Mohon tunggu...
Edward Sadeem
Edward Sadeem Mohon Tunggu... Petani - Penyuka kopi

Pemerhati pagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Si Kabayan Korban Konten

25 Januari 2022   02:38 Diperbarui: 25 Januari 2022   03:02 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mendengar hubungan pacaran cucunya yang tidak direstui oleh abahnya  Nyi Iteung, neneknya Kabayan langsung bersikap tegar menahan sedih. Nenek tahu dan merasa kalau perkara utamanya adalah karena cucunya itu orang miskin dan tidak bekerja. Maka dengan itu , demi cucu kesayangannya itu nenek rela membongkar lebih awal celengan rahasia di ruas bambu penyangga dinding bilik bambu. Rencananya memang uang yang dikumpulkan nenek dari orang- orang yang bersedekah, sisa dipakai kebutuhan sehari-hari itu, selain untuk modal kerja Kabayan, juga untuk  bekal keperluan pemulasaraan bila kelak dipanggil kembali oleh -NYA.

Belajar berdaganglah akhirnya Kabayan. Kebetulan saat pertama mikir mau dagang apa, di kota kecil terdekatnya ada festipal musik beraliran musik grunge. Kabayan memilih produk dagangannya yaitu buras, singkatan  bubur beras yang teribungkus daun pisang.

"Atuh Kabayan, kenapa harus dagang buras? Kan Ga ada indahnya anak funk  makan buras? Gengsi atuh.. Terus dikemanakan burasnya kalau ga laku begitu?.." tanya salah seorang teman Kabayan sambil senyum-senyum setelah tahu ada yang dagang tidak balik modal.

"Justru itu saya teh sangat kasihan sama mereka, boh. Kan kalau ga ada yang sempat sarapan , mereka bisa ngeganjal perut pake buras,,tapi kayaknya mereka sudah pada sarapan. Terus dikasih ke mereka lah pas acaranya selesai, ga taunya banyak dari mereka yang ga punya uang.."

"Iya  mereka dari pagi sudah sarapan sama kuya ngora," Timpal si Bohim, temannya Kabayan sambil  tertawa  dan nyanyi lagu kuya ngora dg tatapan mata sedikit melirik Kabayan.

Sudah berkali-kali ganti dagangan, tetap Kabayan selalu alami kerugian. Kabayan tidak punya jiwa pedagang, walau kadang sok mendikte pasar tapi sendirinya selalu didikte perasaan.

Atas kenyataan itu neneknya  Kabayan akhirnya menyarankan pada Kabayan agar jadi peternak ayam dan kambing sebelum uang tabungan neneknya habis.

Bulan berganti bulan, ayam dan kambing pun beranak pinak. Bohim beri saran buat Kabayan untuk menjual ternaknya secara berkala untuk mengukur untung rugi. Tapi tetap Kabayan tidak mau melakukannya, katanya dia terlanjur mengenal dan menyayangi satu persatu sifat hewan piaraannya. Dia tak mau kehilangan satu ekor pun.

Mendengar alasan temannya itu, Bohim setengah berteriak," Nyi Iteueung,,aku jadi tahu kenapa Nyi Iteung mencintai Kabayan.."

                                    *         *       *

    Ramailah hari itu di taman halaman rumah bergaya minimalis, orang-orang kampung sering nyebutnya rumah minimalis 'tiga -NG' yang merujuk pada nama-nama tukang yang membangun atau yang mengerjakannya sama-sama berakhiran hurup N dan G khas Sunda yaitu Tatang,Dadang dan Nanang.  Adalah seorang bocil kelas enam SD yang punya ide acara itu, yaitu lomba membentuk rimbunan pohon anak nakal ke bentuk menyerupai patung harimau. 

  Jang Hanel, anak orang pengusaha itu, resah manakala tidak juga melihat Kabayan ada datang. Kabayan, sebagai teman akrabnya dia dan ayahnya, dibutuhkan sekali bantuannya untuk acara yang boleh dikatakan untuk konten medsos. 

   Tapi akhirnya Kabayan datang juga saat acara sudah berlangsung dan dia terus temui Jang Hanel." Ngurut betis nini dulu ,Jang.."kata Kabayan sambil membetulkan sarung melingkar ditubuhnya.

   "  Begini Mang Kabayan,,berhubung ada satu peserta yang batal ikut, Mang Kabayan saja ya yang nggantinya? Ga papa mau nanti jadinya bentuk apa- apa juga,,hiburan ini, Mang." Jang Hanel merajuk. Dan orang yang di rajuknya seperti tidak yakin dengan kemampuan dirinya sendiri. 

  Tapi akhirnya Kabayan setuju untuk ikut lomba. Dia segera mengambil gunting stek yang disediakan dan mengejar ketertinggalan dari peserta yang lain. Bila peserta yang lain mengerjakannya tanpa banyak jeda, lain lagi dengan Kabayan, kadang dia duduk dulu atau  berdiri lama sambil menatap pohon anak bangor dengan sok betul.

  Saat semuanya sudah selesai , riuh tawa mewarnai seluruh taman yang asri itu. Mereka saling mentertawakan hasil karyanya dirinya masing-masing dan orang lain, para pendukung peserta pun sama hebohnya, sebab rata-rata malah terbentuk rupa kucing  dan kambing.

    Namun dari semua itu, hanya ada satu karya yang mendekati bentuk harimau dan  setelah diamati dengan seksama bentuknya menyerupai patung harimau Cisewu. Kabayan-lah yang dinyatakan sebagai pemenang lomba karena jelas kreasinya persis harimau walau rupa harimau tak berwibawa. 

  Malamnya Jang Hanel posting konten video suasana lomba dan pengumuman pemenangnya dg kepsen " Jangan pake fp atau ava gambar maung, mending ganti aja pake gambar kucing kalo ga bisa jadi seperti maung."

                                   *       *      *

 

       Video Kabayan juara pun jadi viral di medsos. Orang-orang membicarakannya karena tidak menyangka seorang Kabayan bisa berkreasi dan juara. Setiap kemana pun Kabayan pergi, banyak orang minta berfoto dengannya, baik lelaki atau perempuan, tua atau pun muda.

    Hal inilah yang membuat hati Nyi Iteung jadi resah . Nyi Iteung jadi terbakar api cemburu saat Kabayan  akhir-akhirnya selalu terlihat di lini masa satu medsos  berfoto mesra dengan perempuan-perempuan sebayanya.  Nyi Iteung jadi takut kehilangan Kabayan.

   Berkali-kali Kabayan mencoba katakan agar Nyi Iteung percaya akan cinta sucinya, berkali-kali pula Nyi Iteung tetap merasa sudah diacuhkan.

   Kabayan pun akhirnya jadi pusing sendiri. Abahnya Nyi Iteung yang kini sudah menghargainya dan uang adsense yang tiap bulan mengalir diberikan Jang Hanel seluruhnya buat dia, kini baginya seperti tak berarti lagi kalau terbayang harus kehilangan Nyi Iteung..

   

       

   

    

    

 

     

     

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun