudian mendirikan Madrasah 'Ulumil 'Arabiyah. Seiring berjalannya waktu, madrasah ini berkembang pesat dan menjadi termasyhur di Sumatera Utara.

Abdul Hamid Asahan melengkapi hidupnya dengan menulis berpuluh-puluh buku. Ia wafat pada 10 Rabiul Akhir 1370 (18 Februari 1951).

Lihat prestasi Syeikh Muhammad Mukhtar Al-Bughri. Lahir di Bogor, Jawa Barat, pada 14 Sya'ban 1278 (14 Februari 1862). Nama lengkapnya Muhammad Mukhtar bin Atharid Al-Bughri Al-Batawi Al-Jawi. Pendidikan agamanya didapat langsung dari orang tuanya. Semasa muda, ia telah mampu menghafal Al-Qur'an. Tahun 1299 Hijrah ke Betawi (Jakarta) untuk menimba ilmu kepada Sayyid Utsman.

Tidak puas juga, ia kemudian menuju ke Mekah.Selama di Mekah, Mukhtar Al-Bughri belajar kepada ulama termasyhur,  Syeikh Ahmad Al-Fathani.

Ia juga diberi kesempatan untuk mengajar di Masjidil-Haram selama 28 tahun. Setiap kesempatan mengajar, ia selalu dikelilingi sekitar 400-an muridnya. Semasa hidupnya telah menulis berpuluh-puluh karya. Mukhtar Al-Bughri wafat di Mekah pada 17 Shafar 1349 (13 Juli 1930).

Ulama-ulama dulu dan sekarang memang berbeda dalam mengukir prestasi bagi bangsa. Ulama dulu bagai jarum dan benang yang tak dapat dipisahkan. Ketika jarum dimanfaatkan untuk menjahit pakaian, maka benang di belakangnya ikut berperan. Benang menjadi perekat dan penguat. Begitulah pemimpin dan pengikutnya.

Nah, kini daripada "menghabisi" Habib Rizieq yang membutuhkan energi dan nyali yang besar itu, lebih baik kita nantikan dia dapat mengukir prestasi membanggakan. Harapannya lebih "keren" dari ulama terdahulu dari Tanah Air. Bukankah Habib Rizieq gemar menuntut ilmu?

Sumber bacaan satu dan dua

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun