Mohon tunggu...
Edy Primsa Brahmana
Edy Primsa Brahmana Mohon Tunggu... Bankir -

Seorang Bankir

Selanjutnya

Tutup

Money

Waiting For Gundala Putra Petir

11 Juni 2015   08:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:07 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Efek domino sebagai akibat turunnya harga migas di Indonesia adalah :

 

Meningkatnya kerugian pada industri hulu migas Bicara tentang kerugian, ada baiknya kita mengetahui berapa banyak yang diperoleh sektor hulu migas terhadap hasil penjualan minyak yang mereka angkat dari perut bumi.

14314814941282008408
14314814941282008408
Sumber : Buletin Bumi April 2014

Bila kotak (a) menggambarkan pendapatan yang diperoleh dari penjualan minyak dengan acuan harga US$ 47,75 per barrel yaitu angka pada Januari 2015, dan kotak (b) menggambarkan biaya operasi yang dikeluarkan oleh kontraktor pada sektor hulu migas dengan gambaran besaran yang ditampilkan pada grafik di bawah ini.

14313200471910231984
14313200471910231984
Sumber : http://marketrealist.com/2015/01/crude-oil-market-key-overview/

Maka dengan rata-rata total upstream costs (total biaya sektor hulu) di rata-rata semua Negara adalah sebesar US$50, maka berapa lagikah jumlah uang yang akan mengisi kotak (c) dan (d) ? yang pasti angkanya minus (-).

Karena biaya produksi minyak lebih tinggi dari harga jual minyak itu sendiri, maka kegiatan produksi sudah tidak ekonomis lagi. Ini membuat investor khususnya di sektor hulu migas pasti mengurangi atau bahkan menghentikan kegiatan produksinya hingga harga membaik kembali.

 Meningkatnya pengangguran pada industri hulu migas

Sejalan dengan pengurangan atau bahkan penghentian kegiatan produksi di sektor hulu migas, maka timbul dengan sendirinya banyak sekali Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), atau minimal merumahkan karyawan di sektor ini. Hal ini bukan hanya terjadi di Indonesia, namun juga merata di hampir seluruh dunia. Seperti dilansir dari CNN pada 14 Desember 2014, perusahaan minyak asal Amerika Serikat, Halliburton, berencana mengurangi 1.000 (seribu) orang karyawannya  akibat harga minyak yang lesu. Sementara BP berencana melakukan program restrukturisasi bernilai US$ 1 miliar meski tidak menyebutkan secara spesifik soal pengurangan karyawan.

Hal yang paling buruk belumlah datang. Bricklin Dwyer, seorang ekonom senior AS di BNP Paribas memperkirakan sebuah ladang minyak utama disana telah mengumumkan PHK besar-besaran yang akan mencapai total 20.000 (dua puluh ribu) orang karyawan pada kuartal pertama 2015. Bukti lebih dari perlambatan pada industri migas bisa dilihat dari situs pencari pekerjaan Indeed.com, yang telah menampilkan grafik penurunan yang sangat tajam untuk semua pencarian pekerjaan yang berhubungan dengan minyak. Gambar di bawah ini menunjukkan bahwa saat ini adalah waktu yang sangat tidak tepat untuk mencari pekerjaan di industri perminyakan.

1431320160209484510
1431320160209484510
Sumber : http://blogs.wsj.com/economics/2015/02/06/job-losses-start-to-hit-the-surprisingly-resilient-u-s-oil-industry/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun