Mohon tunggu...
Eduardus Fromotius Lebe
Eduardus Fromotius Lebe Mohon Tunggu... Dosen - Penulis dan Konsultan Skripsi

Menulis itu mengadministrasikan pikiran secara sistematis, logis, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Zig-zag ala Partai Nasdem

2 Juli 2022   06:30 Diperbarui: 2 Juli 2022   06:34 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret ketiga bakal calon presiden partai Nasdem (sumber: Medcom.id)

Oleh. Eduardus F. Lebe

Apa yang dirancang elit, tidak selalu masuk akal di mata publik. Sebab, publik punya cara dan standar yang berbeda untuk menilai. Yang terbaik bagi elit bisa saja terburuk bagi publik. Begitupun sebaliknya.~Eduardus F. Lebe

Partai Nasional Demokrat (Nasdem) merupakan salah satu partai yang sejak dini telah mengumumkan bakal calon presiden. Seakan memberi signal kepada publik bahwa partai ini siap untuk mengikuti pilpres 2024. Walaupun bakal calon yang diusung oleh partai Nasdem tidak ada satu pun kader partai.

Secara politik mengisyaratkan Partai Nasdem sebagai partai yang terbuka. Siap menampung anak bangsa yang memiliki kualitas untuk memimpin negeri ini. Akan tetapi, di lain pihak secara eksplisit menunjukkan bahwa proses pengkaderisasian dalam Partai Nasdem tidak berjalan secara maksimal.

Nasdem menjalankan politik rasional yang terkesan pragmatis dengan melibatkan tokoh-tokoh penting untuk meraup suara angkar rumput. Pola politik semacam ini ternyata cukup berhasil bagi Partai Nasdem. Hal ini terbukti pada pemilu tahun 2019 Partai Nasdem menjadi partai papan atas.

Pola ini sepertinya ingin diadopsi kembali oleh Partai Nasdem di pemilu tahun 2024. Signal itu terlihat  dalam penentuan bakal calon presiden tahun 2024 oleh partai Nasdem. Partai Nasdem ingin mendapatkan simpati publik yang terafiliasi dari para pendukung bakal calon presiden tersebut.

Lalu, bagaimana respon publik?

Pro kontra atas langkah politik Partai Nasdem tersebut mencuat di level akar rumput. Partai Nasdem harus cermat melihat dinamika yang terjadi. Jika tidak, Partai Nasdem ibarat memakan  buah simalakama yang justru merugikannya sendiri.

Hasil survei menujukan ada penurunan elektabilitas setelah menetapakan bakal calon presiden. Bahkan hasil survei tersebut memposisikan Partai Nasdem nyaris tidak lolos parlementary treshold.

Baca: Survei : Elektabilitas NasDem turun setelah usung Anies, PSI naik 

Survei memang tidak menjadi tolak ukur utama bagi setiap partai politik. Akan tetapi, perlu diingat bagai semua partai bahwa survei merupakan potret keinginan publik. Jika tidak cermat merespon keinginan publik maka akan ada konsekuensi yang harus "dibayar".

Partai Nasdem bergeming bahwa bakal calon yang diusung merupakan bagian dari strategi untuk menghapus polarisasi di masyarakat. Tujuan yang sangat mulia ini tentu tidak semua dapat diterima. Politik selalu ada gimmick untuk sekedar meningkatkan popularitas dan elektabilitas partai.

Partai Nasdem dinilai bermain politik abu-abu

Partai Nasdem telah memilih tiga nama menjadi bakan calon presiden yaitu Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Andika Perkasai. Dari ketiga nama tersebut, setidaknya ada dua nama yang seringkali merajai survei yaitu Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. Patut diduga partai Nasdem dalam hal memilih bakal calon presiden sangat memperhatikan elektabilitas setiap bakal calon.

Dominasi kedua tokoh tersebut dimanfaatkan secara baik oleh Partai Nasdem. Sekalipun hasilnya tidak selalu linear. Terbukti ada pro kontra yang menyebakan tergerusnya elektabilitas Partai Nasdem pada survei terakhir.

Dapat dipahami mengapa Partai Nasdem memilih bakal calon  kedua tokoh tersebut. Selain punya elektabilitas yang menjajikan, kedua tokoh tersebut punya segmen pemilih yang cendrung berbeda. Bahkan  terpolarisasi secara nyata pada level akar rumput. 

Tentu punya plus minus ketika Partai Nasdem mengusung Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo. Mayoritas pendukung Anies Baswedan adalah mereka yang tidak mendukung presiden Joko Widodo. Hal itu kebalikan dengan para pendukung Ganjar Pranowo yang mayoritas pendukungnya adalah para relawan Joko Widodo.

Partai Nasdem ingin mendapatkan dukungan dari kedua kubu. Secara elektoral justu menjadi bumerang. Sebab, ada kesan yang ditangkap publik yaitu Partai Nasdem bermain politik abu-abu atau dua kaki.

Oleh pendukung Ganjar Pranowo, Partai Nasdem dianggap tidak konsisten. Partai Nasdem yang dahulu dianggap anti terhadap politik identitas malah balik mendukung figur yang pernah terjerumus dalam politik identitas tersebut. 

Ketidakpuasan ini tentu akan berdampak signifikan pada elektabilitas partai Nasdem. Mengingat mayoritas pemilih Nasdem menginginkan Ganjar Pranowo yang akan dicalonkan oleh partai. Baca Survei SMRC: Pemilih NasDem Mayoritas Pilih Ganjar

Menanti calon presiden yang akan dipilih oleh Partai Nasdem

Bicara peluang, Partai Nasdem tentu akan lebih memilih figur non partai. Santer terdengar figur tersebut adalah Anies Baswedan. Pertimbangannya cukup jelas yaitu ingin mendapatkan efek ekor jas.

Di atas kertas, mungkin saja terjadi sesuai apa yang harapan Partai Nasdem. Sosok Anies Baswedan dianggap mampu mendongkrak elektabilitas partai. Tentu semua itu belum pasti dan masih terlalu dini untuk mengklaim bahwa Anies Baswedan dapat mendongkrak elektabilitas Partai Nasdem.

Berbeda dengan Anies Baswedan, sosok Ganjar Pranowo merupakan kader PDI-P. Tentu secara elektoral yang diuntungkan adalah PDI-P bila kelak diusung menjadi calon presiden. Namun, berkaca dari pemilu 2019, partai Nasdem juga secara langsung mendapatkan efek elektoral dari Joko Widodo, terutama di basis pemilih Joko Widodo seperti Nusa Tenggara Timur (NTT).

Partai Nasdem memang tidak punya pilihan lain selain mendukung ketiga bakal calon tersebut. Dalam pemilu yang dilakukan secara serentak, langkah politik ala Partai Nasdem tentu akan sulit mendapatkan limpahan suara dari masing-masing figur. Sebab, pada akhirnya akan ada pendukung yang kecewa karena calon yang didukungnya tidak mendapatkan tiket dari Partai Nasdem. 

Skenario yang paling mungkin akan menguntungkan partai Nasdem adalah mencalonkan kedua figur tesebut yaitu: Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo dalam satu paket. Ini pasangan ideal bagi Partai Nasdem namun akan sulit terwujud. Jika paket ini terwujud maka akan menjadi catatan sejarah dalam perpolitikan di Indonesia. Bisa saja terjadi, sebab dalam politik yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin.

Sejauh ini penulis berpendapat bahwa partai Nasdem tidak memiliki niat untuk memenangkan figur yang akan dicalonkan. Menang dan kalah calon yang akan diusung bukan hal yang utama. Bagi Partai Nasdem, mendongkrak elektabilitas partai adalah hal yang paling utama. 

Menetapkan banyak bakal calon presiden mengindikasikan ada kegamangan di tubuh Partai Nasdem. Jika benar serius, Partai Nasdem seharus memilih satu bakal calon dan selanjutnya berjuang mencari patner koalasi untuk mengusung calon tersebut. 

Surya Paloh ketua umum Partai Nasional Demokrat/ Nasdem (Sumber: Indo Bali News)
Surya Paloh ketua umum Partai Nasional Demokrat/ Nasdem (Sumber: Indo Bali News)

Hal ini perlu dilakukan oleh Partai Nasdem agar tidak terkesan bermain dua kaki. Polarisasi dukungan yang begitu luas memaksa Partai Nasdem segera untuk menentukan sikap. Namun, ada kecendrungan bahwa Partai Nasdem akan bertahan pada pilihannya sambil menarasikan bahwa pilihan tersebut sebagai langkah alternatif untuk menghindari polarisasi diantara para pendukung dari masing-masing bakal calon.

Benarkah demikan?

Jika rujukannya adalah calon presiden dapat menghentikan polarisasi di masyarakat, seharusnya Partai Nasdem memilih bakal calon yang relatif netral. Katakan Partai Nasdem memilih bakal calon tunggal seperti Andika Perkasa. Figur tersebut mungkin akan relatif lebih diterima oleh semua pihak.

Akan tetapi, Partai Nasdem tetap mempertimbangkan elektabilitas yang tentunya ingin juga menjaga elektabilitas partai. Setiap pilihan politik tentu selalu punya maksud dan tujuan. Namun, setiap maksud dari elit politik tidak selalu selaras dengan keinginan konsituen. Inilah dilema yang dihadapi oleh Partai Nasdem.

Keputusan sudah di buat oleh Partai Nasdem dengan pertimbangan yang matang. Melihat realitas hari ini, hanya ada dua pilihan bagi Partai Nasdem yaitu: kehilangan pendukung Anies Basweda atau kehilangan pendukung Joko Widodo yang saat ini mayoritas mendukung Ganjar Pranowo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun