Mohon tunggu...
Edwin Cakra
Edwin Cakra Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Media Sosial

Selalu memberikan jawaban atas upaya merendahkan

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Inilah yang Akan Dimajukan Sebagai Cawapres Pada 10 Agustus?

4 Agustus 2018   03:34 Diperbarui: 4 Agustus 2018   15:18 681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Catatan: Tulisan ini bersifat analisa dan dibuat pada tanggal 4 Agusuts 2018 pukul 03:25 WIB saat belum ada keterangaan siapa Cawapres di kubu Jokowi maupun Prabowo.

-----------

Tinggal 6 hari lagi menuju batas akhir pengajuan pasangan Capres dan Cawares untuk Pilpres 2019. Banyak pertanyaan yang diajukan, siapa yang akan mengisi pasangan tersebut. Secara sederhana, kita daoat duga bahwa hanya akan terbentuk dua pasangan dan itu dengan mudah disimpulkan menjadi pertarungan ulang (rematch) antara Joko Widodo (Jokowi) melawan Prabowo Subianto.

Intuisi saya mengatakan bahwa kubu Jokowi akan memilih Mahfud MD sebagai pasangan dalam Pilpres mendatang. Probabilitas terbentuknya pasangan ini bisa dikatakan mendekati 90%. Tapi jikapun bukan dia yang dipilih, mestinya orang tersebut bukan berasal dr partai manapun namun memiliki elektabilitas atau popularitas tinggi.

Ada dua alasan yang menyebabkan ini, yakni supaya tidak ada satu atau dua partai dalam koalisi yang merasa diabaikan dan secara bersamaan bagi PDIP, tidak "membesarkan" lawan pada Pilpres 2024 mendatang, mengingat saat itu Jokowi tidak lagi dapat dimajukan sebagai Capres. Banyak orang percaya bahwa seorang Wapres 2019-2024 akan berpotensi menjadi Presiden berikutnya. 

Oleh karena itu sisa 10% dari probabilitas di atas masih mungkin diberikan pada kandidat lainnya seperti Srimulyani atau Susi Pudjiastuti yang ketika selesai melaksanakan tugasnya sebagai Wapres maka harus mencari cantolan Partai politik jika ingin diajukan sebagai Capres 2024. Perkiraan saya Rismawati akan dipersiapkan untuk Pilpres 2024 mendatang setelah selesai di Surabaya (sudah 2 periode) pada posisi Cawapres.

Untuk kubu Prabowo situasinya saat ini sangat gonjang-ganjing karena terjebak oleh hasil sidang Ijtima' Ulama (IU) yang mengkocar-kacirkan hasil pembicaraan sebelumnya pada level para aktor politik. Hasil sidang IU menyebabkan Prabowo menghadapi 3 komposisi pasangan Capres/Cawapres dengan berbagai resikonya, yakni:

A. Prabowo & Agus Harimurti Yuhdhoyono (AHY):

Gerindra & Demokrat senang karena batas PT 20% terlampaui tapi dicerca umat karena tidak mendengar IU. Namun demikian dari segi logistik aman.

Atau

B. Prabowo & Ustad Abdul Somad (UAS):

Demokrat marah, dan menyatakan keluar dari koalisi untuk membentuk koalisi baru dg PAN & PKS agar mencapai PT 20%. Situasi ini akan menyebabkan Gerindra kurang suara sehingga Prabowo terancam tidak dapat ikut Pilpres. Di sisi lain, suara umat 212 pun pecah dan logistik tidak aman.

Atau

C. Prabowo & Salim Assegaf:

Dengan resiko Demokrat marah dan mencoba membentuk poros ketiga dg menggandeng PAN dan satu partai dr Koalisi Jokowi (kemungkinan besar PKB) agar mencapai PT 20% atau skenario terburuk ikut ke dalam gerbong Jokowi. 

Dalam kondisi ini keuntungan yg diperoleh pada kubu Prabowo adalah bersatunya suara umat dan diperolehnya militansi PKS dalam mendukung pencalonan PS. Namun sisi buruknya logistik tidak aman karena kantong Galang Perjuangan Prabowo pun sampai sekarang baru berhasil mengumpulkan uang senilai Rp. 1,3 miliar, jumlah yg tidak ada artinya buat proyek sangat besar ini. Lihat analisa saya mengenai hal tersebut ditautan ini.

Dari analisa di atas sebenarnya sudah terlihat pilihan mana yg paling aman untuk kubu Prabowo tentu dengan segala resikonya.

Oleh karena itu pada 10 Agustus mendatang dapat diperkiraka  yang akan didaftarkan dari Koalisi pemerintah adalah Joko Widodo dan Mahfud MD. Sementara koalisi Prabowo akan datang dengan membawa nama Prabowo - AHY

Dalam keadaan yg tidak mengenakan di kubu Prabowo tersebut akibat dipilihnya AHY, maka suasana kebatinannya yang akan diciptakan adalah sbb:

1. PKS tetap setia pada gerbong Prabowo walau tidak terpilih sebavai cawapres, karena tidak ada pilihan lain. Bergabung dengan koalisi Jokowi hanya akan menjadi boomerang bagi masa depan politik PKS.

2. PAN menyatakan bergabung dengan Jokowi karena bosan kalah terus dan hasil Pileg 2019 demi mempertahankan dukungan suara bagi Pileg 2019.

3. Amien Rais menyatakan tidak mendukung pilihan PAN tersebut tetapi tidak menyatakan keluar dari PAN. Dia akan duduk dalam tim kampanye Prabowo, sesuatu yang biasa untuknya.

4. Kelompok 212 dapat "memahami" pilihan Prabowo pada AHY dengan alasan UAS sendiri menolak untuk dicalonkan.

Sekarang jika anda memegang hak suara, silakan jatuhkan pilihan pada pasangan terbaik menurut hati nurani anda.

Selamat Pemilu!

*END*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun