Mohon tunggu...
Eduardus Fromotius Lebe
Eduardus Fromotius Lebe Mohon Tunggu... Dosen - Penulis dan Konsultan Skripsi

Menulis itu mengadministrasikan pikiran secara sistematis, logis, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Panti Jompo: Petaka atau Selamat

3 November 2021   09:15 Diperbarui: 21 Desember 2021   19:17 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Penghuni Panti Jompo (sumber: news.detik.com)

Prespektif buruk tentang panti jompo pun sering kali diangkat oleh beberapa film. Sehingga ada kesan traumatik di beberapa kalangan masyarakat. Pembaca Kompasiana, mungkin tidak asing dengan judul film I Care a Lot yang disajikan bertolak belakang dari judulnya. 

Film ini menyajikan kekejaman di dunia bisnis yang pragmatis berorentasi pada keuntungan semata. Film yang menyajikan penggelapan dana hingga penipuan berkedok layanan jaminan hari tua dengan korban para lanjut usia (lansia) kaya raya. Gambaran sisi buruk panti jompo disajikan secara dramatis di film ini. 

Tentu tidak semua panti jompo seperti yang digambarkan oleh film I Care a Lot. Banyak juga panti jompo yang mengedepankan pelayanan dengan penuh rasa kemanusiaan. Bahkan ada pimpinan pantai jompo yang rela merogoh kocek pribadi untuk biaya operasional panti.

Mengubah Paradigma Buruk Terhadap Eksistensi Panti Jompo

Mengubah paradigma panti jompo jadi rumah yang nyaman bagi usia lanjut memang bukan perkara gampang. Panti jompo bukan rumah titipan ala tempat penitipan barang. Panti jompo memiliki standar pelayanan yang sekiranya dapat dipertanggungjawabkan secara moral maupun hukum. 

Perlu diakui bahwa banyak pula panti jompo yang kurang bijak dalam melayani masyarakat terutama para orang tua. Tidak berarti menggeneralisir semua panti jompo yang ada terutama di Indonesia. Maka dari itu kita juga harus bijak dalam merespon berbagai isu yang berkaitan dengan panti jompo.

Mengantarkan orang tua ke pantai jompo tidak berarti anak tidak menyayangi orang tua. Ini juga yang perlu diluruskan agar suara-suara minor yang mendeskriditkan orang-orang yang mengantarkan orang tua ke pantai jompo tidak berkembang menjadi fobia terhadap panti jompo. Penulis berpendapat bahwa salah satu cara mencintai orang adalah mengantar orang tua ke panti jompo. 

Alasan membawa orang tua ke panti jompo agar pekerjaan anak-anak tidak terhambat merupakan alasan yang tidak pantas. Ini lah yang membuat masyarakat kurang empati terhadap orang-orang yang mengatakan orang tua ke panti jompo. Selain itu, komunikasi yang intens antara anak dan orang tua sebelum memutuskan untuk diantarkan ke panti jompo.

Sekira ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum memutuskan untuk mengantarkan orang tua ke pantai jompo:

Pertama, komunikasi yang intens kepada orang tua. Ini langkah yang utama dan pertama sebelum memutuskan untuk mengantarkan orang tua ke pantai jompo. Komunikasi dilakukan untuk memperoleh persamaan persepsi antara siswa dan orang tua. Selain itu, untuk memastikan apakah orang tua setuju atau tidak.

Anak-anak perlu menjelaskan secara baik kepada orang tua maksud dan tujuan mengantarkan orang tua ke panti asuhan. Menjelaskan faktor-faktor yang sekiranya bisa diterima oleh orang mengapa lebih baik di panti dari pada di rumah. Sekali lagi ini tidak berarti anak-anak lepas tanggung jawab terhadap orang tua. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun