Mohon tunggu...
Eduardus Fromotius Lebe
Eduardus Fromotius Lebe Mohon Tunggu... Dosen - Penulis dan Konsultan Skripsi

Menulis itu mengadministrasikan pikiran secara sistematis, logis, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

NFT, Kaesang Pangarep, dan Para Ekonom Amatir

16 Januari 2022   21:57 Diperbarui: 17 Januari 2022   07:16 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tentang NFT (sumber: suara.com)

Yang cukup menggempatkan adalah perihal investasi Kaesang Pangarep di PT Panca Mitra Multiperdana Tbk atau PMMP dilakukan melalui perusahaan yang dimilikinya, PT Harapan Bangsa Kita. Pada 8 November 2021 silam, perusahaan itu memborong 188,24 juta saham, setara 8 persen dari seluruh saham yang ditempatkan dan disetor penuh dalam PMMP. 

Ratusan juta saham PMMP itu diborong PT Harapan Bangsa Kita dari tangan pengendali PT Panca Mitra Multiperdana Tbk, yakni PT Tiga Makin Jaya. Dengan harga transaksi di Rp 490 per saham, PT Harapan Bangsa Kita menggelontorkan dana investasi sekitar Rp 92,24 miliar untuk mengambil alih 8 persen saham emiten pengolahan udang tersebut.

Sepak terjang Kaesang Pangarep di bidang bisnis inilah yang dipertanyakan oleh sebagian kalangan. Termasuk oleh para pakar ekonomi senior seperti Rizal Ramli. Namun, memahami cara bisnis kaum milenial dengan pola konvesional adalah cara yang naif.

Menyoal cara berpikir para Ekonom amatiran

Para pembaca kompasiana yang budiaman, mungkin kalian berpikir apa hubungan dari NFT, Kaesang Pangarep dan para ekonom amatiran? Penulis ingin menguraikan "tesis" berpikir untuk menjawab perasaan pesimis dari para ekonom amatiran. Yang masih berpikir kalau bisnis hanya sekedar produksi, pemasaran dan profit.

Penulis merasa terganggu dengan pertanyaan dari mana Kaesang Pangarep mendapatkan uang sebanyak itu? Pertanyaan ini menunjukkan bahwa cara berpikir seseorang mengikuti pola bisnis konvensional. Pola bisnis yang membutuhkan modal besar, pekerjaan fisik dan membutuhkan waktu yang lama untuk meraih profit yang besar. 

Padahal sekarang eranya digitalisasi. Semua bisnis berbasis pada digitalisasi. Pengeluaran untuk tenaga kerja kecil karena tidak membutuhkan banyak tenaga kerja. Alhasil, modal usahanya pun tidak besar.

Hal yang penting dari bisnis di era digital adalah menciptakan brand. Bicara brand itu semacam gaya tarik bagi para investor. Suatu produk yang memiliki brand yang baik tentu akan menarik para investor untuk menaruh modalnya pada perusahaan tertentu.

Selain diuntungkan sebagai Putra seorang Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep juga pandai dalam menciptakan brand. Salah satu brand yang seringkali diingat oleh publik adalah sang pisang. Tanpa disadari juga Presiden Joko Widodo seringkali melakukan promosi tentang usaha anaknya tersebut.

Bisnis di era digital mengikuti trend apa yang diingat itulah yang dibeli. Maka dari itu, hampir semua bisnis memiliki brand masing-masing. Hal ini dilakukan untuk menarik konsumen sekaligus para investor.

Para ekonom amatiran mungkin akan sulit menerima bahwa foto selfie yang dijual di NFT laku dengan harga hampir 13 miliar lebih. Inilah fenomena pasar yang harus dimengerti dan dipahami oleh para pembisnis. Dunia sudah berubah, cara bisnis pun ikut berubah.

Pertanyaan selanjutnya adalah mengapa Para investor mau berinvestasi di perusahaan Kaesang? Ini yang seharusnya dipelajari secara bijak oleh para ekonom amatiran. Bagi mereka jawabannya hanya satu karena Kaesang adalah anak seorang presiden. Namun semuanya tidaklah demikian adanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun