Mohon tunggu...
Edward Sadeem
Edward Sadeem Mohon Tunggu... Petani - Penyuka kopi

Pemerhati pagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kematian Dua Sahabat

14 Januari 2022   15:01 Diperbarui: 14 Januari 2022   15:05 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ditimpal lagi oleh yang lain," udah saya bilangin Jhon F Kennedy  itu pada hari itu gak ada pergi ke Swiss bertemu Bung Karno bikin Green Hilton memoriam agreement yang isinya katanya ngatur dana revolusi itu..Hari itu  JFK banyak acara di negaranya. BK pun walau tak ada catatan sejarahnya di hari itu, dapat di asumsikan tidak pergi ke sana, negara lagi riweuh oleh konflik politik.."

Lalu ada lagi yang menimpali," udahlah kita berdoa saja semoga pak Lukman dibukakan hatinya, disehatkan akalnya. Tapi emang susah juga sih,, dia ini tipe orang yang latahan. 

Musim apa pun dia ikuti tanpa pernah tahu hakikatnya. Musim bonsai dia ikut, sampai sekeliling rumahnya dipenuhi bonsai terus hilang begitu saja. 

Musim batu akik sampai semua jari tangannya rembel,,batu akik sebesar kelapa pun  dikalung di leher. Pokoknya booming apa pun dia ikut, dari booming pohon gelombang cinta sampai booming pemakaian bahasa dan busana ke arab -araban pun dia ikut.."

*       *      *

Sambil menghitung lembaran uang kertas pecahan seratus ribu, pak Heri tersenyum kecut mengingat masih terlalu jauhnya lagi uang yang harus dia dapatkan kembali sebagai pengganti uang yang telah hilang ditipu oleh sindikat penipuan. 

Tanpa sepengetahuan isterinya dia diam-diam bermain dengan sindikat yang ada untuk mencari , mengelabui orang-orang yang tersesat dan pemimpi berlimpah materi. Padahal isterinya sudah mewanti-wantinya untuk berhenti, tapi dia tak rela begitu saja. Dia tak mau ada di dua kekalahan, biarlah telah sadar  dibodohi orang asal uang ratusan jutanya bisa kembali lagi.

Maka dia dapati kini hidupnya serasa jadi orang paling kejam memangsa yang lain. Di satu sisi lain batinnya terguncang saat ingat wajah-wajah korban yang dengan keluguan, wawasan dan kedangkalan  nalarnya mereka  jadi mudah terhasut. Entah bagaimana mereka setelah semua hartanya terkuras habis untuk  melanjutkan hidup dengan biaya hidup yang semakin tinggi ini?, begitu pak Heri membatin.

Tiba-tiba, sementara di dalam dadanya ada  kecamuk perang batin, isterinya tampak terlihat  tergopoh-gopoh menghampirinya.

" Pak Lukman meninggal ,pak..lihat ini!,"isteri pak Heri memperlihatkan foto seseorang yang tergantung di satu pohon.

Pak Heri terdiam sedih. Pikirannya entah ke mana,,, yang ia tahu pada hakikatnya dirinya pun sudah lama meninggal, saat hati nuraninya sudah membusuk...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun