Mohon tunggu...
Edi Purwanto
Edi Purwanto Mohon Tunggu... Administrasi - Laskar Manggar

Aku ingin melihat binar bahagia di matamu, wahai Saudaraku

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Lawan Covid-19, Ayo Manfaatkan Momentum Juni

25 April 2020   11:30 Diperbarui: 26 April 2020   09:41 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lawan Covid-19, Ayo Manfaatkan Momentum JuniAda apa dengan bulan Juni, sehingga harus dimanfaatkan dalam rangka melawan Covid-19?

Adalah Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqolani (1372-1449 M) dalam kitab Badzlu Al Maun Fi Fadhli At Tha'un, menyatakan bahwa berdasarkan peristiwa-peristiwa sebelumnya, wabah menjangkiti manusia pada musim dingin dan semi, dan akan hilang pada musim panas. Pernyataan Beliau, dapat dartikan bahwa wabah dipengaruhi oleh iklim atau cuaca, mewabah pada musim dingin dan semi, saat cuaca rata-rata dingin/sejuk, dan akan hilang pada musim panas, saat cuaca rata-rata panas.

Pernyataan Al Hafidz ini sesuai dengan banyak penelitian di Barat, yang menyatakan wabah (dalam kontek ini, Covid-19) memiliki kaitan erat dengan cuaca, temperatur udara dan paparan siar matahari. Cuaca diyakini mempengaruhi stabilitas virus, khususnya di luar tubuh manusia. Salah satu hasil penelitian yang dirilis oleh Department of Homeland Secutiry dari AS, menyataan bahwa suhu udara, sinar matahari dan tingkat kelembaban udara sangat mempengaruhi kecepatan kematian virus di udara dan dipermukaan yang tidak berpori.

Kita tahu, Covid-19 muncul pertama kalinya di China sejak Desember 2019 dan sampai saat ini masih mewabah. Artinya, fakta ini selaras dengan pernyataan Al Hafidz, bahwa wabah muncul pada musim dingin dan semi, yakni periode Desember sampai Juni. Fenomena, fakta dan pernyataan al Hafidz ini juga menjelaskan Covid-19 di Indonesia, dimana mewabahnya mulai Februari atau Maret 2020 pada saat musim penghujan.

Namun, apakah pada buan Juni, Covid-19 akan hilang dengan sendirinya, yakni saat musim panas (untuk wilayah subtropis) dan musim kemarau (untuk wilayah tropis) ? Menurut saya, jawabannya adalah tidak selalu, karena, ada variabel lain yang mempengaruhinya, yang berbeda antara jamannya Al Hafidz dengan saat ini. Sebagai contoh, tempat tinggal berupa gedung permanen yang ber-AC, bagaimana mungkin virus itu terpengaruh oleh musim panas atau kemarau, sementara dia berada di ruangan ber-AC yang sejuk.

Oleh karena itu, seyogyanya Pemerintah dan semua elemen masyarakat, secara bersama-sama memanfaatkan momentum Juni, yakni saat musim panas atau kemarau dimulai. Anugerah Allah SWT berupa musim panas harus dioptimalkan untuk melawan Covid-19. Apabila momentum Juni ini bisa optimalkan, hipotesis saya, bulan Agustus 2020, saat cuaca rata-rata kering kerontang, Covid-19 sudah tidak ada lagi.

Namun apabila kita gagal memanfaatkan momentum Juni, dan Covid-19 masih berlanjut sampai bertemu musim dingin atau hujan, saya khawatir kita akan terpapar Covid-19 sepanjang tahun, sampai ditemukannya vaksin atau obatnya, sesuai skenario 'Contagion'.

Pertanyaan berikutnya adalah apa yang harus kita lakukan di bulan Juni ? Tergantung kondisi pada bulan Mei. Jika penyebaran Covid-19 masih tinggi, maka banyak pilihan, mulai PSBB secara masif sampai lockdown total. 

Ini adalah pendapat pribadi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun