Akhir bulan Desember. Athena Yunani yang saat itu bersuhu 15 derajat selsius menyisakan dingin yang sesekali membuat tubuh terasa menggigil. Hujan renyai sampai agak lebat  sesekali turun saat kaki menapak setiap jengkal kota antik yang memikat pelancong dari seluruh dunia itu.
Aksara khas Yunani yang sulit dimengerti menjadi ciri khas dan menjadi penanda dimana kita sedang berada di wilayah dengan sejarah peradaban kuno namun tetap lestari dan dapat dinikmati oleh setiap orang baik saat ini maupun kemungkinan besar di masa yang akan datang.
Athena kota yang tampak seperti taman asri. Beberapa titik wilayahnya berkontur bukit. Alam  Athena yang ideal itu mungkin menjadi alasan banyak melahirkan pemikir dan filsuf kenamaan dunia seperti  Socrates, Plato dan Aristoteles.
Kemudian kota itu juga menjadi bertambah sempurna karena ilmu pengetahuan dan seni berkembang pesat di masanya.
Athena menurut arti katanya adalah dewi kebijaksanaan dan tampak menawan terutama jika kita memandangnya dari ketinggian. Sebuah tempat bersemayam dewa dewi sesuai kepercayaan orang Yunani kuno itu telah dihuni sejak 7000 tahun yang lalu.
Sedang peradabannya yang gemilang itu terutama dimulai sejak tahun 1400 Sebelum Masehi dan kemudian menjadi pondasi peradaban kemajuan dunia barat.
Ke Yunani atau Greece rasanya tidak sah jika kita tidak mengunjungi Acropolis dengan kuil-kuil kunonya termasuk Parthenon didalamnya.
Acropolis sendiri diartikan kota atas karena memang letaknya di perbukitan yang sangat indah saat kita pandang dimalam hari. Hal tersebut diakibatkan oleh pantulan gemerlap cahaya lampu kuil dan seperti menjadi panduan serta energi seluruh warga kota Athena.
Persiapan fisik yang prima diperlukan jika kita akan menapaki bukit menanjak dan meniti bebatuan sempit sesaat menjelang memasuki komplek Parthenon.
Pohon zaitun dengan bentuknya yang khas tampak terlihat subur dibeberapa lokasi Acropolis. Selain itu tidak mudah menemukan toilet disini sehingga kita harus dapat  mengatur asupan air mineral yang diminum.
Dibeberapa tempat yang lebih tinggi lagi akan terlihat pohon pinus tumbuh subur. Sedang dijalanan kota terlihat beberapa tanaman citrus yang buahnya menguning diantara lebatnya dedaun hijaunya dan beberapa buahnya jatuh menghampar di trotoar jalanan yang  tampak  sangat menggoda tetapi rasanya kecut dan getir sekali saat mencecap lidah.
Runtuhan Parthenon yang masih ada di dalam komplek Akropolis dulunya merupakan sebuah kuil yang dibangun sejak 432 Sebelum Masehi oleh 2 orang arsitek brilian Iktinos dan Kallikrates. Ia dibangun dengan tujuan untuk menghormati Dewi Athena, seorang dewi perang sekaligus kebijaksanaan dalam mitologi Yunani.
Peradaban Yunani kuno yang sangat tinggi saat itu telah dapat membuat bangunan megah diatas bukit dan merupakan salah satu puncak penciptaan seni bangunan yang pernah ada di zamannya.
Dalam perjalannya bangunan tersebut kemudian sempat digunakan untuk tempat beribadah 3 agama yaitu Yunani Kuno, Kristen dan Islam.
Beruntung kita masih bisa melihat bangunan yang telah melintas ribuan tahun dan beberapa pilar utamanya masih tetap berdiri kokoh meski dalam bentuk bangunan yang tidak utuh sempurna lagi. Pilar-pilar bangunan yang tampak kokoh itu sepertinya tetap berupaya melawan perubahan zaman.
Senada dengan bangunan Parthenon, di Athena juga akan dapat kita saksikan Olympian Zeus Temple yang dibangun sejak tahun 6 Sebelum Masehi. Disanalah penanda letak pusat kota Athena kuno. Bangunan yang saat ini hanya tertinggal hanya belasan pilar utama itu didedikasikan untuk menghormati dewa Zeus. Bangunan tersebut juga merupakan kuil termegah yang pernah ada dizamannya.
Penat berkeliling melihat peradaban tinggi Yunani kuno di Acropolis , kemudian kita dapat  beraktifitas dalam ruang dengan mengunjungi Museum Agora.Â
Tempat yang menyajikan seluruh peninggalan bersejarah kota Athena dengan penataan menarik dan informasi lengkap dari setiap objek yang ditampilkan. Patung dan benda sangat penting yang menyertai perikehidupan bangsa Yunani kuno disajikan dalam kaca-kaca yang tidak pernah sepi di kunjungi turis.
Setelah energi terkumpul kembali, seterusnya kita dapat mengunjungi bukit Lycabettus. Daerah perbukitan berkapur dan merupakan tempat tertinggi di Athena. Pada puncaknya terdapat gereja ortodok bernama Augia Georgias atau Saint George yang dibangun diatas bekas reruntuhan kuil Zeus pada tahun 1870.
Dari sini pemandangan 360 derajat kota Athena akan dapat terlihat. Bukit berketinggian 300 meter tersebut dapat kita lalui diantara rerimbunan pohon pinus dengan kecuraman terjal.
Tetapi sesaat berada diatas puncak rasanya semua terbayar karena kita dapat memandang Athena seperti untaian permata yang memutih karena bangunan kota didominasi oleh warna cat putih sedang diujung horizon penglihatan kita tampak laut Aegea dan langit yang membiru.
Tidak sah rasanya jika mengunjungi suatu negeri jika kita tidak mengunjungi pasarnya. Monastiraki Flea Market adalah pilihan untuk window shopping dimana disana disajikan berbagai benda seni dan untuk keperluan turis berbelanja berbagai kebutuhan oleh-oleh.
Di sini juga kita bisa menikmati kuliner khas Yunani yaitu  roti Pita. Sejenis makanan roti gandum berbentuk pipih yang didalamnya diisi dengan irisan  sayur, bawang dan daging cincang disertai mayones dan keju. Persis seperti kebab dari timur tengah. Pita dapat merupakan pilihan utama karena sangat mengenyangkan ditengah musim dingin yang terkadang terasa menggigil.
Athena Yunani, negeri dengan peradaban kuno yang sangat tinggi seolah mengatakan bahwa sejarahnya yang melintas ribuan tahun telah menjadi sumber penerang peradaban dunia.
Mereka sangat berupaya keras mempertahankan kekayaan sejarahnya yang sangat tinggi dan berharga karena merupakan salah satu sumber pemasukan negara yang sangat penting.
Semoga Indonesia juga dapat meniru Athena dimana artefak penting penanda tinginya peradaban dan sejarah kita dapat dipertahankan dan dikelola secara profesional di merata negeri.
Sambas, 27 Maret 2022
# Serpihan Kenangan Teroka Benua Biru#
