Mohon tunggu...
Edy Primsa Brahmana
Edy Primsa Brahmana Mohon Tunggu... Bankir -

Seorang Bankir

Selanjutnya

Tutup

Money

Waiting For Gundala Putra Petir

11 Juni 2015   08:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:07 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

 

Gundala dilukis oleh Iskandar Salim pada tahun 2005

 

Gambar di atas adalah gambar seorang tokoh super hero asli Indonesia bernama Gundala Putra Petir. Gundala adalah tokoh komik ciptaan Hasmi yang muncul pertama kali dalam komik Gundala Putra Petir pada tahun 1969. Genre komik adalah Fantasi. Jelas tampak pengaruh komik pahlawan super Amerika pada desain karakter maupun jenis kekuatannya, meskipun alur ceritanya bergaya Indonesia. Gundala diciptakan Hasmi menyusul populernya cerita pahlawan super di dunia komik pada tahun 1960-an. Ide kekuatan Gundala yang berupa petir menurut Hasmi didapat dari tokoh legenda Jawa Ki Ageng Sela yang diceritakan bisa menangkap petir. Sementara bentuk fisik Gundala sendiri mendapat inspirasi dari bentuk karakter The Flash ciptaan Gardner Fox dariDC Comics

 

Mengapa harus Gundala ?

Tulisan ini terinspirasi oleh film dokumenter produksi Amerika Serikat berjudul “Waiting for Superman “

 

14313202371705724734
14313202371705724734
Film Waiting for Superman adalah film dokumenter yang dirilis pada tahun 2010 dengan sutradara Davis Guggenheim dan diproduseri oleh Lesley Chilcott. Film ini menerima penghargaan sebagai film dokumenter terbaik 2010 dari Festival film Sundance dan best documentary feature dari Critics Choice Movie Award.

Film ini menceritakan tentang betapa buruknya sistem pendidikan publik di Amerika Serikat. Hal ini dibuktikan dengan cara mengikuti kegiatan keseharian beberapa siswa pelajar disana.  Sosok Geoffrey Canada  adalah orang yang ditugaskan untuk mengikuti segala aktivitas keseharian beberapa siswa pelajar tersebut. Beliau menceritakan, sebagai seorang pendidik, ia sangat terkejut ketika menyadari bahwa anggapan selama ini Amerika Serikat memiliki sistem pendidikan terbaik didunia, pada kenyataannya adalah kesalahan besar.

Kenyataan Amerika Serikat (AS) adalah Negara super power tidak membuat Negara tersebut menjadi yang terbaik untuk segala hal. Untuk urusan pendidikan, data statistik yang ditampilkan dalam film ini menunjukkan bahwa skor matematika siswa di AS termasuk yang paling rendah dibandingkan negara maju lainnya. Bahkan Negara bagian Washington, sebagai ibukota Negara AS memiliki skor hanya 17%, nilai ini paling rendah bila dibandingkan seluruh Negara bagian lainnya. Banyak hal yang mendukung terjadinya pemburukan kualitas pendidikan di AS.

Aturan-aturan dalam sistem pendidikan AS ditengarai mengakibatkan munculnya kesenjangan antara sekolah dengan kualitas yang baik dan sekolah buruk. Aturan-aturan tersebut juga mengakibatkan sulitnya bagi masyarakat AS khusunya yang kurang mampu untuk memperoleh pendidikan dari sekolah yang baik. Selain itu, guru-guru buruk dan jahat tidak dapat dipecat dikarenakan aturan yang telah ada.

Geoffrey Canada mengatakan “One of the saddest days of my life was when my mother told me Superman did not exist. I was like what do you mean he’s not real. And she thought I was crying because it’s like Santa Clause is not real and I was crying because there was no one coming with enough power to save us” Geoffrey Canada mengungkapkan keputusasaannya terhadap kekuatan yang mampu untuk merubah itu semua. Dia sangat berharap kalau superman itu nyata.

 

 

Sekali lagi, mengapa harus Gundala ?

Dalam konteks tulisan ini, perlukah Gundala Putra Petir kita panggil untuk menyelamatkan Sumber Daya Alam Migas Indonesia ? Superman adalah tokoh super hero dari Amerika, sedangkan Gundala Putra Petir adalah tokoh pahlawan super asli dari Indonesia. Sebelum sampai pada sebuah kesimpulan, baiklah saya sampaikan beberapa hal tentang kondisi Migas Indonesia. Informasi-informasi di bawah ini sebenarnya adalah informasi umum yang semua masyarakat Indonesia layak untuk mengetahuinya.

 

Menurunnya Pendapatan Negara dari sektor Migas

Sektor migas mengahadapi tantangan yang sangat berat. Hingga akhir tahun 2014, harga minyak dunia yang biasanya stabil berada di atas US$100 per barel turun drastis hingga di bawah US$50 per barel sampai dengan Januari 2015. Kondisi ini pastinya membawa pengaruh besar bagi pendapatan Negara dari sektor migas.

 

14314277681631469656
14314277681631469656
 

14314277461362091288
14314277461362091288
 

Sumber : http://www.indexmundi.com/commodities/?commodity=crude-oil&months=12

 

 

Dari data yang ditampilkan di atas, hingga triwulan I tahun 2015, harga crude oil masih dibawah US$60 yaitu US$52.83.

 

Berapa besar pengaruh mIgas terhadap pendapatan Negara Republik Indonesia ?

Berikut ditampilkan asumsi dasar ekonomi makro dalam APBN 2015

 

14313203771248948689
14313203771248948689
 

Asumsi harga minyak pada APBN 2015 yang telah disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat pada Februari 2015 adalah sebesar US$60.Padahal pendapatan Negara yang diharapkan dari PNBP (Pendapatan Negara Bukan Pajak) adalah sebesar 15% atau Rp. 269,1 triliun.  PNBP Terdiri atas penerimaan SDA Migas, SDA Nonmigas (pertambangan mineral dan batubara, kehutanan, perikanan, dan panas bumi), bagian laba BUMN, PNBP lainnya (PNBP yang dipungut oleh K/L), serta Pendapatan BLU.

 

1431320426569739450
1431320426569739450
 

 

Lebih jauh lagi apabila dirinci, PNBP sebesar Rp. 269,1 triliun itu berasal dari 30% atau Rp. 81,4 triliun berasal dari Migas.

 

 

1431320401859590591
1431320401859590591
 

Dengan kondisi di atas, sebenarnya sulit bagi pemerintah untuk merealisasikan rencana pendapatan yang berasal dari PNBP khususnya SDA Migas. Apalagi bila kita merujuk pada pendapat pakar ekonomi Bill Conerly dalam tulisannya di forbes berjudul Oil Price Forecast: 2015-2016 : “My price forecast is that today’s $60 price is likely to be the high end for the coming two years. There may be temporary market volatility higher, but don’t expect a higher price to be sustained. At the low end, $50 seems like a floor absent a global recession.”

Dengan kisaran harga antara USD$50 hingga USD$60 hingga akhir tahun 2015 dan defisit pendapatan pada triwulan I, masih sangat diharapkan inovasi dan kreatifitas pemerintah dalam mencapai target pendapatan dari SDA Migas Rp.81,4 triliun.

 Efek Domino menurunnya harga migas

Efek domino sebagai akibat turunnya harga migas di Indonesia adalah :

 

Meningkatnya kerugian pada industri hulu migas Bicara tentang kerugian, ada baiknya kita mengetahui berapa banyak yang diperoleh sektor hulu migas terhadap hasil penjualan minyak yang mereka angkat dari perut bumi.

14314814941282008408
14314814941282008408
Sumber : Buletin Bumi April 2014

Bila kotak (a) menggambarkan pendapatan yang diperoleh dari penjualan minyak dengan acuan harga US$ 47,75 per barrel yaitu angka pada Januari 2015, dan kotak (b) menggambarkan biaya operasi yang dikeluarkan oleh kontraktor pada sektor hulu migas dengan gambaran besaran yang ditampilkan pada grafik di bawah ini.

14313200471910231984
14313200471910231984
Sumber : http://marketrealist.com/2015/01/crude-oil-market-key-overview/

Maka dengan rata-rata total upstream costs (total biaya sektor hulu) di rata-rata semua Negara adalah sebesar US$50, maka berapa lagikah jumlah uang yang akan mengisi kotak (c) dan (d) ? yang pasti angkanya minus (-).

Karena biaya produksi minyak lebih tinggi dari harga jual minyak itu sendiri, maka kegiatan produksi sudah tidak ekonomis lagi. Ini membuat investor khususnya di sektor hulu migas pasti mengurangi atau bahkan menghentikan kegiatan produksinya hingga harga membaik kembali.

 Meningkatnya pengangguran pada industri hulu migas

Sejalan dengan pengurangan atau bahkan penghentian kegiatan produksi di sektor hulu migas, maka timbul dengan sendirinya banyak sekali Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), atau minimal merumahkan karyawan di sektor ini. Hal ini bukan hanya terjadi di Indonesia, namun juga merata di hampir seluruh dunia. Seperti dilansir dari CNN pada 14 Desember 2014, perusahaan minyak asal Amerika Serikat, Halliburton, berencana mengurangi 1.000 (seribu) orang karyawannya  akibat harga minyak yang lesu. Sementara BP berencana melakukan program restrukturisasi bernilai US$ 1 miliar meski tidak menyebutkan secara spesifik soal pengurangan karyawan.

Hal yang paling buruk belumlah datang. Bricklin Dwyer, seorang ekonom senior AS di BNP Paribas memperkirakan sebuah ladang minyak utama disana telah mengumumkan PHK besar-besaran yang akan mencapai total 20.000 (dua puluh ribu) orang karyawan pada kuartal pertama 2015. Bukti lebih dari perlambatan pada industri migas bisa dilihat dari situs pencari pekerjaan Indeed.com, yang telah menampilkan grafik penurunan yang sangat tajam untuk semua pencarian pekerjaan yang berhubungan dengan minyak. Gambar di bawah ini menunjukkan bahwa saat ini adalah waktu yang sangat tidak tepat untuk mencari pekerjaan di industri perminyakan.

1431320160209484510
1431320160209484510
Sumber : http://blogs.wsj.com/economics/2015/02/06/job-losses-start-to-hit-the-surprisingly-resilient-u-s-oil-industry/

Di Indonesia sendiri, seperti diberitakan okezone.com, salah satu perusahaan yang disebut akan melakukan perampingan karyawan adalah PT Chevron Indonesia. Perusahaan ini dikabarkan akan memangkas 400 karyawannya karena kondisi ini.

Senior Vice President for Government Policy and Public Affairs Chevron Indonesia, Yanto Sianipar, tidak membenarkan ataupun membantah soal ini. "Saya tidak tahu mengenai hal ini," ujar Yanto, saat dihubungi Okezone, Kamis (16/4/2015). “Anda dapat kabar dari mana soal ini? Saya tidak bisa menjawab mengenai hal ini," ucap dia. Sementara itu, Petronas Carigali Sdn Bhd juga dikabarkan melakukan efisiensi, dengan memangkas gaji karyawannya sampai 20 persen. Head Legal Petronas Rini Damayanti Respati menolak untuk berkomentar. “Maaf, saya sedang rapat. Nanti saja,” ucapnya saat dikonfirmasi Okezone.

Kesimpulannya, memang kita butuh sesuatu atau “seseorang” untuk menyelamatkan sumber daya alam migas Indonesia agar dapat terus menghasilkan secara maksimal bahkan bisa kembali menjadi pendapatan Negara yang sangat diandalkan.

 Perlukah Gundala Putra Petir datang ke Blok Mahakam?

Seperti telah dijelaskan di atas, sesuai prediksi pakar ekonomi Bill Conerly dalam tulisannya di forbes berjudul Oil Price Forecast: 2015-2016, harga minyak mentah (crude oil) hingga tahun 2016 berada pada kisaran USD$50 hingga USD$60. Hal ini diperkirakan membuat sektor industri hulu Migas bukan lagi menjadi sektor industri andalan pemerintah Indonesia hingga tahun 2016, termasuk sektor industri hulu migas di Blok Mahakam.

 

Lalu bagaimana nasib Blok Mahakam ?

14313324571682918549
14313324571682918549
Sumber : http://energitoday.com/uploads//2014/05/blok-mahakam11.jpg

Seperti banyak kisah dalam komiknya, gundala pasti dapat menyelesaikan semua masalah terutama dengan “Ghazul”, musuh bebuyutannya. Mampukah kita saat ini dengan segala yang kita miliki untuk mengatasi masalah yang dihadapi blok Mahakam, tanpa harus memanggil gundala putra petir? Investasi di sektor hulu migas adalah investasi yang sangat padat modal, padat teknologi, dan padat risiko, serta  memiliki  jangka waktu pengembalian investasi yang relatif lama.

Data umum untuk Blok Mahakam adalah sebagai berikut :

14313366162119987187
14313366162119987187
Potensi Blok Mahakam

Menurut Dr., Ir Gde Pradnyana, sekretaris SKK Migas, potensi blok Mahakam untuk Minyak Bumi, setelah pengurasan selama 40 tahun, maka sisa cadangan 2P minyak saat ini adalah sebesar 185 juta barel. Pada akhir maka kontrak tahun 2017 diperkirakan masih menyisakan cadangan 2P minyak sebesar 131 juta barel.

2P adalah istilah untuk gabungan cadangan terbukti dan cadangan potensial.

Untuk gas, terdapat cadangan 2P gas sebanyak 3,8 TCF pada tahun 2017. Dari jumlah tersebut diperkirakan sisa cadangan terbukti (P1) gas kurang dari 2 TCF.

Meskipun  demikian, produksi Blok Mahakam sudah memasuki fase decline sejak tahun 2010. Penurunan lebih tajam terjadi pada tahun 2012. Hal ini terjadi karena problem kepasiran yang signifikan. Cadangan migas konsisten turun sejak tahun 2000. Dipastikan hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya temuan eksplorasi yang cukup besar. Saat ini kita hanya menguras lapangan existing. Penambahan cadangan di Blok Mahakam masih dimungkinkan asal dilakukan investasi untuk melakukan kegiatan eksplorasi.  "Jadi, kuncinya harus eksplorasi agar menemukan tambahan cadangan," kata Gde

 

Biaya, Biaya, dan Biaya

Blok Mahakam saat ini masih dikelola Inpex Corporation dan Total E&P Indonesie, dengan masing-masing share investasi sebesar 50 persen. Dengan investasi setidaknya US$ 27 miliar atau sekitar Rp 250 triliun sejak masa eksplorasi dan pengembangannya serta telah memberikan penerimaan Negara sebesar US$ 83 miliar atau sekitar Rp.750 triliun

Sebelumnya, Gubernur Kaltim Awang Faroek mendapat bocoran pembagian saham Blok Mahakam yaitu untuk Pemprov Kaltim dan Pemkab Kutai sekitar 19 persen, PT Pertamina (Persero) akan mendapatkan 51 persen, dan sisanya yaitu 30 persen akan dimiliki Total E&P Indonesie.

Artinya, jika Pemerintah Daerah benar-benar diberikan pembagian sebesar total 19 persen, maka Pemprov Kaltim dan Pemkab Kutai wajib menyiapkan dana untuk investasi sekitar US$ 5,3 miliar atau sekitar Rp 68,9 triliun (Kurs Rp 13.000 per Dollar). Sementara, jika dilihat APBD Kaltim tahun 2014 sebesar Rp 13,93 triliun dan APBD Kutai Kartanegara tahun 2014 sekitar Rp 9,2 triliun. Sangat wajar lah bila daerah menggandeng pihak investor swasta.

 Wajarkah Investasi begitu besar ?

Kenapa Investasi pada migas menjadi begitu besar ?

Mari, diberikan sedikit pencerahan tentang  sebahagian biaya investasi yang dikeluarkan di sektor migas.

Seperti penjelasan di atas,  bahwa Investasi di sektor hulu migas adalah investasi yang sangat padat modal, padat teknologi, dan padat risiko, serta memiliki jangka waktu pengembalian investasi yang lama.

Padat modal dan teknologi dapat dibuktikan dengan biaya pengeboran dan ditambah lagi biaya apabila terjadi kegagalan pengeboran . Jika dilihat komponen biaya investasi migas, kegiatan eksplorasi dan produksi migas yang terdiri dari biaya kegiatan survei, studi geofisika dan geologi (G&G), pengeboran sumur eksplorasi, pengeboran sumur pengembangan, fasilitas produksi, operasi produksi, dan administrasi umum, maka kegiatan pengeboran adalah termasuk komponen terbesar bersama-sama dengan fasilitas produksi.

Bila kita adakan Simulasi ekstrem berikut.

Misalnya tim pengeboran menggunakan drillship untuk kedalaman laut >4.000 ft(kaki). Lalu tim melakukan penggantian tahapan pengeboran sumur menjadi batch. Hal ini terjadi karena, jika dilakukan pengeboran sampai kedalaman yang diinginkan, material untuk penyelesaian sumur belum tersedia pada waktu yang dibutuhkan. Dengan sistem batch ini rig akan bolak-balik ke dan dari kelompok sumur yang lain. Jika waktu tambahan yang dibutuhkan satu hari saja, maka diperlukan biaya tambahan 2 x 6 miliar rupiah (asumsi rig spread = 2 kali harga sewa rig) atau setara dengan Rp 12 miliar. Jika sumur yang akan dibor banyak, maka akan dibutuhkan waktu bolak-balik yang lebih lama dan jika misalnya menghasilkan lima hari waktu tambahan, maka akan menghasilkan biaya tambahan Rp. 60 miliar.

1431485666188448187
1431485666188448187
Simulasi lain

Misalnya drillship kedalaman laut >4.000 ft belum bisa memulai pengeboran menunggu sampai 10 hari karena salah satu peralatannya masih tertahan disebabkan permasalahan custom clearance. Hal ini akan menghasilkan biaya tambahan 2 x Rp 6 miliar x 10 hari atau setara dengan Rp120 miliar. Jika terjadi tiga kasus seperti ini saja per tahun maka akan menyebabkan biaya tambahan Rp 360 miliar.

Pengeboran bisa juga berhenti misalnya karena masalah sosial di lokasi pengeboran. Jika pengeboran sumur terhenti 20 hari dan dibor menggunakan rig carat 1000 HP, maka akan menyebabkan biaya tambahan sebanyak 2 x Rp 3,2 miliar x 20 hari atau setara Rp128 miliar. Bisa dibayangkan jika frekuensi kejadian seperti simulasi di atas banyak terjadi maka akan menyebabkan tambahan biaya yang lebih besar lagi

1431402878980583279
1431402878980583279
Apakah ini saatnya Gundala Putra Petir ?

Dengan nilai investasi yang sangat besar tadi, besar kemungkinan diperlukan usaha yang ekstra besar pula dari pemerintah, khususnya pemerintah daerah untuk mencari investor yang mempunyai kapasitas dan kapabilitas untuk mengelola bagian pemerintah di Blok Mahakam. Apabila berkaca dari tulisan saya di atas perihal kondisi biaya produksi dan harga jual migas saat ini hingga tahun 2016, pemerintah dihadapkan pada permasalahan yang sangat pelik. Hal ini dikarenakan tidak banyak investor yang bisa menjadi pilihan.

Sempat terlintas dalam benak saya, seandainya Gundala Putra Petir itu nyata, Posisi tawar Negara Republik Indonesia dalam permasalahan Blok Mahakam akan semakin mudah.

Gundala dengan kekuatan supernya, akan sanggup mambantu eksplorasi dan eksploitasi di Blok Mahakam dengan biaya murah. Namun pada kenyataannya, Gundala Putra Petir tidak mungkin dapat diharapkan.

Saya masih tetap optimis, pemerintah mampu untuk menyelamatkan kapal yang hampir karam ini (Istilah Benny Lubiantara, Kepala Divisi Pengendalian Program dan Anggaran SKK Migas, dalam Bumi edisi April 2015).

Beberapa hal yang diharapkan dapat dilakukan pemerintah untuk menyelamatkan kapal ini adalah :

  • Mengeluarkan kebijakan fiskal yang dapat meyakinkan investor untuk masuk ke Indonesia. Investor harus yakin bahwa Indonesia adalah Negara yang menarik untuk berinvestasi,ramah terhadap investor, serta mampu menjaga iklim investasi yang kondusif. Salah satu kebijakan fiskal yang penting untuk segera direalisasikan adalah pembangunan infrastruktur yang dapat mempermudah distribusi dan mengurangi biaya logistik, serta memenuhi kebutuhan energi. Selain itu, pemerintah harus bisa mempersingkat rantai birokrasi dan proses perizinan serta memberikan insentif untuk mendorong peningkatan volume perdagangan ekspor komoditas non-migas.
  • Mengembangkan berbagai cara guna meningkatkan rasio cadangan pengganti (reserve replacement ratio/RRR). Salah satu cara yang terus dikembangkan di Indonesia adalah Enhanced Oil Recovety (EOR). Saat injeksi air dan gas tidak lagi bisa meningkatkan produksi, lapangan  minyak memasuki fase tersier. Pada fase ini, EOR mulai diterapkan. Pada EOR, injeksi dilakukan untuk mengubah karakter minyak, air, dan batuan. Misalnya, dengan melakukan injeksi uap (steam), minyak yang awalnya bersifat kental akan menjadi lebih encer dan mudah mengalir untuk kemudian diangkat ke permukaan bumi. Selain uap, metode EOR bisa dilakukan dengan menginjeksikan bahan kimia (chemical) dan lain-lain. Pemilihan metode yang digunakan tergantung karakteristik masing-masing lapangan. Metode yang sudah berhasil diterapkan di lapangan tertentu belum tentu menuai sukses serupa di lapangan lain.

Semoga dengan kebijakan dan teknologi di atas, kapal dapat kembali berlayar guna tercapai peningkatkan pendapatan Negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Indonesia tanpa perlu bermimpi Gundala Putra Petir hadir dalam kehidupan nyata.Akhir kata saya sampaikan sebuah pantun,

Jalan-jalan ke kota Batu Pulangnya beli buah kiwi Mari kita saling bahu membahu Menjaga alam bumi pertiwi

 

Referensi :

www.forbes.com/sites/billconerly/2014/12/18/oil-price-forecast-2015-2016/2/

www.skkmigas.go.id

Buletin Bumi, Desember 2014 dan April 2015

economy.okezone.com/read/2015/04/16/19/1135113/perusahaan-minyak-di-indonesia-ramai-ramai-phk

www.migasreview.com/post/1417073977/menjelang-berakhirnya-kks-blok-mahakam--bagian-1----kronologi-perpanjangan-wilayah-kerja-blok-mahakam.html

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun