Anies yang sowan ke Rizieq dan fenomena kerumunan membuat Anies dalam posisi minim pamor. Apalagi adanya rumor campur tangan chaplin dalam pemulangan Rizieq. Masyarakat pun menduga pasti akan ada serangan balik agar Anies kembali naik daun.
Hashim Djoyohadikusumo pun menganalisis kemungkinan adanya serangan politik terhadap Gerindra dan Prabowo dalam penangkapan Edhy Prabowo. Artinya, terlepas dari buruknya kebijakan ekspor benur, ada tangan politik yang ikut bermain. Tujuannya adalah menjatuhkan Prabowo.
Bisa jadi, Gerindra kemudian membuat premis-premis atas penangkapan orang dekat mantan Pangkostrad itu. Bisa jadi kubu pendukung Jokowi yang tidak suka masuknya Gerindra di Kabinet. Sebagai semula kubu lawan tak berkeringat dan berdarah-darah kemudian mendapat kursi nyaman membuat iri hati dan sakit hati.
Bisa juga berkembang asumsi bahwa penangkapan itu atas instruksi Istana untuk mulai menjatuhkan Gerindra. Bagaimanapun Jokowi adalah petugas partai yang mempunyai amanat untuk mengamankan calon PDIP dalam Pilpres 2024.
Setelah Anies dibuat tersungkur dalam penanganan kerumunan yang membuat elektabilitasnya kemungkinan terjun bebas, ancaman PDIP selanjutnya adalah Gerindra. Penangkapan Edhy merupakan upaya menggembosi partai yang pada Pemilu 2019 lalu mampu bertengger di posisi kedua dalam perolehan suara meski di posisi ketiga jumlah kursi DPR.
Namun, asumsi-asumsi di atas hanyalah omongan di warungan. Muncul dari orang yang hanya menerapkan ilmu otak atik gathuk. Artinya, tidak perlu digubris karena bukan berdasar fakta-fakta empiris. Walaupun bisa terjadi.
Dalam kehidupan kemasyarakatan apa yang dilontarkan Danny Pomanto adalah lumrah-lumrah saja. Justru yang membuat heboh jika omongan pribadi itu diangkat ke jalur hukum. Tentu hal itu akan menghambat demokrasi yang memberikan keleluasaan orang untuk melakukan analisis dan pendapat.
Justru yang membahayakan adalah orang yang menyebarkan rekaman tersebut. Jika itu terjadi dalam obrolan kemudian direkam dan disiarkan tanpa seizin yang bersangkutan tentu perekam dan penyebar itu yang layak dijemput polisi.
Jika Donny yang dipersoalkan. Orang kemudian takut bicara politik. Warga negara kemudian menjauhi kekritisan terhadap fenomena atau peristiwa politik. Tentunya pemerintah tidak menginginkan ketumpulan masyarakat.
Berikut transkrip dari rekaman suara mirip Danny Pomanto yang beredar di media sosial dan media online:
"Makanya kalau urusannya Edhy Prabowo ini, kalau Novel (Baswedan) yang tangkap, itu berarti JK (Jusuf Kalla). JK-Anies tuh. Maksudnya kontrolnya di JK. Artinya begini, dia sudah menyerang Prabowo. Yang kedua, nanti seolah-olah Pak Jokowi yang suruh, Prabowo dan Jokowi baku tabrak. Ini kan politik.