Kupandangi lukisan para pemuda Melayu tengah bermain gangsing (panggal, Jakarta) di Rumah Makan Rentak Melayu, Batam. Sementara masakan khas daerah itu yang kuambil dengan cara prasmanan tak segera kusantap.
Ikan asam pedas: ikan sembing, ikan lebam dan ikan pari tersaji dengan kombinasi sayuran toge, terong dan sejumlah makanan lainnya menantang untuk disantap.
Aku tertarik masakan asam pedas ikan pari. Kuambil dengan mangkok. Lalu, sayuran toge dan terong rong diambil secukupnya agar makanan punya citra rasa menarik itu dapat disantap lebih nikmat. Kupikir, ini makanan langka dan sulit ditemukan di Jakarta.
Lagi-lagi, ketika hendak menyuap, mata kembali ke arah lukisan para pemuda Melayu tengah bermain gangsing. Ketimbang kehilangan momen, nasi dan lauk pauk sejenak kulupakan tergeletak di atas meja. Aku segera mengambil gambar yang terpampang di warung makan melayu itu.

Dulu, ketika aku masih kecil dan sering ingusan, di kawasan Pisangan Lama - tak jauh dari lokas sekolahku - SD Baluel Pasar Enjo - sering dijumpai anak-anak masih gemar bermain panggal atau gangsing. Â Permainan "adu gangsing", dilakukan dengan cara ketika satu gangsing berputar diadu atau ditimpa dengan putaran gangsing lain yang dijatuhkan oleh pihak lawan.

Di sebelah pasar Enjo, Jalan Malino - yang kemudian belakangan ini dikenal sebagai pasar kaget, anak-anak SD Baluel, salah satu gedung sekolah bangunan Belanda di Jakarta, banyak anak bermain gangsing.
Mereka nampak ceria. Satu sama lain bermain penuh persahabatan dengan sesekali ditimpali suara ejekan bagi pemain gangsing yang dinyatakan kalah.
Kini  di tanah Melayu, Batam, Kepulauan Riau, jenis permainan ini tergolong langka. Sedangkan di kota Metropolitan, seperti Jakarti, praktis sudah tidak ada lagi. Tergilas oleh game online yang dimainkan anak-anak di warung internet
Permaianan gangsing di beberapa pulau Provinsi Riau Keulauan, Â masih ada. Itu ditandai masih adanya fastival gangsing dengan hadiah menggiurkan. Dan sejatinya, untuk mempertahankan permainan ini, tentu para pemangku adat setempa penting untuk melestarikannya. Terutama dari Dinas Pariwisata setempat, sebagai daya pikat bagi turis mancanegara.