Mohon tunggu...
editan to
editan to Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mengelola Usaha Percetakan

memperluas cakrawala

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Otoritas Megawati, Atur Petugas Partai

21 Juni 2022   17:33 Diperbarui: 21 Juni 2022   17:56 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnputri dan Presiden Joko Widodo. (Foto: PDI Perjuangan/Instagram puanmaharani)

PARPOL Indonesia menunjukan keunikan sekaligus mewarisi sejarah tradisi dinasti kerajaan. Pasalnya, parpol seperti PDIP, Demokrat, Nasdem, dan Gerindra, kendali di bawah satu tangan mirip para raja yang memiliki hak otonom alias otoritas yang tak bisa diganggu gugat.

Hal itu bisa kita temui dalam sosok Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Surya Paloh, dan Prabowo Subianto. Mereka adalah penentu ke mana arah kebijakan partai, bahkan pengaruhnya akan menentukan arah kehidupan kebangsaan Indonesia.

Namun, keempat partai itu ternyata mampu mendominasi kehidupan politik nasional. Jika kursi parlemen di Senayan dijumlah angkanya 319 kursi.  Total 575 anggota DPR dari 9 parpol yang ada. Jumlah suara yang mereka raih dalam Pemilu 2019 mendekati 55 persen.

Hal itu menunjukkan betapa dominannya parpol meski bawah kendali secara pribadi. Mereka bisa bertahan dan tentu saja sangat berpengaruh pada para konstituen untuk menitipkan suaranya. Penyebab mereka kian eksis dalam peracaturan politik, bisa saja karena pengelolaan administrasi ala organisasi modern. Namun,  juga karena keberhasilan mempresentasikan keinginan masyarakat.

Representasi keinginan rakyat itu, tercermin dari survei Litbang Kompas yang dirilis, Senin (20/6/2022), yang menyebutkan Partai Demokrat berhasil menyodok di tiga besar parpol yang memiliki elektabilitas tertinggi.

Susilo Bambang Yudhoyono dalam Kongres V Partai Demorkat. (Foto: Antara)
Susilo Bambang Yudhoyono dalam Kongres V Partai Demorkat. (Foto: Antara)

Sejak 2019, kata Litbang Kompas, posisi partai besutan SBY itu hanya bisa duduk di posisi lapis tengah. Namun, survei teranyar menempatkannya di urutan ketiga dengan 11,6 persen. Di atasnya Partai Gerindra di posisi kedua dengan 12,5 persen, dan PDIP di urutan pertama 22,8 persen.

Kesimpulan dari survei menyebutkan bahwa sikap kritis yang ditunjukkan Partai Demokrat menjadikannya sebagai partai pilihan di mata responden. Demokrat juga dianggap tidak berlabel politik aliran atau agama dan terbuka bagi pemilih nasionalis maupun Islam.

Apa yang dipaparkan survei itu menarik. Pasalnya, Demokrat juga PKS merupakan oposan, tetapi Demokrat bisa melepaskan diri dari stempel partai lapis tengah. Selanjutnya, ternyata parpol yang tidak beraliran atau agama justru lebih banyak diminati bagi para responden.

Dominasi ketiga parpol tersebut juga menunjukkan bahwa responden tidak menempatkan parpol keluarga sebagai permasalahan. Hal itu juga ditunjukkan Partai Nasdem yang berhasil duduk di peringkat keempat perolehan kursi DPR mengalahkan PKB, Demokrat, PKS, dan PAN pada Pemilu 2019.

Namun berdasar survei Litbang Kompas, posisi Nasdem terperosok di urutan partai papan tengah ke bawah. Ia hanya lebih baik dari PAN dan PPP.  Jebloknya Nasdem yang merupakan besutan Surya Paloh itu menimbulkan pertanyaan karena partai sempalan Partai Golkar itu juga membawa misi nasionalis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun