Mohon tunggu...
Edi Kusumawati
Edi Kusumawati Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Ibu dari dua orang putra yang bangga dengan profesinya sebagai ibu rumah tangga. Tulisan yang lain dapat disimak di http://edikusumawati.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Untung Pakai Celana Kolor

1 September 2011   06:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:19 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini mungkin pengalaman saat sholat Id yang tidak mungkin saya lupakan. Kemarin saya melakukan sholat Id di masjid komplek. Selama 12 tahun tinggal di kota ini, mungkin ini baru kali kedua saya sholat Id di masjid komplek. Biasanya sih saya sholat Id selalu di lapangan bola Town Centre (yang terletak di komplek pula). Tapi berhubung kemarin pagi hujan, maka pelaksanaan sholat Id dipindahkan ke masjid yang berjarak kurang lebih 500 meter dari lapangan bola. Sudah sejak subuh saya bangun dan mempersiapkan segala keperluan untuk dipakai sholat. Baju baru yang akan dipakai suami dan dua orang anak saya, termasuk baju saya pun sudah siap dan tinggal mengenakan. Mukena dan sajadah semua saya masukkan ke dalam satu tas besar, lengkap dengan beberapa setel baju Darryl anak bungsu saya plus botol susu dan kotak susunya. Rencananya setelah sholat Id, saya akan langsung silaturahmi ke tempat kakak ipar saya. Makanya bawaannya lumayan banyak. Namanya juga bawa anak kecil, bawaannya juga jadi serba ekstra. Ekstra repot, ekstra ribet dan ekstra banyak hehehe. Pukul setengah tujuh kurang seperempat, kami semua sudah siap dan tinggal berangkat menuju ke tempat pelaksanaan sholat Id. Sementara hujan juga belum tampak reda. Kami tunggu sekitar lima belas menit lagi, tetap masih hujan. Karena tetap tidak menampakkan tanda-tanda hujan akan berhenti, akhirnya kami pun tetap berangkat ke masjid dengan kendaraan pribadi. Namanya juga hujan, yang biasanya ke masjid hanya naik motor atau mungkin malah jalan kaki, jadi terpaksa pada bawa mobil. Mungkin pada takut baju barunya basah kali ya hehehe. Tapi kalo saya karena bawa anak-anak kecil ya terpaksa bawa mobil, kasihan khan kalo mereka pada kehujanan di jalan. Halah alasan, bilang aja kalo malas jalan! Sampai di masjid, parkiran sudah sangat penuh. Terpaksa kami cari parkir putar haluan ke belakang masjid. Dari belakang masjid kami lalu lewat jalan setapak sepanjang kurang lebih 150 meter dari tempat kami parkir kendaraan. Karena masih hujan, suami saya, Danny anak sulung saya dan juga adik laki-laki saya segera berjalan bergegas sembari menutup kepala mereka dengan sajadah masing-masing karena payung yang biasa ada didalam mobil ternyata tidak ada di tempatnya. Sementara saya dengan si kecil Darryl berjalan di belakang mereka. Tadinya saya suruh si kecil Darryl ikut mereka, tapi Darryl maunya ikut sholat dengan saya. Ya sudah saya pun berjalan dibawah rintik hujan sambil menggandeng Darryl. Rupanya berjalan dibawah hujan tidak membuat si kecil nyaman. Heran juga saya, padahal dia biasanya paling senang mainan air. Dia pun mulai berulah, minta gendonglah dia. Waduh repot juga nih! Mana saya bawa mukena, sajadah, koran buat alas biar gak basah, dan juga bawa tempat minumnya Darryl pula. Dan sekarang malah disuruh gendong pula, ribet deh! Mau teriak ke suami saya untuk minta bantuin gendong, ternyata sudah jauh meninggalkan saya di depan. Terpaksa deh menggendong Darryl sembari membawa perlengkapan sholat saya. Tadi sengaja saya tinggalkan tas besar saya di mobil karena lumayan berat isinya (bajunya Darryl, kotak susu, botol susu, kamera, hape, dan dompet). Sambil tergopoh-gopoh saya segera nyari tempat yang kosong. Di dalam masjid sudah penuh sesak, begitupun di koridor dan teras masjid. Hanya ada beberapa tempat yang masih tersisa di pelataran masjid, tapi beralaskan terpal dan beratapkan tenda canopi yang ternyata ada bocornya pula di beberapa tempat. Akhirnya dapatlah saya tempat yang agak kering. Saya gelarlah koran dan juga sajadah saya. Begitu saya mau pakai mukena, oh la la... Ternyata salah satu bagian mukena saya tidak ada. Mungkin mukena saya terjatuh  di jalan setapak tadi. Mukena saya memang terdiri dari dua bagian terpisah, bagian atas dan bawah. Nah yang waktu itu tidak ada adalah bagian bawahnya. Celingak-celinguklah saya di sekitar saya berdiri dan ternyata tidak saya jumpai itu mukena bagian bawahnya. Padahal waktu sholat akan segera dimulai. Waduh gawat nih, bisa nggak jadi sholat saya! Akhirnya saya plorotin saja celana panjang saya sampai menutupi seluruh kaki saya bahkan sampai bisa saya injak bagian ujungnya. Kebetulan waktu itu saya pakai celana berbahan kain lembut yang ada karet kolornya. Celana ini sebenarnya celana lama yang dulu sempat saya pakai waktu hamilnya Darryl. [caption id="attachment_128791" align="aligncenter" width="282" caption="Saya dan Darryl, celana panjang itulah yang kemarin sukses saya plorotin untuk mengganti mukena saya yang hilang"][/caption] Sebenarnya saya paling anti pakai celana yang berbahan kain lembut dan cenderung jatuh gitu. Pertama karena kesannya koq terlalu feminin gitu, sementara saya ini cenderung agak tomboy dan sukanya pakai celana jeans. Kedua karena celana berbahan lembut seperti itu susah untuk digulung, misalnya untuk menghindari cipratan air hujan atau ketika akan wudhu. Jadinya yang ada ya tetep basah gitu. Tapi berhubung ingin match-ing dengan baju suami dan anak-anak, saya pakailah celana itu agar senada dengan baju yang saya pakai.  Ya sudah daripada tidak jadi sholat. Mosok sudah sampai masjid dan berbasah-basah ria, nggak jadi sholat? Rugi khan! Ibarat pepatah sudah terlanjur basah, ya mandi aja sekalian. Jadilah saya akhirnya sholat dengan mukena bagian atasnya dan celana "kolor" saya bagian bawahnya. Yang penting khan tertutup hehehe. Untungnya saya pakai baju model tunik yang lumayan panjang, hampir sampai lutut panjangnya. Jadi ketika saya plorotin celana saya, "segitiga pengaman" saya tetap tidak kelihatan hehehe. Dan lebih untungnya lagi saya tidak pakai celana jeans seperti biasanya, tetapi pakai celana "kolor" saya itu. Ternyata dibalik keterpaksaan saya menggunakan celana kain itu semua ada hikmahnya ya. Sekali-kali tampil feminin juga malah berbuah kebaikan rupanya. Mungkin memang sudah saatnya bagi saya untuk minta dibelikan mukena baru kali ya oleh suami saya (ngarep dotcom). Meskipun diantara tiga buah mukena saya, yang saya pakai kemarin adalah mukena yang terbaru. Soalnya begitu pulang dan saya lewati jalan yang saya lalui pas berangkat tadi, ternyata mukena bawahan saya tetap tidak ketemu. Mungkin sudah dirawat orang saya kurang tahu pasti. Nah, itulah tadi cerita lebaran yang mungkin tidak akan bisa saya lupakan. Ini ceritaku...mana ceritamu...halah malah ngiklan hehehe. NB : Karena ini postingan pertama saya setelah lebaran, maka pada kesempatan ini saya ingin sekalian mengucapkan "Selamat Idul Fitri 1432 H, Mohon Maaf Lahir dan Batin" untuk teman-teman semua. Mungkin dalam pertemananan kita di Kompasiana ini, saya telah banyak salah kata dan ucap, mungkin pula telah menyinggung perasaan teman-teman, saya mohon maaf yang sebsar-besarnya. Mohon maaf pula karena saya tidak bisa membalas sms satu persatu. Penginnya saya sapa langsung teman-teman, tapi sampai saat ini hanya beberapa saja yang bisa tersambung langsung. Beberapa nomer yang saya hubungi ternyata sedang berada diluar jangkauan (mungkin pada mudik di luar angkasa kali ya hehehe). Ada juga yang nyambung, tapi nggak diangkat malah sms saya dengan isi pesan cuma "howee?" (hayo ngaku siapa hehehe).

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun