Mohon tunggu...
Edi Kusumawati
Edi Kusumawati Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Ibu dari dua orang putra yang bangga dengan profesinya sebagai ibu rumah tangga. Tulisan yang lain dapat disimak di http://edikusumawati.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Anak-Anak Itu Membenci Orangtuanya Gara-Gara Blackberry

8 November 2011   09:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:55 1836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="alignleft" width="333" caption="gambar nyomot dari FB teman"][/caption] Cerita ini sebenarnya bisa kita jadikan pembelajaran yang sangat berharga. Ini kisah seputar penyalahgunaan Blackberry. Kenapa saya katakan penyalahgunaan karena menurut saya Blackberry sengaja diciptakan manusia untuk "membantu" manusia bukan untuk mempersulit apalagi menambah masalah. Dan ini rupanya telah menimpa pada sepasang suami istri. Gara-gara kecanduan Blackberry, anak-anak mereka merasa dinomorduakan. Kasih sayang orang tua juga dirasakan berkurang. Papa mamanya sekarang jadi tidak perhatian lagi dengan mereka. Akibatnya anak merasa terasing dirumahnya sendiri. Mereka merasa lebih betah berada dirumah tantenya yang mungkin lebih perhatian daripada papa mamanya. Benar-benar ironis khan! Kejadiannya bermula dari sang mama yang memiliki Blackberry sekitar 2 tahun lalu. Dia adalah seorang perempuan muda, menikah selepas SMA ketika umurnya masih belasan tahun. Sementara sang suami adalah laki-laki matang yang selisih umurnya lumayan jauh dengan sang istri , ada kalo sekitar 10 tahun usia mereka terpaut. Sebagai perempuan muda, sang mama ini kerjanya hanya hang out terus dengan teman-teman semasa SMA-nya. Hampir setiap hari kerjanya "jalan" terus. Menurut saya ada dua kemungkinan yang menyebabkan sang mama ini berlaku demikian. Pertama, mungkin karena dia belum puas menikmati masa remajanya yang tiba-tiba harus dia tinggalkan karena menikah. Kedua, mungkin dia merasa kesepian karena hampir setiap hari sang suami kerja dari pagi hingga larut malam. Tapi meskipun demikian, sang suami sangat sayang sekali dengan sang istri. Terbukti segala permintaan sang istri hampir semua dipenuhi. Istri mau beli jam tangan yang harganya jutaan rupiah, sepatu, sandal dan baju bermerek ternama, tas merek luar dan harus yang original bukan kw 1 atau kw 2, semua berusaha dipenuhi. Meskipun sang suami memenuhi semua permintaan sang istri dengan setengah hati, kenapa? Karena memang sang suami ini gajinya tidak terlalu besar meskipun tidak bisa dibilang kecil juga. Mungkin pas untuk keperluan sebulan atau kalaupun lebih tidak terlalu banyak. Akibatnya sang suami terpaksa menggunakan banyak kartu kredit demi menyenangkan sang istri. Terakhir saya dengar sih ada sekitar 80 juta tunggakan kartu kreditnya. Nah belakangan ini sang istri pun tidak mau ketinggalan untuk memiliki gadget terbaru, yaitu Blackberry keluaran terbaru. Padahal sebelumnya dia sudah mempunyai Blackberry yang menurut saya masih layak pakai. Apalagi mengingat kebutuhannya hanya untuk bbm-an dengan teman-teman SMA-nya. Tapi karena tuntutan gaya hidupnya yang jet set itulah, makanya suaminya pun mengiyakan permintaan istrinya itu. Maka dibelilah Blackberry keluaran terbaru dan tentu saja dengan cara menggunakan kartu kredit. Dan begitulah, semakin baru gadgetnya semakin "eksis" dia. Semua-semua di-share ke Blackberry, setiap hari statusnya berganti-ganti. "Gile ya, anak gue koq rasanya sudah nggak nganggep gue sih!", begitulah kira-kira statusnya yang terakhir. Nah lo, anak saja sampai nggak nganggap ibunya. Tanya kenapa hehehe... Usut punya usut ternyata si anak merasa tidak lagi diperhatikan mamanya. Setiap ada dirumah, yang dipegang oleh mamanya adalah Blackberry. Setiap anaknya pulang sekolah, yang ditanya bukan "gimana pelajaran tadi di sekolah, kak?" Tapi malah "Kak habis ini mama mau ketemuan sama tante X, kamu makan sendiri ya!" Oh ya untuk diketahui, si anak ini sekarang duduk di bangku SMP kelas 1 (sekitar 13 tahun lebih umurnya). Atau ketika anak yang lain (masih SD kelas 4, tapi umurnya sudah 11 tahun lebih karena sempat nggak naik kelas) bilang "Ma, besok disuruh bawa crayon untuk KTK, crayonku sudah habis ma, beliin ya!" Eh, mamanya tetap nggak nggubris karena lagi fokus bbm-an. Akibatnya keesokan harinya si anak terpaksa tidak membawa peralatan yang digunakan untuk pelajaran KTK-nya. Dan begitulah, banyak lagi kejadian lain yang kira-kira sangat mengecewakan anak-anaknya. Akhirnya anak-anak itupun protes ke papanya. Mereka mulai mengeluh karena mamanya sering "lalai" gara-gara Blackberry itu. Tapi dasar sang suami sangat sayang dengan istrinya, keluhan anak-anaknya itu tidak terlalu digubris. Ia hanya berusaha mencari tahu kira-kira apa saja yang dilakukan diluaran sana oleh istrinya sehingga sampai anak-anaknya merasa dilalaikan. Berhubung ia bekerja, maka tidak mungkin ia bertindak ala detektif conan gitu. Maka jalan yang ditempuh yaitu ikut-ikutan mengganti hapenya dengan jenis yang sama dengan milik istrinya, sama-sama Blackberry maksudnya hehehe. Dengan begitu sang suami merasa masih bisa memantau kegiatan istrinya sehari-hari dimanapun berada karena sepanjang hari si istri selalu men-share statusnya di bbm. Dan ternyata bukan solusi yang terjadi, tetapi sang suami juga ikut-ikutan kecanduan Blackberry. Walah gawat khan! Bukannya mengatasi masalah, tapi malah menambah masalah (penggadaian kali ye hehehe). Saking pada kecanduannya ketika sang suami butuh suatu barang dan lupa dimana naruhnya, dia tinggal bbm ke istrinya yang kala itu lagi asyik nongkrong di wc sambil bawa Blackberry. Gila khan? Komunikasi langsung sudah hilang dikeluarga ini gara-gara ada Blackberry. Mending kalo istrinya diluar rumah. Lha ini ada di dalam rumah, walupun lagi ada di wc. Ya begitulah pada akhirnya ketika si anak butuh sesuatu, sama mamanya malah disuruh ke papanya. Begitu pula dengan papanya, gantian mengoper ke mamanya. Yang satu bilang "sana sama mamamu saja!" dan yang satu lagi juga bilang "sama papa aja sana!" Jadinya anak malah kayak bola pingpong, dioper kesana kemari. Bingung khan! Pelarian satu-satunya ya ke rumah tantenya yang tidak jauh dari rumahnya. Setiap pulang sekolah mereka bukannya pulang ke rumah sendiri, tapi ke rumah tantenya. Setiap disuruh pulang, mereka menjawab "ngapain ke rumah, mama paling juga lagi jalan, kalo nggak ya lagi bbm-an! Papa juga sama saja, sekarang juga kerjanya bbm-an terus! Aku benci tante sama mereka. Moga-moga aja Blackberry-nya rusak deh, jadi mereka nggak bisa lagi bbm-an!" Nah kalo sudah begini, mau bilang apa coba. Anak jadi asing dengan rumah sendiri, anak merasa dicuekin, kurang diperhatikan. Masih mending si anak punya tempat mengadu yaitu di tempat tantenya, lha kalo tidak ada tempat mengadu? Bisa-bisa lari ke hal-hal negatif bukan? Karena itulah wahai para orangtua, bijaklah menggunakan teknologi. Perangkat itu ada bukan untuk memisahkan anda dari anak-anak anda, tapi justru sebaliknya seharusnya dapat mempererat hubungan anda dengan anak-anak, misalnya saja untuk menghubungi mereka disaat tidak berdekatan dengan anda atau malah membantu untuk menyelesaikan tugas belajar mereka. Ingat teknologi, dalam hal ini Blackberry diciptakan untuk membantu manusia, bukan malah mempersulit! Anda tentu tidak ingin khan anak anda membenci anda hanya gara-gara kecanduan Blackberry? Oleh karena itu bijaklah dalam penggunaannya. Ingat keluarga adalah prioritas, bukan benda! Ingat..ingat...thing! hehehe... Selamat sore dan selamat beristirahat. NB: terinspirasi dari kisah teman yang sangat kecanduan Blackberry, sehingga anak-anaknya merasa "terlalaikan"

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun